11. First

28.8K 1.7K 16
                                    

Ini cerita lama. Kalau yang tertarik cerita baru join ke Kidung Kasih Nirmala atau buka blog pribadi saya di www.licasimira.blogspot.com

ok thanks buat vote and commentnya. Enjoy this story

***************************************************************************************

"Nggak usah pacaran! Belajar yang benar biar pintar."

Nenek sering mengucapkan kalimat itu. Tegas dan galak. Sorot mata cukup tajam membuatku hanya menganggukkan kepala patuh. Dan kalimat itu akhirnya menjadi doktrin kuat yang mengakar dalam pikiran dan hatiku, menjadikan benteng kokoh tak kasat mata. Aku selalu memilih menghindar berteman dekat dengan anak laki- laki. Pun jika ada beberapa yang kemudian menyatakan cintanya, kutolak mentah- mentah. Kata- kata nenek memang ampuh membuat hidupku tak mengenal arti hubungan antara laki- laki dan wanita.

Meski kemudian hidupku berubah. Menjelma menjadi sosok wanita dewasa yang hidup mandiri dan berani menantang kerasnya ibukota. Tapi tetap saja berhubungan dengan laki- laki merupakan hal yang tersulit kulakukan. Pengalaman nol sampai ketidaksanggupan mereka dengan sikap acuhku adalah alasan dari kesendirianku hingga saat ini.

Dan sekarang ketika bibirku bertemu bibir Arga, aku tak tahu apa yang harus kuperbuat. Tubuhku menegang kaku, refleks aku melepaskan dirinya namun sayang usahaku sia- sia. Arga menahan tengkuk belakangku, menghentikan laju rontaan dariku. Au melotot garang. Spontan aku menggigit bibirnya,

"Aw!" Arga mengaduh dan melepaskan diriku. Dia mendelik gusar.

"Apa- apaan sih, Ai?" tegurnya dengan raut tak bisa kumengerti.

"Kamu yang apa- apaan?" balasku ketus.

Arga tertawa, "Astaga Ai, kamu istriku. Nggak ada salahnya seorang suami mencium istri. Nggak akan dihukum loh," katanya yang membuatku bungkam seketika.

Dia benar. Tak ada hukuman bagi seorang suami menyentuh istrinya. Halal dunia akhirat. Pahala,

Tapi kan aku...

"Hemm, first kiss, huh?"

Mataku terbelalak. Mudah sekali terbaca?

"Kalau gitu aku benar- benar beruntung mendapatkan gadis polos sepertimu ya," Arga mendekatkan lagi wajahnya.

Aku terkejut. Tubuh dan jiwaku kembali memberontak, tetapi sepertinya sikapku terbaca Arga. Tangannya meraih pinggangku dan membuat tubuh kami tak lagi terpisah jarak.

"MAU APA KAMU?" aku berusaha tidak panic, sayangnya aku sendiri sangsi dengan gesture tubuhku.

"JANGAN MACAM- MA...,"

"Nikmati, Sayang!"

Kalimatku terhenti. Bibir Arga kembali mendarat di atas bibirku. Aku melotot. Sebelah tangan Arga bergerak ke atas, menahan kepalaku.

"Ar..ap...hmm!"

Lidah Arga meluncur dengan cepatnya. Aku terbelalak. Dalam hati merutuk kesialan yang kulakukan. Logikaku masih berjalan, namun harus kuakui ciuman Arga sungguh memabukkan. Perlahan aku pun terhanyut. Menikmati sentuhan Arga pada diriku.

Hangat...

Lembut...

Meleleh...

Arga melepaskan pagutannya tepat disaat aku mulai merasa kehabisan napas. Aku tersengal. Wajahku merona seketika. Mataku pun tak berani menatap wajah Arga.

Senandung Cinta AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang