26. Sisi Lain

19.6K 1.5K 440
                                        

Jejaknya tolong.

-Arlez-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Arlez-

"Tolong jangan berpaling hanya karena dia yang kelihatan lebih menarik dari pada aku. Bagaimana pun, cinta itu selamannya bukan sementara."

***

"Kemana aja lo, Jar? Baru gabung?" tanya Darell sembari memakan cirengnya.

Suasana kantin yang cukup ramai, tentu saja membuat Darell harus sedikit mengeraskan suaranya. Takut-takut jika saja Abijar tidak mendengar ucapannya barusan.

Abijar menatap Arlez yang dengan telatenya menyuapi Aihara. Tiba-tiba saja, tangannya terkepal di bawah sana. Ingin sekali dia menghajar Arlez dan membawa Aihara pergi sejauh mungkin. Abijar akui, dia sakit dengan tingkah Aihara.

"Etdah malah ngelamun!" semprot Aiden menyadarkan Abijar dari lamunannya.

Abijar menetralkan raut wajahnya. "Belajar buat Olimpiade minggu depan," jawab Abijar dengan singkat.

Arfan berdecak. "Belajar terus. Gak bosen lo? Gue aja kalau belajar nunggu ulangan doang, itu pun pakai sistem kebut semalam. Lah lo? Ngikut Olimpiade ke sana ke sini, emang kalau orang pinter itu beda," puji Arfan dengan tertawa kecil.

"Gimana, Rel? Orang pinter, minum tolak angin. Berarti buat orang pinter doang dong? Orang goblok kaya kita gak boleh minum? Setan banget tuh pabriknya," sinis Rafa kesal ketika mengingat iklan tolak angin di televisi.

Darell menaikan alisnya dengan mengunyah makanan yang di berikan oleh Fersya. "Kita? Lo aja kali. Gue gak goblok-goblok banget kaya lo."

Rafa mencoba bersabar menghadapi sahabatnya yang tidak punya rasa solidaritas sama sekali. "Hina aja terus! Nanti lo mati, keranda masjid gue umpetin! Kuburan lo gue kasih kerikil dan kain kafan lo gue bikin jadi daster," kesal Rafa kembali memakan baksonya dengan rasa kesal.

Qila mengusap bahu kembarannya itu dengan wajah sok bersedih. "Yang sabar ya abang ganteng. Walaupun apa yang diucapkan Darell itu kejam, tapi Darell itu ... ada benarnya juga."

Rafa menghempaskan tangan Qila begitu saja. "Bunuh gue aja Qila bunuh. Lo kayaknya gak suka banget ya punya kembaran kaya gue? Heran gue! Gak di rumah gak di sekolah selalu aja jadi bahan bully. Gue curiga, kalau gue ini gak diinginkan sama kalian, hiks sedih banget gue bangsul." Qila bergidik jijik dengan ulah memalukan kembarannya itu.

"Ya Allah Qila, kamu ini berdosa banget sama mantan," kata Berly menggelengkan kepalanya heran. "Kasihan lo mas mantanya jadi sedih gitu, mana nangis lagi."

Brother BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang