19. Kebenaran
Thanks 4 vomment. Happy reading...
Aku nyengir sesaat setelah makan siang, Gita menghadangku tepat didepan pintu masuk ruang kerja kami. Tepat seperti dugaanku, rekan kerjaku ini pasti tak sabar untuk menginterogasi diriku.
Ck, Arga sialan!
"Apaan sih, Ta?" kataku mencoba mengulur waktu sembari memamerkan senyum terbaikku.
Gita mendelik. "Basi, Ai! Buruan kasih tahu gue maksud tuh cowok ganteng tadi? Beneran dia laki lu?"
"Ganteng?" dahiku berkerut. "Ganteng mana sama Alan,"
"Ya cowok itu lah, eh?"
Aku terkekeh. Mimik wajah Gita menggelikan. Sepertinya ia tak sadar. Tapi benarkan yang kubilang, Arga lebih ganteng...
"Well, jadi berhubung itu laki ganteng udah punya bini. Tolong jangan dilirik- lirik ya, Bu." Selorohku sembari berjalan menuju meja kerjaku. Mengabaikan tatapan terkejut Gita.
Ya ampun, rasanya lucu.
"Sialan lu, Ai!" Gita mengumpat. Aku mengendik. "Gimana ceritanya sih lu bisa kawin sama cowok kece itu? Ya Tuhan, Ai lu nggak hamil kan?"
Hah?
Aku melongo lalu mendesis gusar. Selalu ya di negara ini jika pernikahan hanya berlangsung sederhana atau tertutup, pemikiran menikah karena hamil duluan yang pertama. Padahal tidak selamanya seperti itu. oke, kalau nasibku emang karena sebuah insiden konyol tapi kan banyak pasangan lain menikah secara sederhana memang keinginan mereka atau ketiadaan biaya.
Resepsi itu mahal.
"Nggak. Gue nggak hamil." Disentuh aja belum.
"Lah terus kenapa? Kok lu nggak ngundang gue?" cerca Gita.
"Panjang ceri...,"
"Gue punya banyak waktu." Potong Gita dengan cepat.
Aku mendesah panjang. Sepertinya tak ada pilihan lagi atau Gita akan memaksa. "Tapi janji, jangan bigos! Gue cerita ke lu doang dan tolong jangan menghakimi keputusan gue."
Gita mengangguk. Dan tak lama bagiku untuk memulai cerita.
***
"Kita ke rumah sakit bentar ya,"
Aku menoleh bingung. Arga mengajakku ke rumah sakit?
Sejujurnya aku senang, tetapi entah mengapa aku merasa ada firasat lain tentang ajakannya kali ini.
"Tumben. Ada apaan?" tanyaku tak sabar.
Arga menatapku sekilas sebelum akhirnya kembali fokus mengemudikan kendaraan. "Mahira harus bertemu dengannya."
"Dia siapa?" aku mengernyit dan berpikir. Namun detik selanjutnya aku terkesiap. Jangan- jangan...
"Mudah Ai untuk menemukannya." sambung Arga yang membuatku melotot tajam.
"Kalau mudah kenapa nggak dari kemarin- kemarin?" semburku yang berbuah senyuman Arga.
"Harus ada bukti kuat, Aina sayang. Bukti yang bisa dipakai sahabatmu untuk memasukkannya ke penjara. Begitu perjanjiannya."
"Perjanjian?"
"Ingat pertemuan pertamaku dan temanmu itu?" aku mengangguk. Pertemuan yang membuatku gundah dan gelisah tak menentu.
![](https://img.wattpad.com/cover/8337292-288-k542737.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Aina
AcakCinta tak pernah dapat ditebak kapan dan darimana asalnya.... Hak Cipta Dilindungi Undang- Undang. Nggak ngelarang kalau mau copas atau ngeshare tapi tetep tolong cantumkan nama PENULIS. STOP PLAGIARISME! Jika ingin dihargai, belajarlah menghargai k...