BREAK 16

55 12 6
                                    

BREAK 16

Jangan pernah memberi celah sekecil apapun!.


Malam begitu terasa sangat panjang. Setelah merayakan kemenangan atas kasusnya, rombongan Kim Yong Joon hampir menghabiskan seluruh waktu di bar untuk bersenang-senang. Bahkan tak sedikit dari mereka sampai mabuk parah, termasuk Park Meri.

Kim Yong Joon yang memang tidak bisa mengabaikan seseorang, ia terpaksa mengantar kliennya itu pulang. Untunglah supir pribadinya masih selalu setia menemani walaupun sudah pagi buta.

Sesampainya di rumah Meri. Wanita yang kini telah resmi berstatus janda itu pun berjalan dengan sempoyongan. Ia tertawa dan bicara sesuka hati, meluapkan segala angan-angannya yang terpendam selama ini.

"Nona Park, istirahatlah!" Yong Joon yang memang tidak banyak minum malam itu, ia masih dalam keadaan sadar walaupun tidak 100%.

"Hahaha, akhirnya aku lepas darimu!" Meri pun masih ngoceh dalam mabuknya.

"Tidurlah!" pinta Yong Joon. Seketika, wanita itu menatap wajahnya.

"Mengapa kau memanggilku dengan sebutan nona? Panggil saja namaku! Meri, bukankah kita seumuran?" ucapnya

"Aku harus pulang!" Yong Joon hendak melangkah pergi.

"Kim Yong Joon." panggil Meri hingga membuat Yong Joon terkesiap mendengarnya. "Ya, Yong Joon-ah..." sambungnya.

Bagaimana mungkin suara itu terdengar sangat mirip dengan suara istrinya?

"Ah, mungkin saja aku sudah mabuk." Pikirnya. Yong Joon tersenyum malu, ia mengusap kasar wajahnya. Tentu, ia sangat merindukan istrinya seharian ini.

Park Meri tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya. Entah sejak kapan blazer transparannya terlepas, hingga hanya mini dress merah itu yang kini membalut tubuhnya.

Yong Joon masih berusaha mengendalikan dirinya, ia tau betul bahwa wanita di depannya itu bukanlah istrinya.

Perlahan, tangan indah itu menyentuh wajah pria karismatik itu. "Yong Joon-ah, malam ini ijinkan aku untuk mengucapkan terimakasih padamu!" suara lembutnya mampu membuat bulu kunduk meremang.

Bagaimanapun juga, Kim Yong Joon hanyalah manusia biasa. Ia adalah laki-laki normal yang apabila dirayu oleh wanita cantik bisa saja tergoda. Apalagi pengaruh minuman sedikit banyaknya menyertai keduanya.

Meri mendekat dan semakin dekat, tubuhnya bagai melekat menempel hingga ia segera mencium bibir Kim Yong Joon. Dan aroma maskulin dari tubuh Yong Joon semakin membangkitkan gairahnya. "uuhhhftt."  Meri berhasil mempermainkan bibirnya, kedua tangannya sangat lihai, hingga dengan cepat mampu membuka semua kancing baju cassual Kim Yong Joon dan melepas bajunya, menelusupkan lidahnya di antara telinga hingga membuat pria itu mendesis tak kuasa menahan hasratnya. Kini, Yong Joon pun terjerat rayuannya.

***

Lee Heryong sampai di apartemennya. Ia masih ditemani oleh Jo Min Gi.

"Yong Joon-ah..." Heryong segera masuk setelah membuka pintu, berharap bahwa suaminya itu sudah berada di rumah. "Yong Joon-ah..." ia masih menelusuri setiap sudut ruangan untuk mencari Kim Yong Joon. Namun suaminya itu tidak ada di sana.

"Heryong." Min Gi mendekat.

"Ternyata, Yong Joon belum pulang!" ucap Heryong yang terlihat kecewa.

"Baiklah, aku akan menunggu di sini sampai dia pulang."

Keduanya pun duduk di sofa ruang tv. Namun Heryong terlihat tidak tenang.

"Aku akan mengambil minuman untukmu." Heryong pun pergi ke dapur. Ia membuka lemari es. Namun tiba-tiba tangannya bergetar, dengan reflek kedua tangannya itu saling merangkul. Aneh, mengapa hatinya tiba-tiba terasa sakit? Sakit bagaikan ditusuk sembilu. Namun ia mencoba untuk tidak menghiraukan perasaannya itu. Tangannya masih memilih gelas-gelas kaca yang indah untuk dituangkan minuman segar. Namun."Praaannnkkk."  Beberapa gelas itu terjatuh dan pecah seketika. Heryong hanya berdiri terpaku melihat pecahan gelas itu, seketika tangannya mencengkram kerah bajunya. Perih dan sakit masih ia rasakan di dalam lubuk hatinya. "Ada apa?"  batinya bertanya.

BREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang