21. Weekend

26.5K 1.6K 883
                                    

-Aiden-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Aiden-

"Kebersamaan itu indah, dan lebih baik dari pada sendiri. Aku, kamu, dan kalian, mari membuat team yang disebut persahabatan."

***

"Mau dong, kak." Aihara duduk di hadapan Arlez yang memakan mie instan sembari bermain ponsel. Arlez melirik Aihara sekilas, suapan demi suapan berhasil mendarat lincah di lidahnya. Suara sruputan mie beserta kuah membuat Aihara menelan ludahnya sendiri. "Kak, minta," kata Aihara lagi.

"Bikin sendiri. Jangan manja, pulang aja lo ke rahim ibu lo kalau gak bisa masak." Arlez berujar pedas tidak melirik Aihara sedikitpun.

"Tapi Ai emang gak bisa masak," kata Aihara lagi.

"Cewek model apa lo? Kalau lo punya suami sama anak, mau lo kasih makan apa? Batu?" Aihara terdiam menatap Arlez dengan kecewa.

Aihara menatap Arlez dengan tajam. Aihara membuang muka lantaran Arlez menatapnya dengan sinis. Aihara bangkit dari duduknya. Ia mengambil mie instan pedas yang ada di nakas kemudian menyiapkan air untuk memasak mie. Arlez menoleh, cowok itu menatap setiap pergerakan Aihara yang membuatnya waspada, apalagi ketika Aihara mengambil pisau untuk memotong cabai rawit. Mata Arlez terus bergulir, takut jika pisau itu berpindah fungsi.

Arlez memutar bola matanya malas mendengar suara potongan Aihara yang begitu berisik. Arlez tidak mengubris, cowok itu kembali memakan mienya dengan nikmat. Aihara melirik sinis, ketukan itu makin lama makin kencang. Dengan kesal Aihara memotong cabai yang terakhir dengan kencang.

Brak!

"Awww!" Arlez langsung menoleh menatap belakang dengan panik. Cowok itu menarik tangan Aihara yang terkena pisau kemudian memasukannya ke dalam mulutnya. Arlez menghisap darah di tangan Aihara kemudian menatap Aihara tajam.

"Kalau gak bisa masak enggak usah sok-soakn buat masak. Gini kan akibatnya!" omel Arlez menarik Aihara untuk duduk di kursi.

Aihara meneteskan air matanya. "Kan Arlez sendiri yang bilang Ai harus bisa masak."

"Enggak gitu konsepnya dodol! Masih untung cuma luka belum sampai patah. Kalau patah mau kalau tangan lo diganti sama tangan sapi?" Arlez bertanya dengan nada kesal. Jarinya sibuk mengelus luka di tangan Aihara agar Aihara tidak merasakan sakit.

Aihara menggeleng lemah. Aihara membayangkan jika tangannya di ganti dengan tangan sapi. "Tapi kan sapi enggak ada tangan." Aihara menjawab dengan nada serak menahan tangis. "Lagian kalau tangan Ai diganti sama tangan sapi, nanti Ai enggak cantik lagi."

Brother BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang