BREAK 17 Luka

55 11 8
                                    


BREAK 17 Luka

Menjadi seorang pecundang.


Kim Yong Joon sama sekali belum pulang ke rumahnya dari kemarin. Ia memilih ke kantor, dan merenung seorang diri di ruangannya, dan sama sekali tidak tau harus berbuat apa. Perasaan bersalah tentu menyelimuti hatinya, ia telah menghianati cinta yang selama ini dibangun dengan kerja keras dan kepercayaan. Kini, ia baru terpikir untuk menghubungi Heryong, dan ingin bicara bahwa dirinya baik-baik saja. Kedua tangannya meraba saku jas, baju dan celana, untuk mencari di mana ponselnya. Ia pun menggebrak meja kerjanya dan merasa frustasi karenanya. "Di mana ponselku?" mencoba mengingat-ingat.


***

Di kediaman Park Meri.

Wanita itu sedang merapihkan kamarnya. Ia termenung mengingat malam yang indah baginya. Dan ia melihat sesuatu di ruangan itu. Ya, itu adalah ponsel milik Kim Yong Joon. Ia pun hanya menggigit jari ketika tak sengaja melihat lock screen poto Yong Joon dan Heryong. "Nyonya Kim?" gumamnya. Terbesit rasa bersalah pada keduanya, dan ia segera bergegas untuk mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya.


***

Kim Yong Joon bersandar pada kursi dan memejamkan matanya.

"Aigo, Yong Joon-ah..." seru Kang Tae Yong yang masuk ke rangannya.

"Ah, kau membuatku kaget!" ucap Yong Joon.

"Wae?" Tae Yong memperhatikannya, dan sepertinya ia merasa ada yang aneh.

"Mwo?" bengong Yong Joon.

"Kau terlihat sangat lelah?" Tae Yong memang seperti peramal, pandangannya yang peka pada orang lain, membuatnya selalu merasakan sesuatu. "Hm, mungkin kau terlalu banyak minum kemarin." sambungnya.

"Benar, kumohon kau jangan memandangku seperti itu lagi!" Yong Joon merasa tidak nyaman.


***


Tanpa sepengetahuan Yong Joon, Heryong pun datang ke kantornya.

"Jagiya..."  Heryong masuk keruangannya. Sementara Yong Joon dan Tae Yong sedikit terkejut karenanya.

"Ah, selamat siang nona Lee..." sapa Tae Yong.

Heryong pun berhenti sejenak untuk membalas sapaan Tae Yong padanya. "Selamat siang pengacara Kang."

Kang Tae Yong tau, ia seharusnya segera keluar dari ruangan itu.

"Pengacara Kang..." panggil Heryong. "Aku sebenarnya merasa kesulitan, kemarin aku merasa ingin menghubungimu untuk menanyakan suamiku, namun aku tidak mempunyai nomor ponselmu. Jika tidak keberatan, bolehkan aku meminta nomor mu?"

"Ah, tentu saja." Tae Yong segera mengeluarkan kartu namanya, dan memberikannya pada Heryong.

"Terimakasih!" ucap Heryong. Ia pun melanjutkan langkahnya untuk segera memeluk Yong Joon di hadapan Kang Tae Yong.

"Heryong-ah..." Yong Joon hanya berdiri dan terpaku memandangnya.

"Bogosipda!" ucap Heryong dengan memeluk suaminya itu.

"Nado. Nado bogosipda!" balas Yong Joon dengan pelukan eratnya.

"Aiiisshh..." Tae Yong tersipu malu, ia pun segera meninggalkan ruangan itu.

"Kau kemana saja? Aku sangat menghawatirkanmu semalaman!" ucap Heryong dengan sikap manja.

"Ah, mianhae. Aku- a- aku hanya tidak ingin mengganggumu, aku sangat sibuk, jadi aku memutuskan untuk tidur di kantor." Ucap Yong Joon dengan nada yang gugup.

BREAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang