Ali melangkahkan kakinya, melewati setiap gundukkan tanah. Sampai akhirnya langkahnya berhenti tepat digundukkan tanah berbatu nisan yang terukir nama 'Aurora Riberto.' Tubuh Ali meluruh duduk di samping makam Aurora.
"Aurora udah meninggal. Karena penyakit ginjalnya," jelas Bunda Resi berjongkok di samping Ali mengelus bahu anak semata wayangnya. Bunda Resi tau sehancur apa hati Ali sekarang.
Prilly hanya bisa menatap Ali dari belakang. Sesekali menyeka air matanya, "ternyata masih secinta ini kamu sama Aurora Li," ucap Prilly membatin menatap tubuh Ali yang bergetar. Prilly pastikan Ali sedang menangis. Prilly ingin menengkan Ali tapi hatinya sekarang tak kalah terluka. Saat melihat Ali masih begitu kehilangan Aurora.
"Udah yah kita pulang. Kamu baru pulang dari rumah sakit, masih butuh istirahat," ucap Bunda Resi seraya membantu Ali bangun. Prilly langsung menghapus air matanya.
"Makasih Ra, udah titipin Ali ke gue. Maaf karena gak bisa jagain Ali. Sebaik lo jagain Ali, tapi gue janji bakal tebus semuanya. Gue bakal jagain Ali sebisa gue," lirih Prilly setelah itu berjalan mengikuti Bunda Resi dan Ali menuju mobilnya.
Prilly hanya menatap Ali yang sedang menatap keluar jendela dengan tatapan kosongnya. Prilly tak tega melihat Alinya seperti ini. Prilly takut Alinya senakin sakit jika terlalu banyak fikiran."Jangan nglamun," ucap Prilly seraya menggenggam tangan Ali. Yang membuat Ali langsung melepaskan tangan Prilly dari tangannya.
"Gue percaya Aurora udah meninggal, tapi gue gak percaya lo istri gue," ucap Ali membuat nafas Prilly tersekat beberapa saat. Dadanya terasa sesak. Saat ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Alinya yang notabenya adalah suaminya. Istri mana yang tidak sedih? Jika tak diakui istri oleh suaminya sendiri. Walaupun Prilly tau jika Alinya sedang amnesia, tapi tetap saja terasa sakit.
Prilly langsung keluar dari mobil. Membukakan pintu mobil untuk Ali. Berniat memapah Alinya memasuki rumah.
"Gak usah, biar Bunda aja yang bantu gue," ucap Ali yang membuat Prilly melepaskan lengan Ali. Dan membiarkan Bunda Resi membantu Ali masuk ke dalam rumah. Sebenarnya Ali belum sehat betul, tapi Ali memaksa untuk pulang. Alasannya karena Ali tak suka bau obat di rumah sakit. Sifat keras kepalanya yang membuat Bunda Resi menuruti permintaan Ali. Untuk membawanya pulang, ke rumah.
"Mungkin ini balesan dari Tuhan buat gue. Yang udah nyia-nyiain Ali. Yang udah buat dia kecewa," ucap Prilly membatin, matanya berkaca-kaca. Saat mengingat Ali tidak mengingat bahwa dirinya adalah istrinya. Bahkan Ali tak mengakuinya istrinya. Miris bukan?
"Kamu dibantu istri kamu aja yah. Bunda ada urusan," ucap Bunda Resi, seraya menggandeng Prilly. Untuk menggantikkan posisinya, membantu Ali berjalan.
"Gue bisa sendiri," ucap Ali datar seraya memasuki kamar pribadinya. Membuat air mata Prilly meluruh membasahi pipi chubbynya. Setelah itu Prilly kembali menuruni anak tangga, menuju dapur. Prilly berniat membuatkan Ali makanan.
💕💕💕
Ali duduk ditepi ranjangnya. Kepalanya bersandar di kepala ranjang. Seraya menatap foto Aurora. Ali benar-benar tidak percaya. Jika Aurora sudah meninggal. Walaupun Bunda Resi sudah menjelaskan semua yang terjadi. Jika Aurora sudah meninggal, dan ia juga sudah mengunjungi pemakaman Aurora. Tapi tetap saja, dirinya tidak percaya. Apalagi ketika Bundanya bicara jika Prilly adalah istrinya. Membuatnya semakin tidak percaya. Mana mungkin dirinya menikah dengan wanita seperti Prilly.
"Ali, kamu makan dulu yah," tawar Prilly, saat sudah masuk ke dalam kamar pribadi Ali. Yang kebetulan tidak dikunci, seraya membawa sepiring nasi dan ayam goreng.
"Gak, gue gak laper. Mending lo makan aja," tolak Ali melirik yang Prilly bawa sekilas.
"Tapi kamu harus makan. Kamu harus minum obat. Supaya cepet sembuh," bujuk Prilly yang membuat Ali menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Love [Sold Out + Habis Kontrak]
Storie d'amore"Nanti malam gue ke rumah lo," ucap seseorang, yang berhasil menghentikan langkah kaki Prilly. "Kalo ada masalah, Bapak bicara saja di sini. Jangan ke rumah saya," ucap Prilly dingin, sambil menatap dosennya kesal. "Saya mau melamar kamu. Saya tahu...