20. Pelukan Penenang

33.1K 1.8K 480
                                    

Jejak

-Arlez-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Arlez-

"Apakah semua masalah harus diselesaikan dengan cara emosi? Menurutku jelas tidak, bukannya menyelesaikan, malah hanya akan menambah masalah."

***

Arlez menjambak kuat rambut Aihara. Lalu menampar gadis itu berulang kali. "Lo sialan anjing! Biadab! Arghhhh bangsat! Mati lo!"

Aihara merintih kesakitan, air matanya sudah berderai mengiringi rasa sakit akibat jambakan Arlez di kepalanya. Bahu Aihara bergetar hebat, pasukan oksigen terasa menipis lantaran Arlez tidak memberikannya ruang sedikit pun. Cowok itu mengamuk dengan brutal, menampar Aihara dan juga menjabat rambut itu hingga rontok sana-sini.

"Sa-kit," rintihan Aihara terdengar begitu memilukan. Aihara sudah lemas dan kepalanya terasa nyut-nyutan dengan pandangan ber- kunang-kunang.

"Emang gua peduli! Enggak." Arlez melotot tajam.

"Jangan gini. Jangan gini," cicit Aihara menggeleng lemah.

Dengan sisa tenaga, Aihara memeluk tubuh Arlez membawa cowok itu dalam dekapannya. Arlez menangis terisak di ceruk leher Aihara. Dipeluknya Aihara dengan erat tidak membiarkan Aihara pergi sedikit saja dari hadapannya. Karena ketakutan yang teramat, Arlez dengan gerakan cepat mengunci tubuh Aihara hingga berada di bawahnya.

"Jangan bahas orang lain atau tanya itu sebelum gue sendiri yang cerita. Lo terlalu berharga buat gue, jadi jangan pancing emosi gue. Lo tahu gue gak bisa ngontrol emosi, dan lo selalu jadi sasaran empuk rasa egois gue."

Aihara mengatupkan bibirnya rapat. Dalam waktu sekejap saja, Arlez bisa langsung merendahkan amarahnya hanya dengan pelukan. Aihara merintih pelan lantaran Arles memeluknya dengan begitu erat. Apalagi ketika pipinya menempel di pundak Arlez. Rasa ngilu dan perih langsung bercampur menjadi satu.

"Shhh," rintih Aihara membuat Arlez melepaskan pleukannya.

Arlez panik bukan main, mata Arlez langsung tertuju ke pipi Aihara yang nampak legam karenanya. Arlez menyentuhnya dengan pelan. Luka di sudut bibir Aihara membuat hatinya tersentil. Arlez menatap terus luka itu cukup lama. Setelahnya mengecup luka itu membuat mata Aihara terpejam rapat. Arlez menjauhkan wajahnya kembali, mengambil kotak p3k yang berada di laci kamar Aihara untuk mengobati pacar sekaligus adik manisnya.

"Tahan, ya," pinta Arlez sembari mengobati luka Aihara dengan hati-hati.

"Pelan-pelan," ujar Aihara menyingkirkan tangan Arlez yang akan menyentuh lukannya.

Brother BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang