#21: Quest No.1

272 71 8
                                    

Pemandangan dari jendela kamar rumah sakit merupakan satu-satunya hal yang dapat menghibur Felix saat ini. Ia memilih untuk melamun menatap ke luar jendela dibandingkan menyalakan televisi di depannya. Sesekali ia mengunyah buah-buahan yang diberikan oleh sang ibu agar cepat sembuh katanya.

"Masih sakit?" tanya ibunya dengan nada lemah lembut.

"Tidak, Bu. Aku merasa jauh lebih baik."

Jawaban Felix membuat ibunya tersenyum penuh syukur. Akhirnya anak semata wayangnya telah sadar dan hampir pulih sepenuhnya. Beliau masih ingat bagaimana hancurnya hatinya serta histerisnya ia saat mendapat kabar buruk yang menimpa Felix. Namun perasaan itu telah menguap tergantikan oleh rasa syukur ketika mengetahui Felix dapat keluar dari rumah sakit beberapa hari lagi.

"Anakku... cepatlah sembuh dan jangan sakit lagi. Ibu tidak tahu harus bagaimana jika kau tidak ada," ujar ibu Felix sambil mengusap pucuk kepalanya dengan penuh kasih sayang.

"Ayah kan masih ada," balas Felix agar atmosfer emosional di sekitarnya tidak terlalu pekat. Bisa-bisa ia menangis sesegukan jika pembicaraan ini terlalu dalam.

"Hah... kau ini, ayahmu kan sibuk bekerja. Lagipula apa kau tega meninggalkan ibumu yang sudah tua ini?"

Felix hanya tersenyum simpul menanggapi pertanyaan ibunya. Rasanya ia akan menangis kalau ibunya membahas ini lebih lama. Walaupun ibunya terkadang galak, Felix tetap tidak tega jika melihat ibunya sedih. Ia ingat betul bagaimana ibunya menangis bahagia sambil memeluknya kala ia tersadar pertama kali. Saat itu ia menyadari bahwa tiada hal lain yang lebih penting bagi ibunya selain dirinya dan ayahnya.

BEEP!

Tiba-tiba pintu kamar rumah sakit terbuka memecahkan atmosfer emosional di kamar rawat. Di pintu tersebut terlihat dua orang pemuda yang membawa sekeranjang buah-buahan serta bunga cantik yang masih segar. Keduanya menunduk memberi salam kepada ibu Felix.

"Selamat siang," sapa keduanya bersamaan.

"Masuklah, Hyunjin dan Minho."

Ibu Felix mempersilakan keduanya masuk. Mereka terlihat sama-sama tersenyum cerah ketika menatap Felix. Tentunya Felix pun tersenyum senang karena ini pertama kalinya ia dikunjungi oleh kedua temannya setelah sadar.

"Huaaaaaa Feliiiiix..."

Tanpa aba-aba, Hyunjin langsung memeluk Felix dengan senang. Untung saja ia masih ingat sahabatnya tersebut baru saja pulih, kalau tidak mungkin sekarang Felix sudah sesak napas dipeluk Hyunjin. Sedangkan Minho, ia hanya berdiri sambil tersenyum di samping Hyunjin.

"Hey, kau tidak mau memelukku?" goda Felix karena dapat ia lihat mata sahabatnya tersebut sedikit berkaca-kaca.

"Ah... apasih," tolak Minho sambil menengadahkan kepalanya.

"Hah, dasar. AYOOO SINI PELUKAAAN."

Dengan paksaan Hyunjin, akhirnya mereka bertiga berpelukan layaknya serial film anak zaman dahulu. Tanpa mereka sadari, Minho sedang berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Namun Felix yang merasa bajunya sedikit basah kemudian menggodanya.

"Hyunjin, Hyunjin, lihat... Lino menangis," goda Felix yang membuat tangisan Minho semakin deras akibat malu.

"Kalau nangis, nangis saja dasar bocah tsundere."

Hyunjin mengalungkan lengannya di leher Minho sambil mengacak-acak rambutnya.

"Dasar menyebalkan," ujar Minho sambil berusaha menghapus air matanya. "Aku kira kau akan mati waktu itu..."

"Aku tidak akan mati segampang itu, Minho," ujar Felix sambil terkekeh.

"Maafkan aku," lirih Minho.

Cypher | Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang