Jejek tolong.
-Arlez-
"Setajam-tajamnya pisau, lebih tajam tatapanmu. Dan, sepedas-pedasnya cabai, lebih pedas ucapanmu."
***
Aihara menatap Arlez sekilas. Gadis itu menundukan pandangannya lantaran Arlez juga ikutan menatapnnya. Aihara marah dengan Arlez yang mengajaknys keluar berkumpul di gengnya. Niatnya malam ini dia ingin tidur bersama bubu sambil menonton film kartun kesukaan, tapi semuanya lenyap gara-gara Arlez memaksanya keluar. Setelah perdebatan tadi dan berakhir Arlez memeluknya. Aihara jadi semakin aneh dengan perasaannya, dan juga Arlez.
Perlakuan cowok itu sedari tadi membuatnya bingung bukan main. Apalagi setelah sampai di markas, setelah cowok itu menanyakan di mana keberadaan Abijar. Setelah tahu Abijar tidak ikut bergabung, cowok itu langsung saja menarik Aihara dan mendekapnya. Bahkan, Aihara sempat terkejut, tapi Arlez langsung tersenyum manis membuat mulutnya langsung terkunci rapat.
"Mau apa hmm?" Arlez memindahkan posisi Aihara menjadi menghadapnya. Arlez tidak peduli dengan beberapa anggota Devhells yang menatapnya dan Aihara secara terang-terangan.
Aihara menengok ke belakang di mana anggota Devhells banyak yang menatapnya. "Ai ... pengen pulang. Mau nonton kartun bareng Bubu," kata Aihara memberanikan dirinya.
Cowok itu menggeleng. "Di sini aja." Arlez menatap Aihara dengan dingin.
Aihara menggeleng kuat. "Gak mau Arlez. Ai mau pulang," tolak Aihara berusaha melepaskan cekalan tangan Arlez. "Lepasin!" sentak Aihara.
Pandangan Arlez berubah menjadi tajam. Matanya menggelap seirama dengan napasnya yang mulai terdengar kasar. Genggaman di tangan Aihara makin kencang. Arlez terus menatap Aihara yang terus mengeliat meminta di lepaskan.
"Lepas Arlez!"
"Diem, Ai." Arlez bersuara dengan nada dingin.
Bukannya takut, gadis itu justru semakin memberontak. Dia hanya ingin kembali ke rumah. "Gak mau lepasin!"
"Aihara!" bentak Arlez dengan tajam. Aihara langsung bungkam dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Bahkan, anggota Devhells yang tadinya ribut mendadak bungkam. "Lo kalau gue bilang enggak ya enggak!" Arlez menyeret paksa Aihara yang masih menangis.
Arlez keluar dengan membanting pintu kasar. Arfan memegang dadanya sangking kagetnya. "Busyet, gue gak yakin Aihara selamet," lirih Arfan menerka-nerka apa yang akan dilakukan Arlez.
"Semarah-marahnya, Bos. Gak bakal bunuh adiknya sendiri," timpal Nanda bersikap santai.
Aiden mengangguk setuju. "Iya. Paling cuma digores dikit aja," kata Aiden mengatakan kata dikit dengan gerakan ibu jari dan jari telunjuk di kecilkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Brengsek
أدب المراهقين"Kakak brengsek!" "Iya emang gue brengsek! Gue bangsat! Dan gue bejat! Puas lo!" *** Arlezero Lintang Akbar, cowok tampan dengan sejuta pesona menyimpan sisi iblis tersembunyi. Sikapnya yang selalu bangsat dan suka semena-mena semakin membuat Arfist...