Semakin berjalannya waktu, Zaenal semakin percaya bahwa Zigas suami yang baik untuk putrinya. Zigas sekarang juga sudah berkerja di salah satu perusahaan terbesar di kota Jakarta. Sedangkan Anisa sudah menjadi mahasiswi universitas terbaik di Jakarta, Anisa juga seperti Zigas mendapat beasiswa jadi Anisa tidak terlalu merepotkan Abangnya. Mereka memutuskan menetap di Jakarta, Zaenal dan Alodya hanya sering menginap di rumah Zigas dan Tiara. Tapi mereka masih memutuskan untuk tinggal di Bandung. Seperti saat ini mereka sedang di rumah Zigas, menikmati berkumpul dengan Zigas, Tiara dan Anisa. Bukan hanya kumpulan keluarga, teman-teman Zigas, Alka dan yang lain juga ikut kumpul. Syal dan juga teman-temannya, Ziko, Iqbal maupun Aisyah dan Bulan juga ikut berkumpul di rumah Zigas. Suasana sangat ramai, mereka semua juga mengadakan pesta kecil-kecilan. Seperti bakar Ayam, bakar sosis dan bakar jagung.
"Tiara, kamu mau sosisnya apa jagungnya?" tanya Zigas.
"Aku gak mau Mas, aku lagi gak pengin makan." Zigas duduk di samping Tiara, Tiara langsung menyenderkan kepalanya di pundak Zigas. Zigas mengusap-usap kepala Tiara, belakangan ini memang Tiara sangat susah untuk makan.
"Sosis bakarnya Buk, Pak." Ziko menawarkan ke Zigas dan Tiara seperti seorang penjual, Zigas hanya terkekeh. Sedangkan Tiara malah menyembunyikan wajahnya di punggung Zigas.
"Jagungnya aja nih, murah banget. Cuman seratus ribu dapet 1 jagung," sahut Icung.
"Ayam bakar lebih nikmat dan enak, tapi sayang gak dijual. Gue bakar khusus buat Nisa seorang," sahut Syal sambil terkekeh, Anisa hanya tersenyum. Syal dan Anisa memang semakin dekat, Anisa sudah menganggap Syal seperti Abangnya sendiri.
"Diem napa sih kalian, gue pusing ini!" seru Tiara. Mereka langsung diam, saat Tiara menyuruh untuk diam. Mungkin Tiara sedang tidak enak badan, membuat Tiara tidak kuat mendengar suara berisik dari teman-temannya.
"Kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Zigas sedikit khawatir.
"Aku cuman pusing, boleh aku istirahat?" tanya Tiara.
"Ya udah, aku anterin kamu ke kamar ya. Maaf kita gak ikut ngumpul dulu ya."
"Iya gak papa Zig, kayaknya Tiara emang perlu istirahat," ucap Alka karna melihat wajah Tiara yang pucat.
Zigas lalu membawa Tiara pergi ke kamarnya, saat Zigas membaringkan tubuh Tiara. Tiara malah memeluk pinggang Zigas. Zigas menatap wajah Tiara yang lumayan pucat, mana dari pagi Tiara belum mau makan apapun. Zigas mengusap kepala Tiara, membuat Tiara memejamkan matanya.
"Mas, aku pusing banget kepalanya." Zigas menyentuh kening Tiara, kening Tiara agak hangat membuat Zigas khawatir.
"Kita ke Dokter aja ya, Mas takut kamu kenapa-napa." Tapi Tiara menolak Zigas, ia tidak ingin pergi ke rumah sakit. Bukannya takut jarum suntik atau apa. Hanya saja buat berjalan saja kepalanya sangat pusing.
Alodya tiba-tiba masuk ke kamar Zigas dan Tiara, kebetulan kamarnya tidak tertutup. Alodya duduk di samping Anisa, ia sangat khawatir melihat wajah putrinya yang pucat. Alodya mengusap kepala Tiara, Tiara juga tidak melepaskan pelukannya. Ia masih memeluk erat pinggang Zigas.
"Sayang, kita ke rumah sakit ya. Bunda takut Ara kenapa-napa," bujuk Alodya.
"Gak mau Bunda, Ara gak kuat buat jalan. Kepala Ara pusing banget," lirih Tiara.
"Mas telpon Dokternya ya, supaya kesini."
"Bunda aja yang telpon, aku masih pengin peluk kamu."
Zigas menganggukkan kepalanya, menuruti kemauan Tiara. Zigas lalu meminta tolong kepada Alodya untuk menelpon Dokter. Tak lama Dokter datang, Dokter tersebut langsung memeriksa Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
Teen FictionJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...