23. Minta Kiss

26.2K 1.5K 620
                                        

-Arfan-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Arfan-

"Pahami dulu apa mau hatimu. Bukan malah langsung menyimpulkan yang akhirnya berujung petaka."

***

Warung joker kembali ramai. Suasana yang menjelang malam tidak meruntuhkan kebahagian mereka. Sekedar untuk nongkrong atau untuk menikmati makan dan minum di warung joker. Anggota Devhells juga membawa pasangan masing-masing menemani mereka agar tidak kesepian. Lain lagi dengan yang jomblo hanya bisa menggigit jari dan guling-guling di tikar yang sudah disediakan.

"Makan mie terus. Rambut lo keriting entar," cibir Darell melihat bagaimana Arfan memakan mie beserta nasi.

Arfan tidak mengindahkan ucapan yang dilontarkan Darell. Baginya, makan mie dan nasi bisa melupakan dunia sejenak. Dua mangkok nasi bercampur mie sudah dia habiskan. Menyeruput es tehnya dengan mata terpejam. Telinganya terasa berdengung mendengar suara salon yang Aiden nyalakan. Cowok itu memang suka sekali menyalakan musik di warjok baik siang mapun malam.

"Kowe seng tak sayang-sayang." Arfan menutup telinganya yang bisa saja akan pecah detik ini juga. Menatap Rafa sinis dengan melengos.

Rafa katanya baru saja ditolak oleh gebetannya sejak kelas satu. Patah hati sebelum jadian kata Qila yang menjulukinya. "Katanya mau ta'aruf-an aja. Gak mau pacaran, pacaran haram katanya. Iya gak Qil?" Aiden mengangkat sebelah alisnya meminta pendapat dari Qila.

Qila mengangguk sembari memakan sosis gorengnya. "Iya. Baru aja bilang sama gue tadi malam. Gak tahunya tadi pagi nembak anak orang. Abis itu ditolak pula. Kasihan banget abang gue, udah burik gak ada yang mau pula," kata Qila pura-pura bersedih.

"Sembarangan! Gue itu enggak galau, hanya saja gue lagi mencoba buat ikhlas. Hiks, mungkin aja dia gak pantas buat jadi pacar gue, dia pantasnya jadi istri gue, hiks." Darell bergidik ngeri. Sahabatnya yang satu ini sangat lebay soal urusan perempuan.

Qila menggetok kepala Rafa. "Mimpi apa gue punya kembaran kayak lo. Alay!" sindir Qila bergidik. Rafa mengelus dadanya sabar, mungkin sudah menjadi nasibnya menjadi kakak kandung rasa tiri.

"Qila kalau ngomong pedes," sergah Agrita menempel di pundak Arfan. Agrita berdecak. "Ih Arfan. Jangan makann terus dong!" kesal Agrita. Arfan tak peduli, menghabiskan makanan di warjok lebih penting daripada Agrita.

"Biarin!" jawab Qila ketus.

"Jangan gitu Qil. Lo mah dzolimi banget sama Rafa. Kasihan tahu, nanti nangis," kata Berly sembari terkekeh.

Qila mendengus. Selalu saja mereka membela Rafa. Tidak ada seorang pun yang mau membelanya. Fersya memegang pundak Qila dengan senyuman kecil. Melihat itu Qila kembali mendengkus. Fersya juga sama seperti mereka, yang membedakan cewek itu agak kalem dan cenderung pendiam.

Brother BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang