Jejak.
-Arlez-
"Kemarahanmu kamu anggap sayang. Lalu, rasa sakit hatiku ini kamu anggap apa? Lelucon?"
***
"Aihara, pacar lo tuh," bisik Qila menyenggol bahu sepupunya. Aihara berdesis lirih, gadis itu membawa sebotol air lalu berjalan ke arah lapangan. Di mana kekasihnya tengah berdiri dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. Aihara tersenyum lantaran cowok dingin itu menatapnya dengan teduh.
"Capek banget, ya?" Aihara berujar lirih mengambil handuk kemudian mengelap keringat Abijar yang mengucur deras. "Nih, minum dulu. Aku tahu kamu capek, besok-besok lagi, kalau main itu inget waktu. Pasti kamu belum makan, kan?" tuding Aihara panjang lebar.
Abijar menghela napas lelah, selalu saja pacarnya itu akan selalu menceramahinya dengan panjang lebar. "Orangtua aku aja enggak peduli."
"Tapi aku peduli sama kamu," balas Aihara dengan lirih. "Aku enggak mau kamu kenapa-napa. Kalau kamu kenapa-napa siapa yang bakalan jagaian aku? Enggak ada kan?"
Bibir Abijar melengkung ke atas. Cowok itu menarik Aihara dalam dekapannya. "Aku beruntung punya kamu," bisik Abijar.
"Aku lebih beruntung." Aihara membalas pelukan Abijar dan tanpa sengaja netranya menatap Arlez yang juga menatapnya.
Arlez berdecih sinis, melangkahkan kakinya tapi terhenti kala kedatangan sahabatnya. Mau tak mau, Arlez mengikuti mereka dan datang bergabung dengan Abijar. Melihat kedatangan Arlez, Aihara langsung mundur beberapa langkah sebelum tangannya di genggam erat oleh Abijar. Arlez tersenyum devil, matanya menyorot tajam Aihara yang juga menatapnya. Cowok itu mengusap alisnya dengan jempol tangannya. Matanya bergulir menatap Abijar, cowok itu nampak santay sesekali menjawab pertanyaan sahabatnya.
"Bucin terus sampai mampus!" sindir Arfan dengan gaya sok cool--nya. Matanya langsung berbinar melihat Agrita yang menatapnya lalu menunduk. "Hallo masa depannya Mamas," sapa Arfan tersenyum malu-malu. Agrita menunduk malu, gadis itu menggeser tubuhnya dan bersembunyi di belakang Aihara.
"Netizen +62. Bilang orang lain bucin dia sendiri lebih parah." Rafa berdecak malas melihatnya. Cowok itu menunduk kala matanya bertemu dengan sang mantan. "Jaga pandangan Rafa, kuatkan hati lo. Jangan sampai lo kelihatan kayak orang galmove dong. Bisa turun harga diri gue sebagai anak alim. Ingat shalawat guz azmi, pacaran tidak perlu temukan cinta dalam istikharah. Hayok, tapi berlaku kalau enggak lupa, hehe. Ya Allah, maafkan Rafa, Rafa khilaf."
"Bang jangan bikin gua malu deh," ujar Qila menatap Rafa dengan garang. "Ingat kata bokap, jangan suka ngegas kalau ngomong!"
"Lo sendiri ngegas asu!" Rafa berteriak heboh sedetik kemudian menutup mulutnya. "Astaghfirullah, ini mulut berdosa banget sih. Enggak bisa apa alim dikit, heran banget." Rafa merutuki mulutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Brengsek
أدب المراهقين"Kakak brengsek!" "Iya emang gue brengsek! Gue bangsat! Dan gue bejat! Puas lo!" *** Arlezero Lintang Akbar, cowok tampan dengan sejuta pesona menyimpan sisi iblis tersembunyi. Sikapnya yang selalu bangsat dan suka semena-mena semakin membuat Arfist...