1. Selalu Salah

156K 6K 1.2K
                                    

⚠Budayakan vote sebelum membaca!⚠

Usahakan buat follow profil dulu, baru baca. Tinggalin vote, koment, bila perlu share ke akun media sosial kalian!

⚠banyak adegan kekerasan, Kata-kata kotor, dan hal diluar nalar yang tidak pantas untuk dicontoh, bijaklah dalam membaca! ⚠

Barangkali di sini ada yang udah lupa sama alurnya? Wkwk, sama kok, aku juga lupa. Makanya, aku mulai lagi biar kita bisa koreksi bareng lagi, jangan bosen ya:)

"Jangan pernah memandang rendah dirimu sendiri! Bagi dunia, kau hanyalah seseorang. Tapi bagi seseorang, mungkin kau adalah dunianya!"

***

"Kak sakit," cicit Aihara menatap tangannya yang diremas oleh kakaknya-Arlez. Arlez tidak menggubris perkataan adiknya itu, yang dia lakukan hanya meremas tangan Aihara sampai dia puas.

Aihara meringis pelan, kakaknya memang seperti itu. Setiap kali dia marah, pasti Aiharalah yang akan menjadi sasarannya. Sekuat apa pun Aihara meminta dilepaskan, detik itu juga Arlez semakin gencar meremas tangannya.

"Gue gak suka punya adik kayak lo!" bentak Arlez menatap Aihara tajam. "Dan gue juga gak mau lihat lo bahagia," ucap Arlez semakin kuat meremas tangan Aihara.

"Sa-kit," cicit Aihara tanpa sadar air matanya sudah menurun. "Kak jangan gini, aku ini adik kakak."

Arlez tertawa menyeramkan. "Cuma lo yang berpikir seperti itu, gue gak akan pernah berpikiran sama kayak lo!" bantah Arlez melepaskan tangan Aihara kasar.

Arlez bangkit meninggalkan Aihara yang masih memegangi pergelangan tangannya

Aihara melihat punggung kakaknya sendu. Selama ini, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang Arlez. Yang dia dapatkan, hanya kebencian dan kebencian. Entah sebab apa yang membuat Arlez begitu membencinya.

"Ai!" baru saja Aihara bernapas lega, Arlez sudah memanggilnya kembali dengan suara yang tidak bersahabat.

Buru-buru Aihara menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Langkah Aihara semakin memelan melihat tangan kakaknya yang sudah mengepal dengan wajah merah padam menahan amarahnya. Tatapannya menajam, setajam silet.

"Ada ap-

"Gak usah sok gak tahu! Gue bilang jangan sentuh barang gue! Tapi ini? Lo malah pecahin gelas kesukaan gue! Lo mau mati?!"

Aihara menggeleng, dia bahkan tidak pernah menyentuh gelas milik Arlez. "B-bukan Kak," bantah Aihara membela dirinya sendiri.

Prang!

Arlez melemparkan sisa gelas yang dipegangnya tadi. "Lo makin lama makin ngelunjak ya!" Arlez menarik tangan Aihara menuju gudang. "Malam ini jangan harap tidur lo nyenyak! Tidur di gudang!" Arlez mendorong paksa tubuh Aihara.

"Awh," ringkis Aihara merasakan darah mengalir di dahinya. "Kak, jangan kurung Aihara di sini, Kak. Kak, Aihara takut sama tikus! Buka Kak!" percuma, sekeras apa pun dia berteriak, Arlez yang dasarnya tidak punya hati hanya memilih pergi.

Brother BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang