"B*ENGS*K!"
Hyunjin mencengkram kuat kerah baju Changbin lalu membantingnya ke dinding. Matanya memancarkan amarah yang membara sementara tangannya tidak berhenti memukul wajah Changbin. Bahkan rasanya ia dapat menghilangkan nyawa seseorang sekarang dengan pukulannya. Sedangkan Changbin, ia hanya menunduk pasrah terhadap perlakuan Hyunjin.
"Hyunjin!"
Chan berusaha meleraikan mereka berdua tetapi tenaga Hyunjin lebih besar. Memang benar kata orang, kemarahan dapat membuat seseorang seperti kesetanan.
"Apa yang lakukan sialan?! Kau hampir membunuhnya! Membunuhnya!" Hyunjin berteriak seperti orang kesetanan di lorong rumah sakit. Urat-urat di lehernya bahkan telah menegang.
"HYUNJIN!"
Habis sudah kesabaran Chan, ia juga ikut naik pitam jika begini caranya. Bukannya melunak, Hyunjin kini berbalik menatap tajam Chan. Ia kemudian melepaskan cengkramannya dari kerah Changbin.
"Apa? Kau mau bilang padaku untuk bersabar?" sindir Hyunjin sambil menatap tajam Chan.
"Kau tidak mengerti Hyunjin—"
"Aku mengerti! Aku sangat mengerti ketika bedebah ini," tunjuk Hyunjin kepada Changbin, "menembakkan pelurunya kepada Minho sampai ia tidak sadar sekarang! Apa kejadian saat itu belum jelas untukmu?!"
Saat Hyunjin memasuki Zero Tower—karena tidak tahan hanya berdiam saja mendengarkan keadaan di seberang earphone, Minho tiba-tiba mengarahkan pistolnya kepada Hyunjin sambil berteriak seperti orang yang hilang akal. Namun, Changbin tiba-tiba menarik pelatuknya dan mengenai kepala Minho. Tentu saja, hal itu membuat Hyunjin syok berat.
Untung saja, tidak lama setelah itu Jeongin memasuki gedung dengan sekumpulan granat yang ia ambil dari tas Chan. Ia melemparkan granat-granat tersebut ke udara dan memporak-porandakan Zero Tower dalam sekejap. Segera setelah Jeongin melakukan aksinya, mereka semua kabur dari situ dan kembali ke Distrik 8 dengan membawa Seungmin, Changbin, dan YoungK.
"Maaf," ujar Changbin di sela-sela amukan Hyunjin, "aku benar-benar minta maaf."
"Diam kau! Kau tidak berhak untuk meminta maaf!"
"Hyunjin dengar." Chan meraih bahu Hyunjin agar mereka berdua dapat saling bertatapan. "Itu bukan kehendaknya."
"Maksudmu kau mau bilang ia sedang dikendalikan oleh orang lain saat ia menembak Minho, begitu?" tanya Hyunjin tanpa menurunkan emosinya di setiap kata.
"Benar."
"Kau pasti sudah gila." Hyunjin mulai jengah dengan ocehan Chan dan Changbin saat ini. Rasanya ia ingin memberikan bogem mentah ke muka mereka berdua sekarang juga tetapi pikiran rasionalnya masih bekerja saat ini—setidaknya sedikit.
"Lagipula Minho pasti tidak akan menodongkan pistol kepadamu tanpa alasan, kan? Kami semua seperti dikendalikan oleh sesuatu saat itu. Hal-hal yang kami lakukan saat itu benar-benar di luar kehendak," jelas Chan.
"Itu benar." Changbin menginterupsi percakapan antara Chan dan Hyunjin. "Ayahku... yang mengendalikan kami saat itu."
"Kau berharap aku percaya padamu? Kalaupun memang benar, kenapa kau tidak menghentikannya?" Hyunjin berkata sinis.
Sejujurnya, Hyunjin tidak peduli akan kebenaran perkataan Changbin. Kenyataan bahwa ia telah menembak sahabatnya tidak dapat dipungkiri.
"Hyunjin, kau harus percaya. Tindakan Changbin benar-benar di luar kehendaknya," ujar Chan berusaha meyakinkan Hyunjin agar amarahnya mereda.
Keributan di antara tiga orang tersebut terhenti sejenak ketika Jisung dan Jeongin berjalan ke arah mereka. Mereka berdua kemudian terkejut saat melihat wajah lebam Changbin serta tangan Hyunjin yang mengepal. Suasana di sekitar mereka bertiga bahkan sangat canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cypher | Stray Kids
FanfictionVRMMORPG populer, Cypher Online, merupakan game yang baru dirilis oleh Xero Company. Akan tetapi, bagaimana jika game ini memiliki eror yang fatal? "CB97 has invited you to SKZ Guild. Would you like to accept?" [UPDATE WEEKLY ON WEDNESDAY] Genre : A...