Tiara dan Ziko sedang bermain basket berdua, Ziko terlihat bahagia, sedangkan Tiara entah bahagia atau tidak tapi Tiara menikmati bermain basket dengan Ziko. Tiara berusaha merebut bola basket dari tangan Ziko, Ziko mencubit hidung Tiara karna Tiara tidak berhasil merebut bola tersebut. Lalu Ziko memasukan bola basketnya ke ring, Tiara mendengus karna Ziko menambah skor lagi. Tiara geram, ia membetulkan hijabnya terlebih dahulu sebelum merebut bola basket dari tangan Ziko. Setelah merebut Tiara langsung memasukan ke ring, Tiara bersorak saat ia berhasil memasukan bolanya. Ziko juga tertawa melihat Tiara yang bahagia hanya karna memasukan bola ke ring. Tiara menghentikan tawanya saat melihat Zigas yang tersenyum, walaupun hanya sebentar karna Zigas sudah pergi ke kelasnya.
"Bengong lagi, lanjut mainnya lo masih kalah jauh sama gue." Tiara mendengus lalu mengambil bola basketnya. Tiara serta Ziko terus bermain basket, mereka terlihat bahagia.
"Lihat tuh sih Ziko, dia malah asik sendiri. Ini yang gue muak temenan sama dia, kalo Nathan gak nyuruh gue juga, gue udah males banget temenan sama orang kaya Ziko. Gue tau Ziko kaya, tapi Ziko gak pernah ngehargain gue."
"Lo bener banget, gara-gara dia Ibu gue meninggal. Padahal gue udah minta tolong banget sama Ziko, tapi Ziko malah gak perduli sama gue. Benar-benar brengsek!"
"Dia perlu kita tapi gak pernah anggap kita ada, kita tunggu waktu yang tepat buat hancurin Ziko."
"Udahlah kita ke kantin aja, males gue lihat Ziko mesra-mesraan mulu sama cewek." Mereka pun pergi menuju kantin.
Tiara dan juga Ziko juga sudah menghentikan bermain basketnya. Tiara terlihat kesal karna Ziko satu point lebih unggul darinya, melihat ekspresi kesal Tiara Ziko malah terkekeh ia mengusap kepala Tiara. Kemudian kembali menggoda Tiara.
"Masih inget perjanjian yang tadi, kalo yang kalah bakal traktir makan."
Tiara hanya berdehem, membuat Ziko gemas.
"Ya udah karna gue baik, gue aja yang traktir lo gimana?" tanya Ziko.
"Terserah deh, ya udah yuk pergi ke kantin. Tapi jangan ke kantin utama, soalnya gue pengin beli soto Bu Telo, sama batagor."
"Tubuh lo kecil gini, ternyata makannya banyak juga ya." Tiara menatap tajam kearah Ziko, Ziko malah terkekeh. Lalu mereka pergi menuju kantin.
'^'
Ziko habis mengantar pulang Tiara, sekarang ia akan mengajak teman-temannya pergi ke restoran dan mentraktir teman-temannya. Tapi di pertengahan jalan, Ziko melihat teman-temannya yang sedang berkumpul di warung Bakso pinggir jalan. Tapi yang Ziko herankan kenapa ketiga teman Ziko ikut kumpul bersama Nathan? Bukannya Nathan adalah salah satu musuhnya. Ziko menghampiri teman-temannya, memastikan bahwa meraka ketiga temannya atau bukan. Karna Ziko melihat dari jauh.
Ziko mengepalkan kedua tangannya, ia benar-benar kecewa dengan ketiga teman dekatnya. Ternyata ketiga temannya adalah penghianat, mereka mendekati dirinya karna Nathan yang menyuruh.
"Penghianat lo pada!" Mereka semua langsung menatap kearah Ziko. Nathan tidak perduli dengan kehadiran Ziko, ia tetap melanjutkan makannya.
"Bagus deh Zik, kalo lo tau sendiri kalo kita penghianat." Ziko berniat memukul Vaki tapi Gen memegang tangan Ziko, lalu menghempaskan tangan Ziko.
"Kita tuh udah muak temenan sama lo Zik, lo sebagai temen gak pernah ngertiin kita. Lo cuman mikir buat kesenengan diri lo sendiri," ucap Gen emosi.
"Gue juga kasih lo pada kesenangan, lo pada terkenal di kampus gara-gara gue. Gue juga kalo seneng ngerayain sama lo pada, lo pada lupa sama kebaikan gue?" tanya Ziko.
"Gue gak pernah lupa tentang kebaikan lo, cuman lo ngerayain karna kesenengan lo, bukan tentang kesenengan kita."
"Apa lo pada yang celakain gue?" tanya Ziko.
"Pikir aja sendiri!" seru Kenzo.
Nathan meletakan sendoknya, ia sudah tidak selera makan. Sepertinya Ziko harus diberi pelajaran karna sudah mengganggu acara makannya.
"Dengerin gue, tanpa lo bertiga gue bisa dapetin temen baru yang jauh lebih baik dari pada lo bertiga."
"Kayaknya kalo sifat lo kaya gini terus, gak ada yang mau temenan tulus sama lo. Kecuali karna harta lo," sahut Vaki.
"Udah deh Zik, lo terima aja kalo gue emang jauh lebih hebat dari pada lo. Em kayaknya seru kalo lo dihajar temen lo sendiri," ucap Nathan sambil memberi isyarat kepada Gen, Vaki serta Kenzo. Mereka bertiga langsung menghajar Ziko, Ziko masih mampu melawan ketiga temannya. Nathan lalu menyuruh beberapa temannya untuk membantu. Ziko terkapar, ia sudah kehabisan tenaga. Nathan terlihat puas melihat Ziko yang sudah tidak berdaya, lalu Nathan menyuruh untuk berhenti.
"Udah gue takut Ziko mati, nanti langsung masuk neraka lagi kalo nih anak mati. Kita cabut aja, biarin dia, semoga sih ada orang yang mau nolongin dia."
Teman-teman Nathan tertawa, mereka kemudian pergi meninggalkan Ziko. Ziko meringis kesakitan, penjual Bakso tersebut juga tidak berniat menolong Ziko karna sudah diancam oleh Nathan. Kebelutan Zigas lewat, ia melihat Ziko yang terkapar di jalan. Zigas langsung menghampiri Ziko, ia membantu Ziko berdiri. Melihat Zigas yang menolong dirinya, Ziko malah menepis tangan Zigas. Ia tidak terima jika Zigas yang menolong dirinya.
"Gue gak perlu bantuan lo! Lo sengaja bantuin gue supaya gue relain lo sama Tiara kan?" Zigas terkekeh dengan ucapan Ziko, ia gak habis pikir dengan Ziko. Padahal ia sangat tulus membantu Ziko, bukan karna Tiara.
"Bang, saya nolongin Bang Ziko karna sudah kewajiban saya sebagai manusia untuk saling tolong menolong, bukan karna Tiara ataupun orang lain."
"Minggir! Gak gak perlu bantuan lo," ucap Ziko sambil mendorong tubuh Zigas. Baru beberapa langkah Ziko tidak sadarkan diri, Zigas langsung membawa Ziko ke rumah sakit. Zigas juga tidak meninggalkan Ziko, ia masih menunggu Ziko di periksa oleh Dokter. Tak lama kemudian Dokter keluar, Dokter tersebut memberitahu kepada Zigas bahwa Ziko sudah sadar. Zigas lalu masuk ke dalam, menghampiri Ziko.
"Ngapain sih lo masih disini? Mau minta imbalan sama gue?" tanya Ziko.
Zigas terkekeh walaupun Ziko sudah menghina dirinya.
"Saya tulus nolongin Bang Ziko, karna saya memiliki hati nurani. Saya gak mungkin biarin orang yang butuh pertolongan terluka gitu aja, tapi kalo Bang Ziko menganggap saya mempunyai maksud lain itu terserah Bang Ziko. Yang jelas saya tulus nolongin Bang Ziko, bukan karna Tiara ataupun karna imbalan. Saya gak perduli kalo Tiara deket sama Bang Ziko, kalo Tiara jodoh saya pasti dia akan kembali ke saya lagi, tapi kalo Tiara bukan jodoh saya, saya mencoba buat ikhlas. Saya ini cuman manusia biasa, gak tau perempuan mana yang akan jadi istri saya. Walaupun kita sangat berharap kalo perempuan yang kita suka adalah jodoh kita. Tapi jika takdir berkata lain, kita sebagai manusia bisa apa? Kalo bukan pasrah kepada sang pencipta. Maaf Bang, bukannya saya ceramah atau nasehatin Bang Ziko, tapi itu kenyataannya. Ya udah saya pamit pulang dulu, mungkin Bang Ziko butuh istirahat. Assalamualaikum." Zigas kemudian pergi meninggalkan Ziko, Ziko hanya diam tanpa menjawab ucapan Zigas. Matanya menatap kearah pintu, Ziko menggelengkan kepalanya berusaha membuang ucapan Zigas dari otaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/231909938-288-k324183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
JugendliteraturJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...