15. SAKA

28.4K 1.9K 31
                                    

15. 

Happy Reading.

"Sampai kapanpun kamu milikku."

Perkataan Arga semalam terus melintas di benakku. Sejujurnya aku senang mendengarnya. Tak kupungkiri itu. Hati ini melonjak bahagia. Sangat bahagia.

Meskipun logikaku juga mengingatkan untuk menahan semuanya. Ingat Mahira, Ai!

Argh...

"Mbak Ai, ada tamu!"

Aku terhenyak lalu memandang Bi Ana. "Tamu? Pagi- pagi gini, Bi?" tanyaku dengan dahi berkerut. Bi Ana mengangguk.

"Itu sahabat- sahabatnya Mas Arga, Mbak."

"Sahabat?" Lipatan di keningku makin bertambah. Aku memang tak pernah berkenalan dengan teman- teman Arga. Pernikahan berlangsung sangat sederhana, hanya beberapa orang terdekat dan otakku yang blank, tak bisa memahami siapa saja yang diperkenalkan denganku saat itu. Jadi saat Bi Ana menyebut sahabat Arga datang tentu saja aku menjadi tertarik bertemu.

Dengan cepat kulepas celemek, "Udah matang semua kok, Bi. Tolong pindahin ke meja makan ya. Oh ya siapin piring tambahan, siapa tahu sahabat Arga belum sempat sarapan," perintahku pada Bi Ana yang dijawab anggukkan kepalanya.

"Siap, Mbak."

Aku tersenyum lalu melangkah menuju ruang tamu. Kuhela napas panjang sebelum kemudian berniat menyapa mereka. Tetapi sayangnya hal itu tak terjadi, karena salah satu dari mereka menyapaku terlebih dahulu.

"Halo Aina," senyumnya lebar menatap kedatangan diriku.

Dahiku mengernyit. Sepertinya familiar.

Mataku menelusuri sosok tersebut dari ujung kaki hingga kepala. Tubuhnya jangkung dengan mata yang sedikit menyipit. Wajahnya mengingatkanku pada aktor- aktor drama Korea yang pernah kutonton. Tapi tidak, dia tak secantik aktor drakor atau seputih dan semulus mereka. Kulit Saka jelas sedikit cokelat dan satu yang kutangkap darinya senyumnya yang sangat ramah.

"Pesta pernikahan, remember?"

Sontak ingatanku melayang ke saat diriku tengah gusar di sebuah pesta pernikahan. Arga tak jua datang dan aku seperti anak kehilangan induk. Tak tahu apa yang harus diperbuat hingga seorang pemuda datang.

"SAKA!"

Saka terkekeh. Ia mengangguk. "Ah, rugi lo Ai ngelupain cowok seganteng gue!"

Aku terbelalak. Saka luar biasa narsis. Tapi sesaat aku harus mengakui ucapannya, memang dia ganteng sih!

"Sorry, Ka!"

"It's Ok!" Saka tersenyum, "Dan ini Giri. Gir, ini Aina. Istri Arga."

Aku melirik ke laki- laki yang berada di sebelah Saka. Tubuhnya sedikit lebih gemuk, tinggi badannya pun tak setinggi Saka. Namun senyum yang terulas di bibirnya membuatku tahu bahwa laki- laki ini pun tak kalah ramah.

"Sorry ya, waktu kalian nikah gue masih di Jerman," katanya sembari menyalamiku.

"Jerman?"

"Dia kan kuliah disana, " sahut Saka yang membuatku mengarahkan pandangan pada Giri. Memastikan.

"Kagak. Gue kan kesana untuk mengurangi populasi masyarakat Indonesia. Terlalu banyak."

"Alah gagal move on aja ngeles!" cibir Saka yang sontak mendapat perhatian seriusku.

"Eh seriusan gagal move on?" tanyaku ragu. Terlihat seperti sok dekat sih, tapi tak ada salahnya mencoba. Mereka sahabat Arga, aku tentu juga harus mengakrabkan diri.

Senandung Cinta AinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang