13. Gejolak ASMARA Arsya

1.9K 286 24
                                    

Setelan kejadian dalam mobil beberapa minggu lalu membuat Arsya semakin dekat dengan Asmara. Saat bekerja untuk brand ambasdor dari Magic Shopping Arsya dan Asmara selalu terlihat professional namun di luar jam kerja hubungan mereka benar-benar jauh dari kata profesional. Terlalu santai mengikuti arus air yang mengalir tenang.

"Aca, bangun dong! Aku bawa makanan!" Asmara berteriak saat memasuki unit nomor 1013 milik Arsya. Kini selain Renata, Asmara juga mengetahui pasword apartemen laki-laki itu.

Arsya yang mendengar suara ledekan nyaring dari Asmara memanggil nama kecilnya, membuat ia mendengus kesal dan langsung keluar dari kamar tanpa mempedulikan penampilannya. "Bisa enggak sih pakai baju dulu kek!" Protes Asmara sambil menaruh kotak bekal diatas meja. Melihat Arsya dengan wajah bangun tidur dan bertelanjang dada membuat Asmara salah tingkah diabuatnya.

"Dari ibu." Lanjutnya sambil membuka kotak bekal, menghidangkan dengan rapi diatas meja pantry.

"Aduh berasa jadi anak kesayang ibu kamu aku tuh sekarang. Ada untungnya juga ya kemarin mobilku di ketuk sama Ayah." Bangga Arsya sambil mengingat kejadian saat Ayah Asmara mengetuk kaca mobilnya. Sambil berjalan ke arah pantry Arsya mulai memakai kaosnya.

"Ya karena kamu artis, ayah sama ibu jadi bangga anaknya punya teman artis. Jadi berasa anak tiri kalau udah dikit-dikit buat Arsya. Untung Anjas belum ngerti apa-apa, coba aja kalau dia udah ngerti, pasti dia bakalan protes ke ayah sama ibu."

Arsya tersenyum mendengar omelan Asmara. Beberapa minggu belakangan ini hampir setiap pagi perempuan itu selalu mengantarkan sarapan untuknya. "Aku antar ke tempat kerja ya?" Ucap Arsya memberi tawaran pada Asmara sambil mencomot dadar jagung dari kotak makan yang Asmara bawa. Namun aksinya terhenti saat Asmara memberikan pukulan ringan pada punggung tanganya. "Cuci tangan dulu!" Protes Asmara yang membuat Arsya mendengus.

"Iya bawel!" Ucap Arsya mengerucutkan bibirnya, berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan.

Asmara tidak menyangkan jika kejadian seeprti ini ada dalam kehidupan nyatanya. Bahkan saat ia mulai menyerah dan merasa mustahil untuk menggapai Arsya sang suami khayalannya, kini malah seolah menjadi kenyataan. Walaupun kembali lagi pada kenyataan yang ada, mereka hanyalah sebatas teman yang satu frekuensi. Dan setelah permasalahan atas kejadian tak terduga beberapa bulan lalu tentang ciuman pertama mereka, hubungan diantara keduanya kian membaik. Terlihat semakin dekat dan lebih intens. Ditambah orang tua Asmara yang sudah mengenal Arsya. Makin-makinlah hubungan mereka seolah mendapat restu.

"Kak, akhirnya ya kamu enggak cuma nganyal. Kirain ayah, kakak bakal dapat pacar yang lebih ganteng dari Arsya. Eh taunya malah Arsya benerean. Enggak sia-sia dong ya kakak dulu pernah tergila-gila sama Arsya."

"Arsya bukan pacar Asmara ayah! Kita itu cuma temenan. Jangan bikin gosip deh!"

"Ooo gitu? Arsya anaknya baik loh."

"Ya terus?"

Ayah Asmara tersenyum. "Ya siapa tahu bisa jadi mantu ayah."

Mengingat obrolannya dengan sang ayah membuat Asmara tanpa sadar tersenyum. Ada-ada saja ayahnya itu, begitulah pikir Asmara.

"Heh, ngelamun aja!" Asmara tersentak dengan ucapan Arsya barusan. "Ngelamunin apa sih? Masih pagi juga."

Asmara menggeleng. "Enggak kok, cuma lagi mikir aja nanti siang enaknya makan apa ya?" Kilahnya sambil tersenyum canggung.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang