2. Kenyataan Pahit.

3.5K 201 2
                                    

"Apa gak sebaiknya kamu terima lamaran Ali aja," ucap Mamah Ully, setelah menyantap sarapannya.

"Kita, 'kan udah bicarain ini tadi malam, dan keputusan Prilly tetep sama. Prilly gak mau nikah sama Ali," ucap Prilly tetep kekeh pada pendiriannya.

"Apa alasan kamu, tetep kekeh nolak lamaran Ali?" tanya Papah Rizal, seraya menatap Prilly.

"Yang pertama, Prilly gak cinta sama sekali sama Ali. Yang kedua, Prilly udah punya pacar. Dan yang ke tiga, Ali nikahin Prilly. Cuma buat jalanin amanah dari Aurora," jelas Prilly yang mulai jengah, dihadapkan di situasi seperti ini.

"Pacar kamu itu gak baik, dia bawa pengaruh buruk buat kamu," ucap Papah Rizal tegas. Sejujurnya dari dulu Papah Rizal tak setuju. Prilly menjalin kasih dengan Rasya, karena ia tau Rasya bukan laki-laki yang baik untuk anaknya. Tapi Prilly tak pernah mendengarkan ucapannya.

"Rasya gak seburuk yang Papah kira," ucap Prilly tak terima, kekasih yang sudah lama menjalin kasih bersamanya, dipandang buruk oleh Papahnya.

"Kalo dia gak bawa pengaruh buruk. Kamu gak akan dikeluarkan di dua kampus di Jakarta, dan satu kampus di Bandung. Kamu dulu gak gini kok, tapi semenjak kenal dia kamu berubah," ucap papa Rizal seraya menatap anak gadisnya.

"Prilly tetep gak mau nikah sama Ali Pah," ucap Prilly kekeh pada pendiriannya. Walaupun Prilly sedikit kecewa pada Rasya, yang tak pernah menghubunginya lagi. Bahkan saat Prilly menghubungi Rasya, laki-laki itu tak pernah mengangkatnya atau sekedar membalas pesannya, dan tak pernah menemuinya lagi. Semenjak Prilly berada di Bandung, sampai sekarang ia sudah kembali ke Jakarta pun Rasya tak pernah menemuinya atau sekedar menghubunginya. Untuk menanyakan kabarnya pun tidak, dan saat Prilly berkunjung ke rumah Rasya laki-laki itu tidak ada di rumah. Tapi tak ada sedikitpun niat Prilly melupakan Rasya atau memutuskan Rasya. Prilly selalu berfikir positif, mungkin Rasya sekarang sedang sibuk dengan urusannya. Lagian hubungan Prilly dan Rasya dari dulu tak begitu romantis. Ya bisa di bilang hubungan mereka biasa saja.

"Kamu harus inget Prill. Kalo Aurora udah bantuin kamu, masuk ke kampus itu. Kalo Aurora gak bantu kamu, mungkin kamu gak bakal keterima di kampus mana pun. Karena kamu udah dikeluarkan di 3 kampus!" tegas Papah Rizal mengingatkan Prilly.

"Prilly tetep gak mau pah, please jangan paksa Prilly," ucap Prilly jengah.

"Kamu tuh harusnya udah bisa nerusin perusahaan Papah. Tapi apa sekarang, kamu masih kuliah," ucap Papah Rizal, yang menyangakan sifat putrinya yang berubah.

"Prilly berangkat dulu Mah, Pah." pamit Prilly setelah mencium punggung tangan Mamah Ully, dan Papah Rizal secara bergantian.

"Kuliah yang bener, supaya bisa nerusin perusahaan Papah," ucap Papah Rizal, yang tidak dihiraukan oleh Prilly. Yang langsung keluar rumahnya, dan memasuki mobilnya. Melajukannya ke cafe terdekat. Moodnya pagi ini benar-benar hancur membuat Prilly memutuskan pergi ke cafe untuk sekedar menikmati coklat hangat di sana.

   Prilly edarkan pandangannya, keberbagai penjuru cafe. Yang tak banyak berubah sejak dulu dirinya berkunjung dengan Rasya. Prilly melangkah mencari tempat duduk yang kosong.

"Rasya," ucap Prilly saat melihat Rasya duduk di bangku, yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya ke arah Rasya.

"Dia siapa?" tanya Prilly, seraya melirik wanita yang berada di samping Rasya.

"Dia istri aku," jawab Rasya seraya tersenyum, membuat Prilly menggeleng tak percaya.

"Kita, 'kan belum putus Sya," ucap Prilly, yang membuat Rasya tersenyum.

"Gue udah anggap putus, waktu lo ke Bandung," ucap Rasya seraya tersenyum.

"Aku, 'kan ke Bandung buat kuliah. Lagian aku di sana udah coba hubungi kamu Sya, tapi kamu yang gak bisa dihubungi," ucap Prilly air matanya menetes begitu saja.

"Lo pikir gue mau nunggu lo selesai kuliah? Lo pikir gue mau nikah sama cewek kaya lo, yang gak bisa apa-apa? Jelas gue lebih milih dia, yang udah sukses, sedangkan lo?" tanya Rasya seraya tersenyum remeh, yang membuat Prilly langsung melayangkan tamparannya ke pipi Rasya.

"Lo dengerin gue yah! Gue bisa dapetin cowok yang lebih baik dari pada lo!" ucap Prilly setengah berteriak. Setelah itu melenggang pergi, dari hadapan Rasya.

   Prilly melajukan mobilnya, dengan kecepatan tinggi. Prilly sudah memutuskan untuk ke kampus, menemui seseorang di sana.

   Setelah sampai kampus, Prilly melajukan langkahnya. Matanya Prilly edarkan keberbagai sudut kampus. Mencari seseorang.

"Gimana sih jalannya, gak punya mata kali yah," omel Prilly saat dirinya terjatuh, karena ada seseorang yang menabraknya.

"Maaf, gak sengaja," ucap orang itu, seraya mengulurkan tangannya. Berniat membantu gadis yang terjatuh karenanya.

"Ali," ucap Prilly saat mendongakkan wajahnya, lalu menerima uluran tangan Ali.

"Maaf, tadi tidak sengaja," ucap Ali seraya ingin berlalu pergi.

"Tunggu!" ucap Prilly, yang berhasil menghentikkan langkah Ali.

"Apa?" tanya Ali seraya memutar tubuhnya, mengahadap Prilly.

"Gue mau ngomong, tapi gak di sini," jawab Prilly seraya menarik tangan Ali, agar mengikutinya.

"Mau ngomong apa?" tanya Ali seraya duduk di bangku taman.

"Gue mau nikah sama lo, minggu depan," ucap Prilly to the point, yang membuat Ali menatap gadis di depannya tak percaya.

"Minggu depan?" tanya Ali memastikan.

"Iya, kenapa? Belum siap?" tanya Prilly santai.

"Iyalah belum siap, masa nyiapin pernikahan sesingkat itu," ucap Ali tak habis fikir, yang benar saja? Menyiapkan acara pernikahan hanya 1 minggu, di kira dirinya apa?

"Ya udah, kalo lo gak mau. Di luar sana, masih banyak yang mau sama gue," ucap Prilly membanggakan dirinya, membuat Ali memutarkan bola matanya malas.

"Oke, minggu depan kita nikah," ucap Ali seraya bangkit dari duduknya berlalu pergi dari hadapan Prilly.

💕💕💕

"Minggu depan Prilly mau nikah," ucap Prilly seraya menghempas tubuhnya ke sofa.

"Nikah sama siapa?" tanya Mamah Ully seraya menatap serius anak gadisnya.

"Ali," jawab Prilly santai, seraya berlalu ke kulkas. Mengambil air dingin.

"Bukannya kamu nolak Ali, terus kenapa sekarang mau nikah sama Ali?" tanya Mamah Ully seraya menatap Prilly.

"Gak papa," jawab Prilly santai.

"Kamu nerima Ali, bukan karena mau balas dendam, 'kan sama Rasya. Karena dia udah nikah?" tanya mamah Ully seraya  menatap Prilly. Mamah Ully tau sifat putrinya yang keras kepala. Tak mungkin begitu saja merubah keputusannya. Jika tidak ada alasan atau maksud tertentu.

"Mamah tau, Rasya udah nikah?" tanya balik Prilly, membuat Mamah Ully membuka laci. Yang tidak terlalu jauh dari tempat duduknya. Seberusaha apapun Mamah Ully menyembunyikan status Rasya. Pada akhirnya semua terbongkar. Lagi pula Prilly sudah memutuskan akan menikah dengan Ali.

"Nih dia undang kamu, di acara pernikahannya. Tapi karena kamu di Bandung, jadi mamah yang dateng wakilin kamu," jelas Mamah Ully, seraya memberikan undangan berdesain mewah kepada Prilly.

"Gue bakal bikin lo nyesel, karena udah lepasin gue," ucap Prilly membatin, seraya membuang undangan itu ke lantai.

"Kamu nikah sama Ali, bukan untuk balas dendam, 'kan?" tanya Mamah Ully menatap Prilly serius.

"Prilly capek, mau tidur," ucap Prilly seraya melenggang pergi menuju kamar. Tidak berniat menjawab pertanyaan Mamahnya.

💢💢💢

By: Triana Alicius.

Follow
Ig: @triana626alc
wp:@TrianaAlicius

Hayo lah vote dan komen hargai penulis🙏

Jumlah 1111 Kata.

My Dosen My Love [Sold Out + Habis Kontrak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang