32 Kebelet Rindu

334 30 9
                                        

POV NYA BERUBAH JADI AUTHOR POV YAAA.

BTW JANGAN LUPA VOTE MOA

***

Seperti biasanya, setiap datang ke kampus pasti Nara datang terlebih dahulu daripada Yeonjun. Kenapa Nara bisa tahu? Karena Nara adalah orang yang sangat jeli dan memiliki memory yang bagus.

Nara melepaskan helm-nya dan berjalan menuju kelas yang ada di lantai dua gedung fakultas Fisip.

Ternyata ia disambut oleh teman-temannya yang sudah hadir terlebih dahulu.

"Sultan kita datang guys." sambut Nayu.

"Tapi mukanya tegang banget sis." kata Zela.

Nara memberikan kode kepada teman-temannya bahwa ia ingin bercerita sehingga teman-temannya mulai merapat untuk mendengarkan Nara dengan baik.

"Semalem gue di chat kakak kelas gue pas SMA." kata Nara pada teman-temannya.

"Terus?" -Diya

"Gue ngerasa bersalah sama Yeonjun." kata Nara sambil memainkan jarinya.

"Jangan bilang elo----?????" Zela dengan pertanyaan ngegas-nya udah heboh sendiri.

"Gue gak bermaksud main di belakang Yeonjun, tapi-- duh gimana yah. Wajar gak sih? Soalnya kan belakangan ini gue bener-bener jarang banget chat sama yeonjun. Kadang sekalinya chat malah berantem gak jelas. Makanya 'mungkin' gue butuh pelarian, salah gak sih?" Nara menekan kata 'mungkin', terlihat seperti menginginkan pembenaran, tapi apa yang Nara lakuin itu bener atau enggaknya, temen-temennya pun bingung harus jawab apa.

"Eemmm--- gue gak ngerti sih ini bener apa enggak, soalnya gue gak pernah ngerasain." -Diya.

"iyalah lo kan bucin banget sama si Kai." -Nayu

Diya hanya terkekeh menjawabnya.

"Kalo menurut gue sendiri nih ya yang pernah ngalamin hal kayak lo, yaaaa gimana yah, harus pinter-pinter aja jangan sampe ketauan. Tapi sebelum sama jaemin sih dulu awalnya juga bilang ke mantan gue yang ldr, tapi kan lama-lama gue juga malah putus sama yang ldr. Yaaa gimana yah, intinya kalo emang mau jujur ya jujur, kalo mau gak jujur ya jangan sampe ketauan dan memancing keributan antara lo sama yeonjun, apalagi kalo sampe putus, big NO!" jelas Zela panjang lebar menjelaskan pengalamannya sekaligus memberikan solusi yang menurut Nara juga membingungkan.

Iya, Nara sendiri belum tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, Nara emang butuh taman bermain karena jenuh di rumah yang tidak bisa sepenuhnya membuat dia nyaman. Tapi di sisi lain, Nara tetap menyayangi rumahnya dan ingin tetap tinggal.

Nara melamun beberapa saat, dan lamunannya terganggu oleh notifikasi di hp-nya.

Dari Yeonjun.

***

Suara jam alarm mengganggu pendengaran laki-laki yang tengah asik tertidur ini.

Choi yeonjun mematikan alarmnya dan melihat jam berapa sekarang.

07.00 pagi.

Belum terlambat, tapi entah kenapa gravitasi kasur mendadak jadi lebih kuat dibanding sebelumnya.

Seseorang mengetuk pintu kamar yeonjun dengan keras, "ABAAANGGG BANGUN." suara itu cukup nyaring sampai akhirnya mau tidak mau yeonjun bangkit dari posisinya dan menuju ke arah pintu.

"iya ini bangun, kenapa?" kata Yeonjun sambil membuka pintu dengan ciri khas wajahnya yang masih 'muka bantal'.

"Mama pergi tadi subuh, aku mau berangkat sekolah dulu. Tapi mama belum kasih aku bekel. Aku minjem uang abang dulu boleh?" Gadis berusia 17 tahun ini tersenyum lebar untuk merayu sang abang supaya memberinya sepeser uang.

dingin [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang