Prilly menatap dirinya di cermin. Penampilannya boleh rapih, tapi wajahnya tak bisa dibohongi bahwa Prilly sedang sedih. Terlihat dari lingkaran hitam di bawah matanya. Hampir mirip dengan panda. Ditambah lagi matanya yang sembab.
Prilly menggapai ponselnya, yang berada di nakas. Menatap layar ponselnya dengan dahi berkerinyit. Karena melihat banyak sekali notif Ali menghubunginya berkali-kali.
Prilly berniat menghubungi Ali. Namun suara benda jatuh di ruang makan. Membuat Prilly mengurungkan niatnya. Prilly pun berjalan menghampiri ruang makan. Melihat apa yang terjadi.
"Bunda kenapa?" tanya Prilly seraya mengambil ponsel Bunda Resi, yang tadi terjatuh.
"Ali kecelakaan Prill," jawab Bunda Resi. Air matanya meluruh begitu saja. Saat mengetahui informasi bahwa Ali masuk rumah sakit.
"Bunda, kita ke rumah sakit sekarang," ucap Prilly yang dijawab anggukkan oleh Bunda Resi. Lalu mereka langsung berlari memasuki mobil. Membuat Bunda Resi langsung mengendarai mobilnya ke arah rumah sakit. Rasa bersalah, dan khawatir menyatu jadi satu dalam hatinya.
Setelah sampai di rumah sakit, Prilly langsung menuju ruang IGD. Ruangan dimana Ali dirawat.
Prilly Menatap Ali yang sedang terbaring, dengan mata terpejam. Lengkap dengan perban yang bertengger di kepalanya, dan beberapa alat medis yang menancap di tubuh Ali. Membuat Prilly semakin merasa bersalah. Andai saja dirinya tidak membuat Ali marah. Mungkin tidak seperti ini jadinya.
"Maaf," lirih Prilly seraya menggenggam tangan Ali. Air matanya terus menetes melihat kondisi Ali.
"Bangun, kamu gak beneran lepasin aku,'kan." lirih Prilly air matanya mengalir semakin deras, membasahi pipi chubbynya. Sedangkan Bunda Resi terus mengelus kepala Prilly agar tenang.
"Sayang udah yah, jangan nangis lagi. Bunda yakin kok Ali gak kenapa-napa," ucap Bunda Resi seraya terus mengelus kepala Prilly, yang tak henti-hentinya menangis.
"Bunda, ini salah Prilly. Coba aja Prilly gak bikin Ali marah. Pasti gak gini kejadiannya. Pasti Ali gak bakal kecelakaan. Ini semua salah Prilly, Bun," ucap Prilly merasa bersalah. Dengan air matanya yang sudah membasahi wajahnya. Membuat keadaannya sangat kacau sekarang.
"Gak sayang, ini bukan salah kamu. Jadi jangan salahin diri kamu gini yah," ucap Bunda Resi berusaha menenangkan Prilly yang semakin kacau.
"Bunda, Prilly minta maaf yah. Udah buat anak Bunda kecewa, dan sekarang masuk rumah sakit. Prilly tuh emang bukan istri yang baik buat Ali," ucap Prilly lirih. Rasa bersalahnya semakin besar. Saat melihat Bunda Resi begitu baik padanya. Padahal dirinya sudah membuat Ali seperti ini.
"Kamu tuh istri yang baik kok. Udah yah jangan nangis lagi. Bunda gak nyalahin kamu kok," ucap Bunda Resi seraya memeluk Prilly memberi ketenangan.
"Bunda, Prilly mau telpon Mamah dulu yah," pamit Prilly yang membuat Bunda Resi melepaskan pelukannya pada Prilly. Setelah itu bunda Resi duduk di kursi dekat brangkar Ali. Menatap anak semata wayangnya, sekarang terbaring. Membuat air matanya lolos begitu saja.
"Bunda sekali lagi Prilly minta maaf yah. Bunda boleh kok marah sama Prilly. Boleh hukum Prilly. Asalkan Bunda jangan nangis gini. Ini buat Prilly semakin merasa bersalah," ucap Prilly saat kembali masuk keruangan Ali, dan melihat Bunda Resi menangis. Membuatnya semakin merasa bersalah. Sudah menghancurkan dua hati orang yang tak pernah menyakitinya.
"Bunda gak marah kok sama Prilly. Bunda cuma sedih aja liat Ali kayak gini," ucap Bunda Resi seraya tersenyum kepada Prilly.
"Prilly, Ali kenapa sampai masuk rumah sakit. Ini bukan gara-gara kamu,'kan?" tanya Mamah Ully, yang tiba-tiba masuk ke ruangan Ali.
"Ini salah Prilly Mah. Prilly udah buat Ali marah. Sampai akhirnya Ali kecelakaan," jawab Prilly air matanya berlinang lagi, membasahi pipi chubbynya. Membuat Mamah Ully, langsung memeluknya. Memberikan ketenangan kepada Prilly. Mamah Ully tau Prilly salah. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk memarahinya. Yang harus dirinya lakukan adalah menenangkan anak gadisnya.
💕💕💕
Setelah kepulangan Bunda Resi dan Mamah Ully, kini Prilly sendirian menemani Ali. Padahal tadi Bunda Resi sudah mengajak Prilly pulang. Tapi Prilly tetep kekeh buat di sini, untuk menemani Ali.
"Aku beruntung banget, punya suami kaya kamu. Pantes aja Aurora gak mau liat kamu sedih. Aurora gak seberuntung aku, yang bisa dapetin kamu dengan mudah. Tapi aku yang dapetin kamu malah sia-siain kamu. Maaf yah, aku janji bakal jadi istri yang baik buat kamu. Asalkan kamu sembuh. Jangan sakit gini. Aku sedih tau liatnya," ucap Prilly bibirnya ia paksakan tersenyum. Walaupun hatinya terasa sakit. Melihat Ali terbaring lemah seperti ini.
"Tadi malem kamu gak tidur sama aku. Masa malem ini kamu gak tidur bareng aku lagi sih. Kamu emang belum puas yah, buat aku gak bisa tidur. Sampai mata aku kayak panda gini, mata aku juga sembab lho. Gara-gara nangis semaleman. Kamu bangun yah jangan tidur terus. Kamu juga gak boleh lepasin aku, karena aku gak ijinin kamu lepasin aku," ucap Prilly seraya menyeka air matanya. Bibirnya selalu Prilly usahakan untuk tersenyum.
"Oh yah, kamu juga harus liat aku pake cincin pernikahan kita. Pokoknya kamu gak boleh lama-lama sakitnya. Supaya kamu bisa liat aku pake cincin pernikahan kita. Terus kita tidur bareng lagi deh. Terus aku bisa peluk kamu. Hm, aku juga mau liburan bareng kamu," ucap Prilly seraya berusaha menahan isakkannya. Yang sebenarnya ingin sekali ia tumpahkan. Tapi Prilly berusaha sekuat mungkin, untuk tersenyum. Tangannya menggenggam erat tangan Ali.
"Kamu tetep wangi yah. Padahalkan kamu belum mandi seharian," ucap Prilly seraya menyenderkan kepalannya di atas dada bidang Ali. Yang membuatnya bisa mendengar detak jantung Ali, yang berdetak lemah.
"Dosen nyebelin, bangun dong. Kalo kamu gak bangun, nanti minuman soda kamu aku minum sampai habis. Supaya kamu bangun-bangun nyariin deh. Terus nanti aku jawab, aku yang minum. Soalnya kamu tidurnya kelamaan sih," ucap Prilly seraya terkekeh. Setelah itu kembali menangis.
"Kalo kamu gak bangun-bangun. Nanti aku beli permen yang banyak banget. Soalnyakan kamunya tidur tuh. Jadinya aku bisa beli yang banyak sampe aku batuk. Pas kamu bangun kamu merasa bersalah deh. Karena liat aku sakit gara-gara kebanyakan makan permen, sama minum soda. Terus kamu maafin aku deh. Nanti kamu gak marah lagi deh sama aku," ucap Prilly seraya tersenyum. Prilly bicara sendirian tanpa ada yang membalas pembicaraannya. Keadaannya sekarang sangat kacau. Bahkan Prilly tak henti-hentinya bicara. Ditambah lagi air matanya yang terus menetes membasahi pipi chubbynya.
"Aku capek ngomong terus. Tapi kamu diam terus. Gak balas omongan aku. Udah ah capek, mau tidur dulu. Nanti kalo kamu bangun. Jangan lupa yah bangunin aku," ucap Prilly sebelum akhirnya ia tertidur. Dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Ali, dan sisa air mata. Yang berada di pipinya.
💢💢💢
By: Triana Alicius.
Ets jangan langsung kabur habis baca vote dan komen dulu hargailah autor yang udah ngetik panjang kali lebar kali tinggi.
Jangan lupa follow juga
Ig:@triana626alc
Wp:@TrianaAlicius.Jumlah 1083 Kata.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Love [Sold Out + Habis Kontrak]
Romance"Nanti malam gue ke rumah lo," ucap seseorang, yang berhasil menghentikan langkah kaki Prilly. "Kalo ada masalah, Bapak bicara saja di sini. Jangan ke rumah saya," ucap Prilly dingin, sambil menatap dosennya kesal. "Saya mau melamar kamu. Saya tahu...