Part 12

1.2K 159 25
                                    

Heiran langsung berlari dari parkiran mobil ke ruang operasi. Begitu melihat Jeno, dia langsung menghampirinya. Jeno adalah sepupu kandung Heiran dan Beomgyu.

"Jen, kok bisa sih?!" tanya Heiran sangat cemas.

"Gua juga ga tau, kak. Tadi Beomgyu yang nelfon gua." jawab Jeno.

"Terus sekarang dia dimana?" tanya Heiran lagi.

"Katanya dia lagi ngurus administrasi rumah sakit. Mungkin masih di resepsionis." jawab Jeno.

"Lagian papa kok bisa disini sih?" tanya Heiran membuat Jeno bingung.

"Lo gatau paman di Korea?!"

Heiran menggelengkan kepalanya. Mereka menunggu didepan ruangan itu dengan sangat cemas. Setelah satu jam berlalu, Jeno pergi untuk menghampiri Beomgyu.

Mark yang mendatangi rumah Heiran diberitahu asisten rumah tangganya bahwa Mr. Choi masuk rumah sakit. Mark pun langsung bergegas menyusul Heiran.

Sesampainya di rumah sakit, dia melihat Heiran sedang duduk di kursi rumah sakit dengan kepala yang tertunduk. Dia terlihat pucat dan bernafas dengan cepat.

Mark menghampiri Heiran dan duduk disampingnya.

"Ran.."

Setelah Mark memanggil Heiran, dia baru sadar kalau ada seseorang disampingnya. Heiran hanya menatap Mark sebentar dan kembali melihat ke pintu ruang operasi lagi.

"Sebenernya papa kamu sakit apa, Ran? Badannya juga sampe kurus." tanya Mark.

Heiran terkejut mendengar pertanyaan Mark.
"Sakit apa? Kurus? Kapan kamu ketemu papaku?" tanya Heiran lagi.

"Sekitar satu minggu yang lalu." jawab Mark.

"Ha? Kenapa dia ga bilang sama aku? Terus, Beomgyu juga kenapa enggak bilang? Kenapa semua orang kayak gini sih?!" Heiran berteriak. Akhirnya dia menangis. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa hanya dia yang tidak tahu kalau papanya ada di Korea. Bahkan Mark mengatakan kalau badan papanya menjadi kurus.

Mark mencoba menenangkan Heiran dengan mengelus punggungnya. Dia juga sangat bingung kenapa Mr. Choi tidak memberitahu Heiran bahwa dia berada di Korea.

Jeno kembali dengan tergesa-gesa sambil setengah berlari.
"Kak, gua udah cari kemana-mana tapi Beomgyu enggak ada. Mobilnya juga ga ada di parkiran." kata Jeno.

Heiran berdiri dari kursinya.
"Ha? Tapi tadi bukannya lo kesini bareng dia?" tanya Heiran.

"Enggak, kak. Dia cuma nelfon gua. Terus waktu gua nyampe disini, gua telfon dia lagi. Dia bilang dia lagi ngurus administrasi. Tapi sekarang nomornya enggak aktif." jelas Jeno.

Heiran benar-benar tidak mengerti sekarang. Apa Beomgyu sangat membencinya sampai-sampai dia tidak mau bertemu Heiran? Dia juga tidak memberitahu kalau papa mereka ada di Korea.

Dokter keluar dari ruang operasi. Mereka langsung menemui dokter itu.

"Gimana, dok?" tanya Heiran.

"Papa kamu sudah berjuang keras selama ini. Jujur, menurut saya dia orang terkuat yang pernah saya temui. Melawan kanker hati diumurnya yang sudah tua, dia masih bisa bertahan sampai tiga tahun. Tapi sepertinya sekarang memang sudah waktunya dia untuk beristirahat. Saya benar-benar minta maaf, saya sudah berusaha semampu saya." kata dokter tersebut sambil membungkukkan badannya memberi penghormatan.

Dunia seperti berhenti. Apa maksud semua ini? Kanker? Tiga tahun? Papa meninggal?

Heiran hanya diam tanpa ekspresi apapun. Pandangannya juga kosong. Mark memanggil sambil menggoyangkan badan Heiran, tapi Heiran tidak bereaksi apapun.

Heiran berjalan melalui mereka semua ke dalam ruangan tersebut. Dia seperti mayat berjalan. Dia melihat papanya yang sudah terbaring tidak bernyawa. Air matanya jatuh, tapi Heiran tetap diam. Dia seperti patung yang mengeluarkan air dari mata.

Dia tidak dapat merasakan apapun. Benar-benar seperti dunianya telah berhenti.

Bahkan sudah sampai dua jam, Heiran tidak bereaksi apapun. Dia tetap diam duduk disamping jenazah papanya.

Tapi pemakaman harus dilaksanakan. Dengan berat hati Mark dan Jeno menyetujui pihak rumah sakit untuk mengurus jenazah Mr. Choi ke pemakaman, karena Heiran benar-benar tidak bereaksi apapun dan juga Beomgyu yang tidak tahu ada dimana.

Sampai dirumah duka, Heiran hanya diam. Dia tidak berbicara kepada semua orang yang datang memberi penghormatan kepada papanya. Semua orang terlihat sangat khawatir.

Mark selalu ada disamping Heiran walaupun dia hanya diam seperti patung. Mark juga sudah menghubungi Taeyong. Heiran tetap menurut dengan perkataan Mark. Mulai dari saat Mark menyuruh Heiran untuk menandatangi berkas rumah sakit, bahkan sampai meminta Heiran mengganti pakaian berdukanya dengan salah satu asisten perempuan.

Begitu Taeyong sampai, dia langsung berlari menuju Heiran. Tidak tahu kenapa selama di perjalanan Taeyong sudah menangis.

Taeyong memegang wajah Heiran sambil berkata, "Ran.. ini aku.."

Begitu Heiran melihat Taeyong, dia langsung menangis sejadi-jadinya. Taeyong pun langsung memeluk Heiran dengan erat. Heiran menumpahkan semua air matanya yang sudah dia pendam selama berjam-jam.

Semua orang yang ada disitu heran dan bertanya-tanya. Karena mereka tidak mengenali Taeyong.

Sampai salah satu orang bertanya langsung kepada Mark.
"Itu siapa?"

Mark diam sesaat memperhatikan Taeyong dan Heiran berpelukan sambil menangis bersama. Hal itu membuat dia menyadari sesuatu.

Mark lalu menatap orang yang bertanya itu dan menjawab,
"Calon suaminya."

🌸🌸🌸

Selama acara pemakaman Heiran selalu memeluk atau sekedar menggenggam tangan Taeyong. Yang pasti tidak sedetik pun Taeyong meninggalkan Heiran sendiri.

Sekarang mereka sudah sampai dirumah Heiran. Heiran tertidur diperjalanan pulang. Taeyong menggendong Heiran ke kamarnya.

Mark menunggu di ruang tamu. Setelah memastikan Heiran tidur dengan posisi nyaman, Taeyong pun turun menghampiri Mark.

Mereka saling berhadapan dengan wajah yang serius.

"Gua mau nanya sesuatu sama lo. Tapi tolong lo jawab setelah lo yakin sama jawaban lo itu." kata Mark.

Taeyong diam menunggu pertanyaan Mark.

"Lo yakin bisa ngebahagiain Heiran?" tanya Mark.

Taeyong maju satu langkah, semakin dekat dengan Mark.
"Gua bakal ngelakuin apapun demi kebahagiaan Heiran. Sekalipun gua harus kehilangan nyawa." kata Taeyong dengan sangat yakin.

Mark merasa cukup puas dengan jawaban Taeyong. Hal yang Mark sadari tadi adalah Heiran hanya bisa menangis meluapkan isi hatinya hanya didepan Taeyong. Artinya Heiran hanya mempercayai Taeyong.

Mark tidak akan tega melihat Heiran tidak bahagia. Dia sudah kehilangan orang tuanya sekarang, bahkan adiknya juga masih menghilang. Dia tidak mau membuat Heiran semakin menderita lagi jika kehilangan Taeyong.

Mark siap menanggung dosa atas janji yang tidak dia tepati kepada almarhum Mr. Choi.

Mark menepuk bahu Taeyong. Lalu dia pergi dari rumah Heiran dan juga akan pergi dari Korea.

🌸🌸🌸

The End.

Engga deng, becanda hehe.
masalah utamanya juga belum mulai hehehehe

*fyi : author suka surprise 🙈

Caught in A Lie ✓ Taeyong Mark NCT (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang