"Kakak brengsek!"
"Iya emang gue brengsek! Gue bangsat! Dan gue bejat! Puas lo!"
***
Arlezero Lintang Akbar, cowok tampan dengan sejuta pesona menyimpan sisi iblis tersembunyi. Sikapnya yang selalu bangsat dan suka semena-mena semakin membuat Arfist...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Rafa-
"Hidup tanpa candaan itu kurang lengkap. Tapi kalau kebanyakan candaan, ujungnya malah berselisih paham."
***
Abijar bersama sahabatnya menatap ke arah lapangan dengan bingung. Pasalnya, ada segerombolan siswa memakai seragam yang berbeda dari yang mereka kenakan. Apalagi, ditambah mereka dengan kurang ajarnya menggoda sahabat Aihara secara terang-terangan. Arfan melotot lebar melihat sang kekasih di sentuh-sentuh oleh anak berandalan itu. Arfan langsung melangkah dengan emosi yang sudah di ubun-ubun. Abijar menatap Rafa yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Abijar mengode lewat matanya agar mengikuti Arfan, takut-takut cowok itu akan lepas kendali melihat Agrita yang terus-menerus di goda oleh salah satu anak Cakrawala.
"Cewek gua ngapain lo jawil-jawil!" teriak Arfan menepis kasar tangan cowok dengan Nametag Edi. "Kurang kerjaan banget nyari cewek di sini. Emang di sekolah lo gak ada cewek bening gitu? Adanya burik semua, iya?" Arfan melindungi Agrita menggunakan badanya sebagai benteng.
Edi tertawa renyah. "Emmm, ada sih. Tapi, jarang banget. Di sini enak juga, banyak cewek bening, tiktok lagi."
"Apaan tuh tiktok?" tanya Aiden menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Cowok itu heran sendiri, niatnya ke sini ingin melihat bagaimana Arfan menghajar mereka lantaran sudah beraninya menggoda Agrita dengan seenak jidat. Tapi, dugaannya salah besar, Arfan justru malah beradu bacot dengan Edi, mungkin hanya sedikit kesal karena pacarnya di goda oleh Edi.
"Opo meneh iku tiktok? Omonganmu kui ngelantur, Ed! Gawe sirahku nambah cenat-cenut." Bayu memijat pelipisnya yang terasa pening. Terbiasa dengan keadaan tenang, setiap kali banyak masalah, kepalanya langsung pening dan terasa berputar-putar.
(Apa lagi itu tiktok? Ucapanmu itu ngelantur, Ed! Buat kepalaku tambah pusing.)
Edi menatap cewek-cewek yang berada di pinggir lapangan. "Tiktok, cantik montok."
"Anjir!" umpat Rafa kelepasan. "Boleh juga tuh. Tiktok, cantik montok." Rafa menepuk pundak Edi pelan. "Lo mau? Ini adek gua aja, gua relain buat lo. Lagian, enggak ada gunanya juga dia bagi gua. Yang ada cuma beban keluarga. Kalau lo mau, bungkus aja, kalau bosen, bisa kasih ke kucing. Lumayan, buat penghasilan. Adek gua masih ting-ting dijamin masih tingting. Enggak nyesel deh lo, satu malam sepuluh juta aja, enggak usah mahal-mahal. Kalau gak mampu sewa hotel, di semak-semak juga bisa. Adek gua mah gak ribet, diajak di tengah jalan juga ayok. Biasa, dia kan kembarannya anjing."
Qila yang berada di belakang Rafa memasang tanduknya dengan wajah memerah padam serta tangan yang sudah mengepal. "Rafa si anjing! Kalau ngomong lambemu di filter! Lo pikir gua cewek apaan, anjing! Tapi lo bener, gua emang kembarannya anjing! Dan anjingnya itu elo!" Qila menendang tulang kering Rafa dengan seenak jidat.