Sudah 2 bulan lebih kepergian Syal, Anisa serta yang lain sudah mengikhlaskan Syal. Walaupun kenangan kebahagiaan masih tersimpan jelas di memori mereka. Zaenal dan Alodya juga sudah pulang, mereka sangat marah terutama Zaenal saat mendengar tentang Nathan. Zaenal juga akan memberikan perhitungan selepas Nathan keluar dari penjara, ia tidak akan membiarkan Nathan hidup tenang, apalagi sudah membuat Anisa sedih gara-gara kepergian Syal.
Sekarang Zigas dan Tiara sedang berada di kamarnya, Tiara sedang mengusap rambut Zigas dan Zigas sendiri sedang mengusap-usap perut Tiara sambil menyanyikan sholawat dengan suara yang begitu merdu. Zaenal serta Anisa yang melihat hanya tersenyum, mereka juga tidak sabar untuk menunggu kelahiran anak Zigas dan Tiara. Perkiraan dari Dokter bulan ini, Tiara akan melahirkan.
"Sayang, nanti kalo kamu lahiran tolong bagi rasa sakitnya sama aku juga ya," ucap Zigas sambil mencium perut Tiara.
"Maksudnya? Kamu mau ikut ngeden juga kayak aku, gitu?" tanya Tiara. Zigas malah terkekeh, masih iya dirinya ikut ngeden juga, bukannya bayi yang keluar malah sesuatu yang berbau lagi yang keluar.
"Enggak gitu maksud Mas, kamu boleh cakar, jambak, pukul atau apa gitu ke Mas. Biar Mas juga ngerasain sakit, walaupun sakitnya gak seberapa apa yang nanti kamu rasain." Tiara tersenyum, ia langsung memeluk tubuh Zigas. Tiara sangat beruntung memiliki suami seperti Zigas, pada saat suami yang lain bilang sebaliknya, menyuruh istrinya jangan menjambak, menyakar. Zigas sendiri malah dengan suka rela meminta kepada Tiara, benar-benar suami idaman bukan?
Tiara mengusap-usap pipi Zigas, membuat Zigas memejamkan matanya. Zigas sangat menikmati sentuhan lembut tangan Tiara di pipinya.
Tiba-tiba Tiara mencengkeram kuat tangan Zigas, membuat Zigas membuka matanya. Zigas langsung panik saat melihat wajah kesakitan Tiara.
"Mas, perut aku sakit banget. Ya Allah Mas kayaknya mau lahiran. Astagfirullah, sakit banget." Tiara terus berteriak kesakitan sambil memegangi perutnya. Zigas langsung mengangkat tubuh Tiara, membawa menuju rumah sakit.
"Ayah, Bunda, Nisa. Kita ke rumah sakit, Tiara mau lahiran," teriak Zigas.
Zaenal, Alodya dan juga Anisa langsung berlari kecil menghampiri Zigas, mereka juga terlihat sangat panik. Zaenal langsung membantu mengantar Zigas dan Tiara ke rumah sakit. Sedangkan Anisa dan Alodya akan menyusul, mereka akan mempersiapkan keperluan untuk lahiran Tiara.
Di dalam mobil Tiara terus saja merintih kesakitan, Zigas terus menyuruh Tiara untuk mengucap istighfar. Zigas tidak perduli jika Tiara terus mencakar lehernya. Zaenal membawa mobil tersebut dengan sangat kencang, tak perduli dengan lampu merah. Saat mereka sampai di rumah sakit, Zigas menggendong Tiara masuk ke dalam rumah sakit. Para perawat langsung sigap membantu Zigas.
Tiara sudah masuk ke dalam, Zigas tak henti-hentinya mengusap kepala Tiara. Zigas juga ikut masuk ke dalam, menemani Tiara. Sedangkan Zaenal menunggu Tiara di luar ruangan. Sesuai janjinya Zigas meminta supaya Tiara membagi rasa sakitnya.
"Mas, sakit. Ya Allah, sakit banget," ucap Tiara. Tiara hampir saja meneteskan airnya, rasa sakitnya sungguh luar biasa.
"Kamu harus kuat, aku yakin kamu kuat." Zigas mengusap kepala Tiara, Zigas juga tidak tega mendengar istrinya terus merintih kesakitan.
"Tapi sakit banget, kamu gak ngerasain sakitnya."
Zigas mendekatkan dirinya ke telinga Tiara, air matanya tiba-tiba menetes melihat perjuangan Tiara.
"Iya, Tiara aku emang gak ngerasain sakit yang kamu ngerasain. Demi Allah Ti, aku juga gak kuat lihat kamu kayak gini. Tapi cara satu-satunya buat lahirin anak kita ke dunia, itu lewat perjuangan kamu. Kamu boleh berbagi rasa sakitnya sama aku, terserah kamu mau ngelakuin apapun. Aku dengan senang hati, menerimanya." Ucapan Zigas membuat Tiara sedikit tenang, Tiara menganggukkan kepalanya. Ia harus berjuang demi buah hatinya, Tiara menggenggam erat tangan Zigas. Dokter yang menangani Tiara sampai terharu, para sukses sudah mempersiapkan alat-alatnya untuk proses lahirannya.
Dokter sudah memberikan aba-aba kepada Tiara, untuk menarik nafas dalam. Tiara mengikuti aba-aba Dokter. Tiara juga mencengkeram erat tangan Zigas, kuku-kuku panjang Tiara sampai membuat tangan Zigas sedikit berdarah. Tapi Zigas sangat menikmati rasa perih di tangannya, rasanya tidak seberapa dengan perjuangan yang Tiara alami.
Tangisan bayi sudah terdengar, Zigas sampai meneteskan air mata harunya. Baru saja Zigas ingin menghampiri anaknya, Tiara langsung menarik tangan Zigas dan memeluk erat leher Zigas.
"Mas, perut aku sakit lagi. Aduh, Ya Allah." Zigas langsung khawatir, Dokter langsung mengecek lagi ternyata Tiara ingin melahirkan bayi keduanya. Dokter langsung memberi aba-aba seperti tadi, Zigas juga menggenggam tangan Tiara erat, menghapus keringat yang ada di kening Tiara. Dan bayi kedua sudah lahir, Tiara menghela nafasnya. Akhirnya ia bisa melahirkan kedua anaknya dengan selamat. Zigas mengusap kepala Tiara, air mata bahagia sudah turun begitu saja membasahi pipi Zigas.
"Sayang, lihat anak kita sudah lahir. Ya Allah kamu hebat banget." Tiara hanya tersenyum, karna tubuhnya masih lemas. Zigas langsung menghampiri kedua anaknya. Anak mereka kembar laki-laki dan perempuan, Zigas merasa sangat bahagia melihat buah hatinya sudah lahir dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.
Zigas mengambil alih menggendong anak pertama mereka, lalu berjalan kearah Tiara.
"Lihat sayang, putra kita ganteng banget." Tiara langsung meneteskan air matanya, lalu mengelus pipi putranya.
"Iya, ganteng banget mirip kamu."
"Aku mau azanin dulu ya." Tiara menganggukkan kepalanya. Zigas kemudian mengazani putra pertamanya, suaranya begitu merdu dan sangat menyentuh. Setelah mengazani, Zigas lalu mengomati putranya. Kemudian Zigas mencium pipi dan kening putranya.
"Mas, tolong bawa ke sini putra kita." Zigas menganggukkan kepalanya, lalu meletakkan putranya di sebelah Tiara. Tiara mengusap-usap pipi putranya, wajah putranya benar-benar mirip Zigas hanya aja bibirnya sedikit mirip dengan dirinya. Zigas lalu menghampiri anak keduanya, mengambil alih menggendong putrinya. Putrinya sangat cantik dan menggemaskan. Zigas mengazani dan mengomati juga putrinya, setelah itu mencium kening dan juga pipi putrinya. Zigas juga membawa putrinya dan meletakan di samping Tiara juga. Tiara menangis melihat putra, putrinya yang sudah lahir ke dunia. Tiara mengusap pipi putrinya, wajahnya sangat mirip dirinya. Dan matanya mirip Zigas.
"Putri kita juga cantik banget kayak kamu, makasih ya udah berjuang ngelahirin mereka," ucap Zigas sambil mencium kening Tiara.
"Sama-sama. Ini kewajiban aku juga, aku juga seneng lihat mereka berdua lahir dengan selamat."
Zaenal, Alodya, Anisa dan juga semua teman-temannya sudah masuk ke dalam. Mereka melihat anak kembar dari Zigas dan Tiara. Anak geng The Farend juga tidak memutuskan pertemanan mereka, walaupun sudah tidak ada Syal dalam hidup mereka. Sekarang ketua The Farend digantikan oleh Iqbal karna Helmi menolak menjadi ketua dan Helmi malah menunjuk Iqbal supaya menggantikan Syal. Iqbal juga perlahan mengubah sifatnya, ia tidak terlalu kaku dan juga pendiam. Mereka semua memberi selamat kepada Zigas dan juga Tiara.
Zigas dan Tiara memberikan nama kedua anak kembarnya dengan nama Muhammad Anzilo dan Anzela Azzahra. Perpaduan antara nama Zigas dan Tiara, Zigas berdoa supaya keluarga kecilnya selalu dilindungi oleh Allah Swt. Dan Zigas bisa menjadi suami dan Ayah yang baik, karna sekarang rumah tangga Zigas sudah lengkap dengan adanya si kembar. Tanggung jawab Zigas pun semakin besar, namun Zigas sangat bahagia dengan kelahiran putra putrinya.
Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan, mereka sama sekali tidak mengharapkan kesedihan. Padahal setiap kebahagiaan pasti akan ada kesediaan, sebagai bentuk ujian kita sebagai manusia. Kita hanya perlu bersabar, karna hidup tidak hanya tentang kebahagiaan semata.
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
Teen FictionJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...