03. Asmara, Begitu Panggilannya

2.9K 364 16
                                    

Nadia ASMARA, nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya saat anak pertama yang di nanti-nanti akhirnya datang juga. Setelah menikah dua tahun barulah Asmara hadir menambah kebahagian ayah dan ibunya. Dan sayangnya Asmara adalah anak tunggal di keluarga.

Ada enak dan tidak enaknya menjadi anak tunggal seperti Asmara. Enaknya semua kasih sayang dari orang tua tertuju pada dirinya dan tidak enaknya ia sering merasa sepi, namun itu dulu sebelum Arsya Yudha datang dengan karya-karya yang Asmara suka. Namun yang tidak di sangka-sangka saat Asmara berusia dua puluh satu tahun ibunya tengah mengandung bakal calon adiknya.

"Dit, kalau di pikir-pikir adek gue lahir berasa kaya anak gue enggak sih? Sekarang aja gue mau dua-dua adek gue baru empat bulan, baru juga bisa duduk. Gitu aja kepalanya masih geyal-geyol" Ucap Asmara saat bertelepon dengan Dita, sahabatnya sejak SMA.

"Coba gue sama Arsya nikah muda, kalau gue punya anak bakalan seumur adek gue kali ya?!" Lanjut Asmara sambil mengkhayal.

"Masih Arsya aja lo Ra, kirain udah kuliah lo bakal dapat kating cakep gitu. Eh ternyata tetep Arsya mulu.haha." Timpal Dita yang masih heran dengan temannya satu itu. Istri Arsya Yudha julukan saat di SMA.

"Ya mau gimana lagi Dit. Gue sih setia orangnya, jadi ya kalau sama Arsya dijamin setia juga. Bahkan interview Arsya yang terakhir kemarin dia bilang pengen nikah muda, dan itu yang bikin gue was-was tahu enggak sih? Jangan-jangan dia punya pacar. Aduh belum siap gue kalau dia punya pacar. Apa lagi nikah."

Dari seberang telepon Dita hanya tertawa mendengar ucapan Asmara. "Gila lo emang Ra, tobat kapan? Jangan keterusan halunya, enggak baik tahu. Kehidupan sosial lo bisa terganggu." Nasihat Dita pada si fans number one-nya Arsya itu. "Eh btw gue lagi deket sama kating nih!" Curhat Dita pada akhirnya. "Dia ngajak jalan dari seminggu lalu habis kenalan pas pensi, yang gue kirim fotonya ke grup, dia yang main keyboard." Lanjutnya bercerita.

Asmara mulai mendengarkan curahan hati Dita, walaupun ia tergila-gila dengan Arsya tetap saja masih mempunyai pikiran realistis. Asmara juga ingin merasakan jatuh cinta seperti Dita dan orang-orang pada umumnya. Jatuh cinta secara wajar bukan hanya sekedar cinta yang ia berikan untuk Arsya yang mungkin akan sangat sulit atau bahkan sangat tidak mungkin untuk digapai.

"Dit, gue jadi sempat mikir, kira-kira mau sampai kapan ya gue gini terus ke Arsya? Udah kaya orang gila gue ngayalin Arsya jadi pacar gue mulu, ketemu aja cuma sekali, nonton live cuma tiga kali dari sekian banyak event yang Arsya datangi, itu pun yang sekali pas acara kampus kemarin. Dan sampai sekarang gue sama sekali gak pernah di notis dong sama dia. Sedangkan yang cuma nyapa 'hi Arsya' gitu aja dapat balasan. Kan gue jadi iri!" Keluh-kesah Asmara pada Dita, setelah sesi curhat sahabatnya itu berakhir.

"Eum, apa gue berhenti aja ya Dit?"

"Ya yang tahu kapan harus berhenti itu lo Ra, gue juga suka sama Arsya tapi gue enggak segila lo. Karena gue akui emang karya dia keren-keren, irinya gue ke dia sih kita seumuran sama Arsya tapi dia udah bikin lagu keren-keren dan udah sukses duluan dan itu semua pemacu buat gue setidaknya harus sukses di usia muda kaya doi. Kalau saran gue mending lo ubah pikiran lo deh, ubah dulu image lo dari yang istrinya Arsya ke manusia normal pada umumnya. Jadi jangan dikit-dikit bilang Arsya pacar gue Arsya suami gue, lama-lama orang yang denger bisa males dan ilfeel sama lo. Coba deh lo nikmati karya Arsya tanpa lihat siapa Arsya itu. Jadilah fans sewajarnya." Saran Dita yang membuat Asmara terdiam.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang