Prilly membuka matanya perlahan. Menahan pusing di kepalanya dan sakit di wajahnya. Akibat memar yang dibuat Rebeca di sana. Setelah kesadarannya sudah penuh, tatapannya langsung menatap Ali. Yang sedang tidur dengan posisi duduk. Sedangkan tangannya Ali jadikan bantalan kepalanya, ditepi brangkar Prilly.
Prilly mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Perlahan tangannya mengelus wajah Ali yang sedang tidur. Air matanya menetes begitu saja. Saat mengingat kejadian di rumah Rebeca. Mungkin kebersamaan Prilly dan Ali akan segera berakhir. Mengingat Ali sudah menandatangani surat perjanjian itu. Prilly tak mungkin punya harapan lagi, untuk mempertahankan pernikahannya dengan Ali.
Ali membuka matanya. Saat merasa ada tangan yang mengelus wajahnya lembut.
"Jangan nangis," ucap Ali dengan suara serak khas bangun tidurnya. Lalu tangannya menghapus air mata Prilly.
"Aku gak mau cerai sama kamu Li. Aku gak mau," ucap Prilly tangisnya pecah begitu saja. Yang membuat Ali langsung memeluk tubuh Prilly. Menenangkan gadis mungilnya yang sedang ketakutan.
"Aku gak bakal cerai sama kamu. Percaya sama aku," ucap Ali yakin yang membuat Prilly menatap Ali. Yang sedang memeluknya erat seraya mengusap rambut Prilly lembut. Sesekali mengecup pucuk kepala Prilly.
"Tapi kamu udah tanda tangani surat perjanjian itu Li. Jadi kamu gak bisa ngelanggar. Pasti ada resikonya. Aku gak mau kamu kenapa-napa, karena langgar surat perjanjian itu," ucap Prilly yang membuat Ali menatap Prilly. Lalu mengecup bibir Prily singkat.
"Kamu tenang aja. Aku gak bakal langgar surat perjanjian itu," ucap Ali yang membuat Prilly menatap Ali bingung. Bagaimana caranya? Ali tidak akan menceraikannya, tapi Ali tak melanggar surat perjanjian itu. Ini sangat membingungkan.
"Kamu mau jadiin Rebeca istri kedua kamu?" tanya Prilly. Jika memang seperti itu. Prilly tak mau. Prilly ingin memiliki Alinya sendiri. Tanpa dibagi dengan wanita lain.
"Udah yah, kamu jangan mikir yang aneh-aneh dulu," ucap Ali tangannya mulai menekan tombol disamping brangkar Prilly. Untuk memanggil Dokter yang menangani Prilly. Untuk memeriksa gadis mungilnya, yang baru sadar.
Tak berapa lama Dokter yang menangani Prilly pun datang, dan langsung memeriksa keadaan Prilly.
"Keadaan pasien sudah membaik, tapi saya sarankan pasien rawat inap semalam. Untuk memastikan keadannya sudah benar-benar membaik," jelas sang Dokter yang dijawab anggukkan paham oleh Ali.
"Makasih Dok," ucap Ali yang dibalas anggukkan oleh sang Dokter. Sebelum akhirnya Dokter tersebut keluar dari ruang rawat Prilly.
Ali duduk di sofa yang berada di ruang rawat Prilly. Membuat Prilly mengerucutkan bibirnya. Mengapa sekarang Ali malah duduk di sofa? Mengapa tidak duduk di kursi samping brangkarnya?
"Ali sini jangan jauh-jauh," ucap Prilly yang membuat Ali mengangkat sebelah alisnya. Bukannya kemarin, gadis mungilnya yang tak mau dekat-dekat dengannya?
Ali berjalan mendekati Prilly. Lalu duduk di kursi samping brangkar Prilly.
"Kemarin katanya gak mau deket-deket. Gak suka bau akulah. Gak mau liat muka akulah. Muallah. Inilah, itulah." dumel Ali dengan wajah sebalnya. Yang membuat Prilly terkekeh geli. Suaminya ini jika sedang bawel sangat menggemaskan.
"Itu, 'kan kemarin," ucap Prilly seraya memeluk tubuh Ali dengan posisi duduknya.
"Sekarang?" tanya Ali seraya menatap Prilly yang juga sedang menatapnya.
"Mau dong," jawab Prilly seraya menarik tengkuk Ali. Lalu mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Ali.
"Maaf Mas, Mba saya menggangu," ucap Suster tersebut tak enak karena masuk di saat yang tidak tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Love [Sold Out + Habis Kontrak]
Romance"Nanti malam gue ke rumah lo," ucap seseorang, yang berhasil menghentikan langkah kaki Prilly. "Kalo ada masalah, Bapak bicara saja di sini. Jangan ke rumah saya," ucap Prilly dingin, sambil menatap dosennya kesal. "Saya mau melamar kamu. Saya tahu...