"Kakak brengsek!"
"Iya emang gue brengsek! Gue bangsat! Dan gue bejat! Puas lo!"
***
Arlezero Lintang Akbar, cowok tampan dengan sejuta pesona menyimpan sisi iblis tersembunyi. Sikapnya yang selalu bangsat dan suka semena-mena semakin membuat Arfist...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Abijar-
"Kalau kamu mawar, aku lebih memilih menjadi duri. Kenapa? Karena aku ingin melindungimu dari tangan-tangan nakal. Cukup aku saja yang bisa memilikimu, orang lain jangan!"
***
Semenjak kejadian di kantin tadi, Aihara menatap hanparan lapangan dengan tatapan kosong. Hatinya merasa kalut dengan tindakan Arlez yang tidak bisa di benarkan. Matanya menyorot keberadaan Abijar yang tengah melemparkan bola basket dengan sekuat tenaga hingga bola basket itu memantul jauh dari pandangan. Aihara menunduk, menatap sepatunya yang berwarna putih dengan perasaan sesak. Tidak seharusnya dia melakukan hal bodoh itu bersama dengan Arlez, rasanya jika mengingat ada Abijar, Aihara ingin membenturkan kepalanya sekarang juga.
Aihara bangkit, berjalan menuju Abijar yang tengah meneguk air minum dengan rakus, sisa air itu digunakan untuk mengguyur rambutnya hingga menetes di dahi. Langkahnya memelan melihat Abijar yang menegok ke arahnya dengan datar. Entah kenapa, semenjak kejadian malam itu, sikap Abijar kepadahya sedikit agak berbeda, sikap hangat cowok itu semakin membuatnya merasa bersalah.
Abijar melirik Aihara sekilas, hatinya masih terasa sakit jika melihat wajah Aihara. Cowok itu mengangkat pandangannya hingga kedua matanya bertemu dengan manik mata senduh gadis itu. Sialnya, Abijar tidak bisa melihat raut sedih itu terlalu lama, Aihara amat berharga untuknya, tidak akan dia biarkan air mata itu tumpah barang setitik pun.
"Maaf," cicit Aihara setelah Abijar membawanya masuk dalam dekapannya. Abijar mengangguk singkat, marah kepada Aihara adalah hal yang mustahil.
"Jangan nangis, aku udah maafin. Harusnya aku gak boleh egois ke kamu, udah jangan nangis. Jelek lho," tutur Abijar menangkup pipi Aihara yang basah karena air mata.
Bibir Aihara masih saja bergetar, rasa bersalah selalu saja menghantuinya jika menatap mata Abijar terlalu lama. Tidak ada cowok setulus Abijar, sesetia Abijar dan sesayang itu ke dirinya. Kasih sayang yang Abijar berikan untuknya tidak akan pernah dia dapatkan dari kakaknya. Laki-laki yang notabenya adalah kakak untuknya tidak pernah memeluknya, menenangkanya, dan tidak akan selembut ini padanya. Semuanya Aihara dapatkan dari Abijar.
"Sini, peluk aku lagi." Abijar kembali membawa Aihara dalam pelukanya, tidak peduli dengan bel istirahat yang telah berbunyi itu. Lapangan makin ramai, Abijar tidak peduli, yang dia lakukan hanya ingin memeluk gadis itu dengan waktu selama mungkin. "Sayangnya aku," bisik Abijar mengecup singkat dahi Aihara.
Dekapan Abijar begitu nyaman, Aihara sampai memejamkan matanya menikmati momen itu. "Ai juga sayang."
"Pelukan aja terus sampai mampus!" Arfan berteriak kencang dari seberang lapangan diikuti anggota devhells lainya.