Setelah acara wisuda di kampusnya usai. Prilly langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Untuk menjenguk Ali.
"Hai, aku balik lagi. Liat deh aku pantes gak pake baju wisuda, tambah cantik gak," ucap Prilly saat sudah memasuki ruangan Ali, dengan senyum mengembang.
"Aku lulus lho. Ya walaupun gak dapet nilai terbaik, tapi aku seneng banget. Akhirnya aku bisa nyelesain kuliah aku. Kamu bangun dong. Kamu gak mau liat Aku pake baju wisuda. Kamu gak mau liat nilai aku? Gak mau kasih ucapan apa gitu sama aku?" tanya Prilly matanya berkaca-kaca. Bagaimana tidak? Di hari kelulusannya, tidak ada Ali di sana. Harusnya Ali yang memberi selamat pertama kali padanya, tapi ini malah tidak sama sekali.
"Bunda kamu kerepotan lho di sana. Ngurusin yang wisuda. Kamunya sih tidurnya kelamaan. Jadi semua Bunda kamu yang urus," ucap Prilly air matanya yang ia tahan sedari tadi akhirnya tumpah juga.
"Aku kangen," lirih Prilly seraya menunduk. Air matanya semakin deras mengalir. Bahkan tangisnya semakin menjadi-jadi.
Ali membuka mata dengan susah payah. Menahan pusing di kepalanya, dan sakit di tubuhnya. Setelah matanya terbuka. Matanya langsung menatap gadis yang sedang duduk di kursi samping brangkarnya sedang menunduk. Dengan tubuh bergetar. Sesekali Ali mendengar isakkan gadis itu. Tangannya terulur mengelus kepala gadis itu. Ali sebenarnya tak tahu siapa gadis itu, karena posisi duduknya yang menunduk. Membuat Ali tak bisa melihat wajah gadis itu, dengan jelas.
"Ali kamu bangun? Kamu udah sadar? Apa yang sakit? yang mana? Aku panggil dokter dulu yah," ucap Prilly heboh lalu ia melenggang pergi, untuk memanggil dokter. Ali hanya tersenyum, melihat gadis itu. Apa gadis mungil itu tidak melihat ada tombol di samping brangkar? Yang fungsinya untuk memanggil Dokter. Mengapa dia harus capek-capek menyusul dokter keruangannya?
Dokter tersebut masuk ke dalam ruang rawat Ali bersama Prilly
"Biar saya periksa dulu yah.""Keadaannya sudah cukup membaik. Jadi pasien bisa dipindahkan keruang rawat," ucap Dokter tersebut seraya tersenyum, kepada Prilly dan Ali.
"Makasih yah Dok," ucap Prilly yang dibalas anggukkan oleh Dokter tersebut. Lalu melenggang keluar dari ruangan Ali.
"Kamu inget gak sama aku? Kamu gak anemiakan? Eh salah amnesia maksudnya," ucap Prilly kembali heboh. Rasanya dirinya senang. Melihat Ali sudah sadar. Walaupun wajah tampannya masih terlihat pucat, tapi itu lebih baik. Dari pada dirinya harus melihat Alinya terus terpejam.
"Aku gak lupa kok. Kamu Prilly temennya Aurora,'kan?" tanya Ali yang dijawab anggukkan oleh Prilly.
"Auroranya mana?" tanya Ali dengan suara beratnya. Membuat Prilly menatapnya heran. Mengapa Ali bertanya tentang Aurora? Apa Ali lupa jika Aurora sudah meninggal?
"Aurora,'kan udah meninggal, kamu lupa," jawab Prilly membuat Ali menggeleng tak percaya.
"Gak mungkin!" ucap Ali dengan suara lirihnya. Membuat Prilly bingung. Apa yang terjadi pada Alinya? Mengapa Ali seperti lupa ingatan? Tapi anehnya Ali masih mengingat Prilly.
"Kamu inget gak? Kenapa kamu masuk rumah sakit?" tanya Prilly yang dijawab gelengan oleh Ali.
"Aku panggil Dokter dulu yah." pamit Prilly seraya melenggang keluar, dari ruangan Ali.
"Prilly mau kemana?" tanya Bunda Resi. Saat berpapasan dengan Prilly.
"Ke ruang Dokter Bun," jawab Prilly.
"Emang Ali kenapa?" tanya Bunda Resi khawatir.
"Ali udah sadar Bun, tapi dia kayak lupa ingatan gitu. Tapi anehnya Ali inget sama Prilly," jawab Prilly.
"Ya udah, Bunda temenin yuk." tawar Bunda Resi yang dibalas anggukkan oleh Prilly. Lalu mereka berjalan bersama, menuju ruang Dokter yang menangani Ali
Setelah mendengar semua penjelasan Prilly. Dokter yang menangani Ali mengangguk paham. Setelah itu Dokter yang menangani Ali pun segera ke ruangan Ali. Untuk memeriksa keadaan Ali kembali.
"Ternyata benar dugaan saya, Ali mengalami amnesia. Namun yang Ali alami, adalah lupa ingatan separuh. Jadi ingatan yang hilang hanya separuhnya saja, itu diakibatkan karena benturan cukup keras di kepalanya," jelas Dokter tersebut. Saat sudah keluar dari ruang rawat Ali.
"Tapi saya akan meronsen pasien. Agar lebih membuktikan dugaan saya," lanjut Dokter tersebut. Yang membuat Prilly dan Bunda Resi mengangguk paham.
"Makasih Dok," ucap Prilly yang dibalas anggukkan oleh Dokter tersebut. Lalu melangkah pergi. Membuat Bunda Resi dan Prilly memasuki ruang rawat Ali.
"Ali inget sama Bunda?" tanya bunda Resi, yang di jawab anggukkan oleh Ali seraya tersenyum.
"Ali inget kok, Bunda Resi Bundanya Ali,'kan," jawab Ali seraya tersenyum.
"Bunda tau gak Aurora kemana?" tanya Ali membuat Bunda Resi menatap Prilly. Ternyata benar kata Prilly, dan Dokter yang menangani Ali. Sepertinya Ali tidak mengingat setengah dari ingatannya.
"Sayang, kamu gak inget? Aurora kan udah meninggal," jawab Bunda Resi yang membuat Ali berusaha mengingat.
"Arghhh sakit," ringis Ali seraya memegang kepalanya. Mencoba mengingat sesuatu. Membuat kepalanya sakit.
"Udah, jangan di paksain lagi Ali," ucap Prilly seraya memegang tangan Ali. Namun Ali menepis tangan Prilly. Sedangkan Bunda Resi menekan tombol yang berada di samping brangkar Ali. Untuk memanggil Dokter, yang menangani Ali. Tak lama setelah itu, Dokter yang menangani Ali datang. Dokter itu menyuntikkan obat penenang, kepada Ali.
"Saya harap pasien jangan disuruh mengingat sesuatu dulu. Karena keadaannya yang belum stabil. Bila nanti dipaksakan takutnya ingatannya akan menghilang semua, dan akibatnya bisa fatal. Pasien akan mengalami amnesia permanen," jelas Dokter tersebut. Membuat Prilly menatap Ali yang sedang memejamkan matanya. Mungkin tidur, karena obat penenang. Yang Dokter suntikkan kepada Ali.
"Terus gimana? Supaya ingatan anak saya kembali Dok?" tanya Bunda Resi.
"Mungkin dengan menunjukkan benda-benda, yang bisa membuat ingatannya kembali. Tapi tidak boleh terlalu di paksakan," jawab Dokter, yang membuat Bunda Resi mengangguk paham.
"Ya sudah, saya pamit ke ruangan saya. Jika ada apa-apa dengan pasien, panggil saya saja," ucap Dokter tersebut seraya tersenyum. Setelah itu pergi dari ruang rawat Ali.
"Bunda itu artinya Ali gak inget, kalo Prilly istrinya Ali," ucap Prilly matanya sudah berkaca-kaca.
"Nanti juga Ali inget lagi kok sayang. Ini cuma sementara. Kita nanti usaha buat kembaliin ingatan Ali yah," ucap bunda Resi yang membuat Prilly mengangguk. Saat itu juga air matanya jatuh.
"Jangan nangis dong. Yang pentingkan Ali sekarang udah sadar," ucap Bunda Resi, seraya memeluk Prilly. Yang sedang terisak.
"Bunda, Ali pasti sembuhkan?" tanya Prilly seraya terisak. Saat mengingat Ali tadi menepis tangannya.
"Pasti sayang. Kalo kita usaha sama berdo'a insyaallah Ali bakal sembuh. Dan bakal inget kalo Kamu istrinya Ali. Udah yah jangan nangis lagi," ucap Bunda Resi seraya mengelus kepala Prilly. Memberikan ketenangan kepada Prilly.
💢💢💢
By: Triana Alicius
Kuy lah follow nanti follback gak bakal di unfollow.
Ig:@triana626alc
Wp:@TrianaAliciusTinggalkan jejak🙌jangan jadi pembaca gelap👌
Jumlah 1047 Kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Love [Sold Out + Habis Kontrak]
Romance"Nanti malam gue ke rumah lo," ucap seseorang, yang berhasil menghentikan langkah kaki Prilly. "Kalo ada masalah, Bapak bicara saja di sini. Jangan ke rumah saya," ucap Prilly dingin, sambil menatap dosennya kesal. "Saya mau melamar kamu. Saya tahu...