#25: Plea

278 71 5
                                    

Sudah seminggu lebih sejak penyelamatan Seungmin, kafe Chan terlihat sepi. Sebenarnya ia telah membukanya kembali tiga hari yang lalu tetapi pelanggan yang datang tidak sebanyak biasanya. Apalagi anggota guild-nya sudah jarang mendatangi kafenya belakangan ini. Bahkan untuk sekadar saling mengabari di group chat pun mereka tidak melakukannya. Semuanya sepi seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Saat Chan sedang melamun di meja kasir, tiba-tiba secangkir kopi arabika disodorkan ke depannya. Ia kemudian melihat Kevin yang ternyata memberikan kopi tersebut kepadanya.

"Kau tampak lelah, Bos."

Chan tersenyum kepada Kevin. Pegawainya ini memang paling pengertian terlepas dari tampangnya yang cuek dan tingkah lakunya yang terkadang kasar. Apalagi ia sudah mengenal Chan cukup lama.

"Apa ini tentang Kyou Ho Kai?" tanya Kevin.

"Tidak, bukan itu. Hanya saja belakangan ini rasanya banyak sekali hal-hal buruk yang menimpa orang-orang di sekitarku," jawab Chan sambil menghela napas.

Kevin hanya mendengarkan perkataan-perkataan Chan dengan seksama sambil sesekali mengaggukkan kepalanya pertanda ia mendengarkan. Sesekali juga Chan menyesap kopi arabika yang masih hangat. Ia bercerita sambil sedikit melamun seperti sedang kelelahan.

"Apa kau percaya bahwa seseorang bisa mengendalikan kehendak kita, Kevin?"

Kevin terlihat berpikir sebentar. "Entahlah, tetapi jika itu memang memungkinkan ada atau benar, bukankah itu merupakan perbuatan zalim? Tubuh kita merupakan kehendak kita sendiri, bukan?"

Jawaban yang sama persis seperti yang Chan pikirkan. Ia kemudian tersenyum lalu menyesap tetesan terakhir kopi arabikanya. Inilah hal langka yang dapat terjadi ketika kafe sepi pengunjung.

Gemerincing lonceng terdengera. Akhirnya, pelanggan pertama di sore hari atau mungkin bukan? Karena Chan tampak terkejut melihat orang yang tidak ia sangka akan datang ke kafenya sekarang.

"Apa kabar, Changbin?" tanya Chan setelah sekian lama tidak bertemu dengannya.

Changbin tidak menjawab lalu mengambil tempat duduk di meja bar dekat kasir agar dapat mengobrol dengan mudah bersama Chan. Wajahnya sedikit lesu dengan penampilan urakan. Kepalanya ditutupi hoodie hitam begitupula tangan yang ia masukkan ke dalam saku.

"Tampak tidak cukup baik," ujar Chan, "ada apa?"

Chan tahu jika Changbin sampai ke kafenya berarti ia memiliki maksud penting. Apalagi setelah mereka tidak saling menghubungi setelah beberapa lama. Ia kemudian menyodorkan secangkir teh hangat untuk Changbin.

"Hyung, aku tahu setelah insiden kemarin perbuatan ayahku sangat keterlaluan bahkan kejam," ujar Changbin lalu menghela napas. "Setelah memikirkan apa yang harus aku lakukan pertama kali, aku pikir aku harus meminta maaf terlebih dahulu kepada kalian semua secara langsung. Jadi, aku... benar-benar minta maaf."

Dari lubuk hati yang paling dalam, Changbin meminta maaf sambil menunduk. Ia tahu sebuah permintaan maaf tidak cukup untuk menebus dosanya tetapi biarkan ia setidaknya memohon ampunan.

"Aku benar-benar tidak tahu rencana ayahku karena yang aku lakukan hanyalah mengabaikannya dan menjadi orang yang egois dengan memedulikan dirinya sendiri sebagai penyanyi. Aku tidak tahu ia merencanakan hal bengis seperti itu... aku minta maaf."

"Changbin... pertama, ini semua bukan salahmu karena kau tentunya tidak bermaksud untuk mencelakakan kita semua. Lalu, kau tidak perlu merasa bersalah karena merasa menanggung dosa ayahmu. Aku yakin anggota lain juga pasti mengerti," ujar Chan sambil mengusap bahu Changbin.

Cypher | Stray KidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang