"Kakak brengsek!"
"Iya emang gue brengsek! Gue bangsat! Dan gue bejat! Puas lo!"
***
Arlezero Lintang Akbar, cowok tampan dengan sejuta pesona menyimpan sisi iblis tersembunyi. Sikapnya yang selalu bangsat dan suka semena-mena semakin membuat Arfist...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Abijar-
"Hidup itu bukan hanya tentang cinta dan cinta. Ada banyak hal yang harus kamu lakukan selagi bisa. Masalah cinta itu belakangan, yang terpenting nikmati dulu apa yang ada."
***
"Makan bersama beralas daun pisang. Serasa bagaikan di hotel berbintang." dasarnya memang Sendi tidak punya urat malu. Cowok itu terus saja menyanyi sembari menatap makanan di atas daun pisang.
Sepuluh menit yang lalu makanan memang sudah matang semua. Mereka menyiapkannya di atas daun pisang. Berjajar-jajar rapi dengan aneka hindangan. Mereka bahkan sudah mengambil tempat duduk masing-masing. Hari sudah menjelang sore, setelah makan mereka akan memutuskan untuk mandi di pantai.
Antara cowok dan cewek saling berhadapan dengan pasangan masing-masing. Yang berstatus jomblo hanya bisa menggigit jari sembari menyaksikan keuwuhan di antara orang pacaran. Sama halnya dengan Sendi, cowok itu masa bodoh dengan statusnya, yang dia pikirkan bagaimana caranya menghabiskan makanan sebanyak itu dalam waktu sekejap.
"Makan sendiri bisa, 'kan?" tanya Arlez sesekali menyuirkan ayam untuk Aihara.
Gadis itu mengangguk. "Iya," jawabnya tanpa menoleh.
Arlez menghela napas. Aihara bahkan tidak bisa makan dengan benar. Terbiasa makan menggunakan sendok, dan sekarang mencoba langsung dengan tangan malah nasinya ambyar ke mana-mana. Jika sudah begini, Arlez harus turun tangan menyuapi pacar sekaligus adik manisnya itu.
"Katanya bisa, makan nasi aja ambyar," sindir Arlez sesekali mengunyah mentimun dan mencolekannya ke sambal.
Aihara menatap Arlez dengan polos. "Arlez. Ai mau disuapin aja, nasinya genit sama Ai, masa," kata Aihara menunjukan tanganya yang dipenuhi dengan nasi. "Dari tadi tangan, Ai ditempeli terus. Ai, kan jadi risih, ihhh." Aihara mengibaskan tangannya yang dipenuhi oleh nasi lengket.
Kunyahan Arlez terhenti. Ingin sekali dia menyembur Aihara menggunakan nasi yang ada di mulutnya. "Gimana gak lengket sayang. Orang lo makan gak cuci tangan dulu," sergah Arlez menarik tangan Aihara dan mencucinya bersih menggunakan air.
"Sayang nanti lotionAi jadi ilang. Mahal lho, kak."
"Emang lo pikir gua peduli?" tanya Arlez ketus.
Ai merenggut sedih. "Nanti kulit Ai jadi gosong. Kalau gosong nanti gak cantik lagi, kalau gak cantik lagi nanti Arlez enggak suka lagi. Kan gak lucu, apalagi Ai udah di icip-icip sama Arlez, pasti nanti nyesek banget."