28. Calista (Lagi!)
Ada yang aneh dengan Arga?
Dahiku mengerut. Wajahnya tak seserius biasanya. Tampak beberapa kali ia mengulum senyum. Lalu sesekali manggut-manggut.
Aneh, bisikku dalam hati. Hal itu tak pernah dilakukannya ketika berada di depan laptop. Biasanya yang kulihat ia tampak serius dan sangat fokus.
Tapi ini?
Apa dia tengah chatting dengan seseorang?
Wanita kah?
Tak lama aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya berkali-kali. Cepat-cepat kuhapus prasangka yang tidak-tidak di kepalaku. Semakin hari, hatiku memang semakin kacau. Seiring pernyataan cinta yang pernah kukatakan padanya, rasa was-wasku semakin besar. Aku takut kebahagiaan ini hanya semu. Aku takut suatu ketika Arga justru tidak membalas perasaanku. Misal ia bertemu wanita lain. Atau masih ada cinta belum usai dengan Calista.
Argh, aku mengerang frustasi. Jangan sampai!
"Kenapa, Ai?"
Hah. Aku terkesiap kaget. Arga telah mengalihkan pandangannya. Ia menatapku intens dengan sebelah alisnya terangkat.
"Ada sesuatu?"
"Eh?"
Aku menggeleng sesaat. "Nggak. Nggak kenapa-kenapa. Lagi mikir aja urusan kantor," jawabku asal.
"Oh," Bibir Arga membulat lalu kembali menatap layar laptopnya. Aku melongo. Udah gitu aja?
Ck, seperti bukan Arga. Kenapa aku merasa diabaikan sih?
***
Aku tersenyum tipis menatap bayanganku di balik cermin. Gaun panjang lengan pendek berwarna biru tua terasa pas membalut tubuhku. Pilihan Agni memang luar biasa. Kemarin ia memang berhasil memaksaku untuk membeli sebuah gaun. Tetapi karena aku terlihat enggan, Agni pun berinisiatif untuk memilihkannya sendiri. Jadi sebenarnya gaun ini selera Agni, tapi tak kupungkiri pilihannya memang luar biasa cantik. Gaun ini sangat simple, tetapi tidak terkesan murahan.
Dan penampilanku semakin sempurna karena di leherku melingkar sebuah kalung berlian yang sangat cantik. Kalung pemberian Mama, ibu mertuaku di hari pernikahan. Awalnya aku menolak, menilik bentuknya jelas harganya cukup mahal. Aku sungkan. Tetapi Mama tetap memaksa untuk memberikannya padaku, beliau juga bilang sudah menjadi tradisi dalam keluarga setiap ibu akan memberikan hadiah berharga untuk menantu perempuannya. Dan Mama merasa kalung ini sangat cocok dan tepat untukku.
Ngomong- ngomong tradisi ya? Berarti nanti aku juga harus memberikan hadiah untuk menantuku perempuanku juga. Tabunganku cukup tidak ya?
"Udah siap, Ai?"
Aku tersentak lalu berbalik. Sedetik kemudian aku tersenyum canggung. Arga, suamiku memang sudah dikaruniai fisik sempurna, jadi apapun yang ia kenakan akan semakin menambah pesonanya. Berbeda denganku kan?
"Cantik."
Aku melongo seketika, namun tak lama kurasakan wajahku menghangat. Well, siapa wanita di dunia ini tidak tersipu ketika dipuji orang yang dicintainya? Wanita itu suka sekali disanjung. Walaupun setengah mati tidak mengakui, tapi siapa yang tahu hati tengah berbunga-bunga bahagia.
"Sepertinya kita nggak usah pergi deh, Ai!" bisik Arga yang tiba-tiba sudah berada di dekatku. Hidungnya mulai mengendus leherku. Sontak alarm di kepalaku berdenging.
Bisa sia-sia perawatanku seharian ini, ingatku dalam hati.
"Nggak usah aneh-aneh deh, Ga. Masa iya pak Boss nggak datang. Nggak lucu ah," kataku sambil melangkah mundur. Menghindari Arga yang mulai berotak mesum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Aina
AcakCinta tak pernah dapat ditebak kapan dan darimana asalnya.... Hak Cipta Dilindungi Undang- Undang. Nggak ngelarang kalau mau copas atau ngeshare tapi tetep tolong cantumkan nama PENULIS. STOP PLAGIARISME! Jika ingin dihargai, belajarlah menghargai k...