4. Tukang Paksa
Saya minta maaf. Benar- benar khilaf kalau belum posting cerita ini selama seminggu. Padahal targetnya dua atau tiga hari sekali. Tapi apalah daya, event sebelah membuat saya harus berkali- kali bolak balik mengetik dan mencari ide baru. Setoran tiap hari dengan listrik yang lebih sering mati itu, lumayan loh bikin pusing. Hahahaa..
Baiklah enjoy this part.
Thanks for voment kalian. Ingatkan saja kalau saya lupa... hehehe.. Thanks
******
Pagi ini kujalani tanpa semangat sama sekali. Mengingat rentetan kejadian yang terjadi kurang dari dua puluh empat jam, sungguh masih belum dapat kucerna dengan baik. Ah, jujur saja aku membenci keadaan ini. Sangat membenci. Bagaimana bisa aku menikah dengan orang yang tak ku kenal. Orang yang sudah membuat sahabatku menderita. Seharusnya aku memakinya atau membunuhnya, tetapi yang ada aku justru menikah dengannya.
Ya Tuhan, Menikah...
Argh, teriakku frustasi.
"Bisakah kau menghentikan teriakanmu, Sayang!"
Seketika aku menoleh dan mendapati lelaki sialan itu sedang bersandar di pintu kamar dengan tangan bersedekap di dada. Ia menatapku dengan pandangan tak dapat kumengerti.
"Teriakanmu itu cukup mengganggu, Sayang!"
Aku mendelik, "Keluar sana!"
"Keluar?" Arga mengernyit. Sebelah alisnya terangkat. Alih- alih pergi karena kata- kataku, Arga justru bersikap santai. Perlahan ditutupnya pintu kamar lalu melangkah dengan anggun menghampiri diriku yang masih berada di atas ranjang. Kemudian ia mengambil tempat tepat di sebelahku.
Aku pun mendengus gusar karena sikapnya,
"Kau sepertinya sudah benar- benar sembuh," ucapnya sambil berusaha menyentuh dahiku.
Segera kutepis. Takkan terulang kedua kali ia menyentuh kulitku seperti tadi pagi, gerutuku dalam hati.
"Kamu tidak pernah belajar bahasa Indonesia, hah?" delikku sebal.
Ia mengernyitkan dahi. Alisnya bertaut. Entah mengapa dalam pandanganku, Arga terlihat sangat tampan. Ya Tuhan, apa yang kau pikirkan sih Aina...
"Maksudmu?"
Aku berdehem. Menggeleng sejenak, menghapus pemikiran aneh yang berkelebat di pikiranku. "Kamu tak dengar yang kukatakan?"
Sejenak kulihat ia berpikir, "Hem sepertinya kamu lupa sayang, ini rumah siapa." seringainya membuatku bibirku mencebik kesal.
Sial, double sial.
"Dan kau istriku, jangan lupakan itu!" lanjutnya kemudian yang membuatku semakin merutuk dalam hati.
Ah, kenapa hidupku sesial ini sih.
Tok tok tok.
Suara ketukan mengejutkanku.
"Masuk!" Kudengar Arga mempersilahkan si pengetuk pintu untuk masuk. Dan tepat ketika pintu ter buka seorang wanita paruh baya yang terlihat olehku.
Dahiku mengerut. Mencoba mengingat wajah wanita baya ini. Sepertinya tak asing. Hem, aku melihatnya dimana ya?
"Maaf mas Arga, disuruh Ibu turun untuk makan malam," ucap perempuan itu.
Kerutan di dahiku bertambah.
Apa katanya?
Makan malam? ibu?
Aku baru tersadar seutuhnya. Well, sepertinya aku nyaris terserang amnesia. Bagaimana bisa aku melupakan keberadaan wanita yang memaksaku menikahi anaknya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Aina
RandomCinta tak pernah dapat ditebak kapan dan darimana asalnya.... Hak Cipta Dilindungi Undang- Undang. Nggak ngelarang kalau mau copas atau ngeshare tapi tetep tolong cantumkan nama PENULIS. STOP PLAGIARISME! Jika ingin dihargai, belajarlah menghargai k...