24. Cemburu Part 2
Happy Reading
"Calista?"
Tubuhku sontak membeku. Ekspresi terkejut jelas tak dapat kusembunyikan, namun segera aku tersadar. Berusaha bersikap normal. Kusambut uluran tangannya sembari menyunggingkan senyuman manis.
Stay cool, Aina!
"Iya. Gue Calista." Senyumnya. Sejenak aku tertegun, bahkan senyum pun membuatnya semakin mempesona. "Arga nggak pernah cerita tentang gue?"
Aku menggeleng. Tapi aku tahu kamu, meski ya bukan dari Arga.
"Bukan nggak pernah cerita tapi belum," Arga menyahut. "Lagipula bukan hal yang penting juga," lanjutnya seraya menarik tubuhku merapat padanya. Tetapi sayangnya pandangannya tak lepas dari Calista, membuat keningku mengerut. Arga terlihat tengah menunjukkan 'sesuatu' pada Calista.
Ck, rahasia apa ini?
Kulirik Calista hanya terdiam menanggapi ucapan Arga. Ia malah mengalihkan pandangan ke Mama."Halo Tante, apa kabar? Selamat ya, Tante,"
Mama mengangguk dan tersenyum, "Makasih ya, Sayang. Tante kira kamu nggak datang loh. Kan sahabat married masa nggak datang?"
"Sahabat?" gumamku tanpa sadar.
Mama menoleh. "Iya Ai, Calista ini sahabat Arga."
"Iya. Cuma sahabat." Calista berkata lirih sembari tersenyum tipis. Siapapun perempuan menyadari ada yang tak beres saat Calista mengucapkan kalimatnya. Meski sekilas tatapan serta ekspresi yang ditunjukkannya dapat dengan mudah terbaca.
Dia kecewa. Aku pernah mengalaminya...
Terluka.
Dan - kuharap aku salah-
Patah hati.
***
"Kamu tidak ingin bertanya apapun?"
Aku menoleh dan menemukan Arga tengah bersandar di ranjang hotel. Acara resepsi pernikahan berakhir larut malam. Kami terlalu lelah dan tidak memungkinkan untuk pulang. Toh, fasilitas kamar pun merupakan salah satu layanan yang diberikan oleh hotel karena resepsi pesta diadakan di sini. Jadi sayang jika tidak digunakan.
"Tentang?"
"Yah apapun yang ada di pikiranmu," Arga mencoba berteka- teki.
Aku mengernyit bingung."Maksudnya?"
Arga mendengus, lalu bangkit untuk menghampiriku. "Sini kubantu!" katanya sambil meraih handuk kecil yang berada di tanganku.
Aku baru saja keramas. Rambutku terasa berat dan lengket setelah seharian disanggul dan sekarang Arga berniat membantu mengeringkan rambutku yang basah.
Wow! Kesambet setan apa dia?
"Aku kan suami yang baik. Memahami istri," bisiknya yang membuat bibirku mencibir. Eh tapi ngomong- ngomong bagaimana dia tahu apa yang ada di pikiranku.
"Aku tahu otakmu ini menyimpan pertanyaan bukan?"
Kedua alisku bertaut. Tetapi tak lama aku menyadari maksud kata- kata Arga. Kembali ke topic awal perbincangan kami.
"C'mon Aina, Sayang. Tanyakan yang ingin kamu tanyakan."
Aku diam. Bergeming. Dari cermin aku dapat melihat Arga yang berulang kali mengusap- usapkan handuk pada rambutku. Sesekali matanya melirik ke cermin, hingga membuat mata kami beradu pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Aina
De TodoCinta tak pernah dapat ditebak kapan dan darimana asalnya.... Hak Cipta Dilindungi Undang- Undang. Nggak ngelarang kalau mau copas atau ngeshare tapi tetep tolong cantumkan nama PENULIS. STOP PLAGIARISME! Jika ingin dihargai, belajarlah menghargai k...