#29: Last Quest

273 66 6
                                    

Changbin menatap pemandangan di balik jendela mobil. Matanya menerawang jauh dengan niat mengosongkan pikiran. Ia menghela napas lalu memalingkan wajahnya ke arah jok kemudi yang dikendarai oleh Jae. Maklum, mobil yang mereka kendarai merupakan mobil van manual yang tidak bisa menggunakan kemudi otomatis.

"Berapa lama lagi kita akan sampai?" tanyanya dengan wajah datar.

"Jika tidak ada hambatan dan orang-orang yang tak terkendali sekitar setengah jam lagi," jawab Jae.

Perjalanan dari Distrik 9 ke Distrik 1 ditempuh dalam waktu tiga jam. Namun karena beberapa hambatan—seperti mobil yang tiba-tiba ditabrak oleh mobil lain, drone yang tiba-tiba menembak, dan orang-orang kehilangan akal yang melemparkan diri mereka ke tengah jalan—perjalanan tersebut terasa sangat panjang. Bahkan beberapa orang di mobil tersebut bisa tertidur meski sesekali terlonjak kaget.

Namun Changbin lebih memilih untuk terjaga sekaligus menjaga kewarasannya. Barang kali mereka akan diserang, mereka tidak tahu. Sehingga, ia lebih memilih untuk menyilangkan tangan dan menggenggam pistol yang diberikan Jae di pinggangnya. Sebetulnya ia tidak terlalu mahir tetapi sebelum berangkat Chan hanya berpesan, "Anggap saja di game."

Apanya yang di game kalau kekacauan yang mereka hadapi benar-benar nyata, pikirnya. Ia juga memikirkan skenario terburuk yang akan ia hadapi jika ia harus berhadapan dengan ayahnya. Kira-kira apa yang akan ia lakukan, ia juga tidak tahu. Daripada itu, ia harus fokus untuk menjalankan misi yang telah diberikan.

Beberapa drone yang setengah hancur dapat ia lihat di sekitar jalanan. Jalanan Distrik 1 yang biasanya begitu ramai kini menjadi sangat sepi. Hanya tersisa beberapa mobil rombongan mafia yang lewat dengan berpacu cepat. Berjaga-jaga kalau drone tersebut tiba-tiba aktif dan menyerang mereka.

Benar saja. Beberapa ratus meter sebelum mereka mencapai Zero Tower, sebuah drone tiba-tiba kembali aktif dan menembak mobil yang dikendarai rombongan mafia tersebut. Suara ban berdecit terdengar kala Jae membanting setir. Felix dan Jeongin yang tertidur bahkan terlonjak kaget.

Nahas, Jae membanting setir terlalu kencang sehingga mobil yang mereka kendarai hampir terbalik. Belum lagi saat ia berusaha menginjak pedal gas, mobilnya tidak berjalan. Ia segera keluar dan memeriksa kondisi mobil. Ternyata dua ban samping kanan mobil tersebut terkena tembakan.

"Haish..."

DOR! DOR! DOR!

Seakan tak memberi waktu untuk jeda, drone tersebut kembali menembaki mobil mereka. Sekarang mobil di belakangnya juga bahkan ikut berhenti akibat terkena tembakan. Jae segera berlindung di balik mobil lalu berusaha menjatuhkan drone tersebut dengan menembaknya.

Suara tembakan terdengar tetapi bukan berasal dari Jae melainkan Chan. Ia menembak drone tersebut hingga jatuh dari dalam mobil yang jendelanya ia buka. Jae kemudian menatapnya dan dibalas dengan tatapan datar oleh Chan. Jadi teringat masa lalu.

"Semuanya turun, ban mobil pecah dan kita harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki," titah Jae mengingat beberapa mobil di belakang penuh oleh rekannya serta senjata api.

"Ayo keluar," ajak Chan ketika melihat Hyunjin dan Felix saling berpandangan.

Mereka kemudian segera turun bergerombol di sekitar Jae. Beberapa ratus meter lagi mereka akan sampai di Zero Tower tetapi ada saja hambatan yang memperlambat mereka. Kevin dari mobil belakang segera turun lalu menghampiri gerombolan tersebut.

"Ada apa?"

"Pergantian rencana. Kevin, suruh kelompokmu akan maju dan buat keributan untuk mengalihkan perhatian. Kita akan menyelinap. Informan, pandu arahnya," ujar Jae yang menatap Jisung.

Cypher | Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang