1 Bulan sudah. Kepergian Prilly dari rumah Ali. Dan selama itu juga Ali selalu berkunjung ke rumah Prilly. Untuk minta maaf. Tapi setiap Ali ke rumah Prilly. Gadis mungilnya selalu tak mau menemuinya. Ntah apa lagi yang harus Ali lakukan. Agar Prilly mau menemuinya, dan memaafkannya. Jujur 1 bulan tak bertemu dengan Prilly, sangat menyiksa Ali. Ali sangat merindukan gadis mungilnya. Ali ingin keadaan kembali seperti dulu, bisa melihat Prilly anehnya. Bukan seperti sekarang. Tak bisa melihat gadis mungilnya. Jangankan melihat, bertemu saja tidak bisa.
Ali melajukan mobilnya ke rumah Prilly. Ntah sudah berapa kali Ali mengunjungi rumah Prilly, dan harapan Ali tetap sama. Ingin mendapatkan maaf dari gadis mungilnya.
Setelah sampai rumah Prilly. Ali mengetuk pintu utama rumah mewah dihadapannya. Dengan harapan, kali ini Prilly mau memaafkannya.
Tak berapa lama, pintu utama rumah Prilly terbuka. Menampilkan gadis mungil, dengan wajah datarnya. Ali menatap lekat wajah Prilly. Wajah yang sangat dirinya rindukan. Wajah yang 1 bulan ini menghilang, dari hadapannya.
"Mau apa lo ke sini?" tanya Prilly dingin. Prilly tak tau, jika yang mengetuk pintu tadi adalah Ali. Jika Prilly tau, Prilly tak akan membukakan pintu. Untuk laki-laki dihadapannya ini. Walaupun rasa rindunya sudah berkecambuk didalam hatinya. Dari awal kepergiannya dari rumah Ali, tapi rasa sakitnya masih sangat terasa. Itu alasan Prilly, tak mau menemui Ali. Saat Ali, berkunjung ke rumahnya.
"Maaf," ucap Ali lirih, membuat Prilly berdecih.
"Maaf buat apa?" tanya Prilly dengan wajah datarnya. Jujur Prilly rindu Alinya. Bahkan Prilly sangat ingin memeluk tubuh Ali. Mencium aroma tubuh laki-laki dihadapannya. Tapi ntah mengapa, saat mengingat kejadian di pantai itu. Membuat Prilly segera mengurungkan keinginannya.
"Buat kejadian di pantai. Aku gak ada maksud sedikit pun, nyakitin perasaan kamu. Aku waktu itu cuma ke bawa suasana aja," ucap Ali seraya menggenggam tangan Prilly. Sejujurnya Prilly ingin memaafkan Ali. Tapi ntah mengapa, luka di hatinya seakan tak bisa sembuh. Perasaannya seolah sulit untuk memaafkan Ali.
"Sejauh ini, gue udah cukup ngerti. Kalo lo masih cinta sama Aurora, dan lo gak akan pernah bisa cinta sama gue," ucap Prilly seraya melepas tangan Ali, yang menggenggam tangannya. Sekuat tenaga Prilly menahan air matanya. Agar tak menetes, dihadapan Ali. Prilly tak ingin terlihat lemah, dihadapan laki-laki yang tak mencintainya.
"Jangan ngambil kesimpulan sendiri," ucap Ali seraya menatap mata hazel milik Prilly, yang sudah berkaca-kaca.
"Gue gak ngambil ke simpulan sendiri! Yang gue omongin adalah fakta! Lo masih mencintai Aurora, dan gue gak akan pernah bisa gantiin posisi Aurora. Di hati lo! Mau pun di hidup lo! Jadi buat apa? Sekarang kita pertahanin pernikahan ini?" ucap Prilly setengah berteriak. Emosinya kembali memuncak. Bahkan air matanya yang sudah ditahannya mati-matian, akhirnya jatuh juga. Membuat Ali langsung menangkup wajah Prilly. Mengahapus air mata, yang menetes di pipi chubbynya. Rasa bersalah Ali semakin menjadi-jadi.
"Gue minta cerai," ucap Prilly seraya melepaskan kedua tangan Ali dari pipinya. Sebenarnya Prilly tak ingin meminta cerai kepada Ali. Tapi untuk apa? Sebuah pernikahan bertahan, tanpa cinta untuknya. Itu hanya akan menjadi luka, di hati Prilly.
Ali hanya diam mematung. Ali masih tak percaya, dengan apa yang Prilly ucapkan tadi. Bahkan Ali tak ada niat sedikitpun untuk menceraikan Prilly. Ali tak pernah nembayangkan jika ini akan terjadi. Jujur Ali sudah mencintai Prilly. Walaupun Ali akui, perasaan cintanya belum seutuhnya untuk Prilly. Tapi Ali pastikan, rasa cinta Ali untuk Prilly lebih besar. Dibandingkan untuk Aurora.
"Aku gak mau cerai sama kamu. Aku cinta sama kamu," ucap Ali membuat Prilly tersenyum miris.
"Omong kosong!" ucap Prilly dingin seraya berlalu masuk ke dalam rumah. Mengunci pintu rumahnya. Berhadapan dengan Ali hanya akan membuatnya sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Love [Sold Out + Habis Kontrak]
Romance"Nanti malam gue ke rumah lo," ucap seseorang, yang berhasil menghentikan langkah kaki Prilly. "Kalo ada masalah, Bapak bicara saja di sini. Jangan ke rumah saya," ucap Prilly dingin, sambil menatap dosennya kesal. "Saya mau melamar kamu. Saya tahu...