24. Derita Jones

18.3K 1.3K 349
                                    

Jangan lupa buat vote + komentarnya:)

Happy Reading...

-Aihara-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Aihara-

"Rasa sayang bukan hanya diungkapkan lewat kata-kata. Namun, bisa juga diungkapkan lewat perlakuan."

***

"Lagi dong, kak," pinta Aihara sembari membuka mulutnya lebar-lebar.

Arlez menatap Aihara dengan mulut mengunyah nasi goreng buatan Ayu. Arlez melirik kedua orangtuanya yang menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. Apalagi saat melihat mata Dirga, Arlez jadi waspada, takutnya Dirga menaruh rasa curiga tentang ia dan Aihara. Arlez menyuapi Aihara setelahnya minum, bangkit, dan hendak pergi sebelum ucapan Dirga membuatnya langsung berhenti.

"Selesaikan makan kamu, Arlez!" tegas Dirga menatap putranya dengan tajam.

Suasana seketika langsung hening. Arlez menoleh datar menatap Dirga. Arlez juga menatap Aihara yang menatapnya dengan tanda tanya. Cowok itu meletakan kembali tasnya ke atas kursi dengan kasar, melanjutkan makanannya dengan tergesa-gesa. Bahkan, cowok itu menarik tangan Aihara yang berada di bawah meja untuk dia genggam. Aihara refleks menoleh, tapi tatapan Arlez tetap lurus ke depan seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kenapa kamu begitu terburu-buru?" Arlez tersedak mendengar kalimat yang Dirga lontarkan. Cowok itu mengambil minum dan meneguknya dengan rakus. "Bukankah lebih gampang mengambil gelas dengan tangan kirimu daripada tangan kanan? Sementara gelas kamu ada di sebelah kiri?" Dirga bertanya penuh selidik melirik tangan Arlez sebelah kiri.

"Tangannya buat megangin tangan, Ai." Aihara mengangkat tangannya yang di genggam oleh Arlez kehadapan Dirga dengan cengiran tak berdosanya.

"Goblok sumpah!" maki Arlez memejamkan matanya menahan luapan amarah yang menggebu. Arlez melirik Aihara tajam, lihat saja setelah keluar dari rumah, ia akan memastikan Aihara membayar semuanya.

"Tumben. Biasanya juga gak gitu," kata Ayu menimpali.

"Salah megang, Ma. Niatnya mau megang kursi," alibi Arlez memutar bola matanya jengah. "Ngapain sih di ributin, gak boleh apa anaknya Arlez pegang? Takut lecet?"

Dirga menghela napas kasar. "Pulang sekolah langsung pulang, ada hal penting yang ingin papa bahas secara lugas." Dirga menatap Arlez dengan sorot dinginya. "Dan kamu Arlez, jangan pernah kecewakan Papa." Dirga beralih menatap Aihara yang juga menatapnya. "Untuk kamu Ai, jangan pernah bohongin Papa. Karena Papa benci yang namanya pembohong." setelah itu Dirga bangkit berpamitan ke Ayu untuk berangkat ke kantor.

Brother BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang