28. Keputusan Ali.

2.3K 194 54
                                    

     Ali menuruni anak tangga. Lalu duduk di samping Prilly. Yang sedang sibuk menikmati sarapannya, bersama bunda Resi.

  Prilly melirik Ali yang sedang menyatap sarapannya. Ada rasa sedih. Saat Ali tak menyapanya. Jangankan menyapa meliriknya pun tidak.

"Li, kamu gak ada niat cabut tuntutan kamu sama Rebeca. Prilly juga katanya udah maafin Rebeca. Masa kamu gak mau maafin dia. Dia sahabat kamu lho," ucap Bunda Resi yang membuat Ali melirik Prilly sekila. Ali yakin Prilly sudah cerita pada Bundanya. Dan meminta bantuan pada Bundanya. Untuk membujuknya. Agar mau membebaskan Rebeca dari penjara.

"Ali udah maafin Rebeca. Tapi Ali gak bisa cabut tuntutan Ali sama Rebeca, Bun," ucap Ali yang membuat Bunda Resi menghembuskan nafasnya berat. Bunda Resi sudah duga. Ali tak akan mau membebaskan Rebeca begitu saja. Bunda Resi mengerti posisi Ali. Yang ingin melindungi Prilly. Tapi Bunda Resi juga kasian pada Rebeca.

   Ali bangkit dari duduknya. Kakinya melangkah menaiki anak tangga. Ali sudah capek dihadapkan oleh dua pilihan, yang sulit untuk Ali ambil.

"Bunda Prilly ke kamar yah," pamit Prilly yang dijawab anggukkan oleh bunda Resi. Yang membuat Prilly langsung menaiki anak tangga.

   Setelah memasuki kamar. Prilly menatap Ali yang sedang berdiri di balkon, seraya memijat pelipisnya. Membuat Prilly langsung menghampiri Ali. Memeluk Ali dari belakang.

"Kamu sakit?" tanya Prilly yang membuat Ali melepaskan pelukkan Prilly. Lalu tersenyum tipis. Sebelum kakinya melangkah ke arah nakas. Meraih laptopnya yang berada di atas nakas. Dan keluar dari kamar. Membuat Prilly mengikuti Ali dari belakang. Jika tau akan seperti ini jadinya. Prilly tak akan memaksa Ali. Untuk mencabut tuntutannya pada Rebeca. Prilly benar-benar tak sanggup. Jika harus melihat Ali mendiaminya seperti ini. Walaupun sebenarnya Prilly ingin Ali mencabut tuntutannya pada Rebeca. Tapi jika seperti ini jadinya. Prilly jadi merasa bersalah. Karena tak mengerti posisi Ali, dan menghargai keputusan Ali.

"Mau apa? Mau maksa aku buat cabut tuntutan aku sama Rebeca? Ini bukan ngidam' ,kan? Jadi aku gak harus wujudin kemauan kamu yang ini, 'kan?" tanya Ali dingin menepis tangan Prilly. Yang menggenggam tangannya. Yang membuat air mata Prilly menetes begitu saja. Tapi langsung Prilly hapus.

"Kalo kamu mau aku cabut tuntutan aku sama Rebeca. Oke, aku akan cabut," ucap Ali terpaksa. Sebenarnya Ali tak ingin mencabut tuntutannya pada Rebeca. Tapi Ali tak tega melihat Prilly menangis, dan membuat gadis mungilnya ke fikiran. Tentu ini akan berpengaruh pada kandungannya bukan?

   Ali langsung memasuki kamar pribadinya. Menguncinya dari dalam. Sekarang Ali tak mau diganggu oleh siapapun. Termasuk Prilly.

"Ali buka, aku minta maaf," ucap Prilly seraya mengetuk pintu kamar pribadi Ali.

"Aku butuh waktu sendiri. Please jangan ganggu aku," ucap Ali dari dalam. Yang membuat Prilly melangkah menuruni anak tangga. Prilly mengerti Ali seperti ini. Karena Ali sedang marah padanya. Dan semuanya salah Prilly yang terlalu memaksa Ali.

   Prilly beberapa kali menyeka air matanya. Yang terus menetes. Prilly tak mau Ali mendiaminya seperti ini. Prilly tak mau Ali menjauh darinya. Dan bersikap dingin seperti ini kepadanya. Tapi Prilly tak bisa memaksa Ali agar mau memaafkannya sekarang. Prilly takut Ali semakin marah padanya.

"Jangan nangis gak baik lho. Buat kandungan kamu," ucap Bunda Resi. Yang membuat Prilly langsung memeluk Bunda Resi. Menumpahkan kesedihannya pada pelukkan Bunda Resi. Prilly tak tau lagi, harus menumpahkan kesedihannya pada siapa?

"Bunda, Ali marah sama Prilly. Ali gak mau liat Prilly," ucap Prilly air matanya sudah membasahi pipi chubbynya.

"Ali cuma butuh waktu buat sendiri aja kok. Nanti kalo moodnya udah bagus. Ali bakal nemuin kamu. Dia gak marah cuma lagi butuh waktu sendiri aja. Udah yah jangan nangis lagi," ucap Bunda Resi seraya menghapus air mata Prilly. Yang sudah membasahi pipi chubbynya.

My Dosen My Love [Sold Out + Habis Kontrak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang