23. Mincu Gincu (lagi)

1.9K 284 29
                                    

Mematikan ponselnya Arsya memilih menikmati waktu berhaga dengan orang-orang terkasih. Sejenak menghilangkan hiruk pikuk dan penat dengan manikmati waktu luang bersantai layaknya orang normal pada umumnya. Arsya memilih untuk berlibur ke puncak bersama keluarganya. Sedangkan di kantor agensinya semua mulai bingung, foto lama Arsya kembali muncul bukan yang dengan Jenifer melainkan dengan sosok perempuan misterius yang tak lain adalah Asmara.

Renata mencoba menghubungi Arsya namun nomor ponsel artisnya itu tidak aktif, mencoba menghubungi Asmara namun beberapa kali panggilan tidak terjawab. Pihak produksi film mulai kalang kabut, rencana promosi dengan film yang di jadwalkan diadakan minggu depan terpaksa harus di undur. Bukan hanya Arsya yang terkena masalah kencan namun Jenifer juga ketahuan tengah berkencan dengan model ternama Keano Aldiansyah.

"Ca, lihat deh ada berita si Jenifer sama Keano. Gimana itu katanya kalian nggak boleh ada kabar pacaran dulu? Kok Jenifer terang-terangan datang ke acara Keano ya? Lagi rame tuh." Ucap mamanya Arsya yang sedang menonton televisi.

"Ya biarin ajalah ma, mereka emang pacaran juga kok." Jawab Arsya enteng seolah tidak peduli.

"Tapi kan nama kamu keseret-seret nanti jadinya." Keluh mamanya lagi.

Arsya tersenyum. "Cuma foto mama, lagi pula nggak ada wartawan yang tanya masalah foto Arsya pas lagi di mall sama si Jeni kan? Kalau ada yang tanya dari kapan hari juga bakal aku jawab kalau itu lagi ada project. Sekarang itu kebanyakan orang percaya foto doang sama cocologi nggak berdasar. Asumsi satu orang yang jadi landasan mereka beropini dan menyangkut pautkan satu sama lain. Udah lah ma nanti juga agensinya Jenifer sama Keano bakal buka suara." Terang Arsya yang sebenarnya malas membahas privasi lawan mainnya itu.

"Trus film kamu?" Tanya Adelia kakak Arsya.

"Minggu depan kan launchingnya, ya udah paling disana bakalan yang rame ditayanin hubungan Jeni, ya gitu lah orang-orang lebih tertarik privasi dari pada karya. Makanya males aku kalau udah ribet gini."

"Kamu nanti di bilang setingan lo Sya sama nitijen." Ucap kakak iparnya.

"Settingan sama siapa?"

"Ya Jennifer lah."

Arsya tersneyum. "Dari awal kita nggak ada setingan, emang kebetulan itu kita lagi bareng habis meeting sama syuting. Berita aja yang gede-gedein. Udah biasalah kaya gitu." Terangnya sekali lagi.

"Ya udah, yang penting anak mama nggak aneh-aneh. Nggak macem-macem. Nanti kalau Aca macem-macem omelin ya Ra, kalau perlu jewer sekalian!" Ucap mamanya Arsya lalu menatap Asmara.

"Bantuin mama ngurusin Aca ya kalau di Jakarta, kalau nakal-nakal langsung aja lapor ke mama biar nanti mama kutuk!" Lanjutnya sambil terkekeh.

"Ih mama apaan sih main kutuk-kutuk aja. Aku apa pernah nakal di Jakarta." Timpal Arsya tidak terima dengan ucapan mamanya. "Asmara." Panggilnya membuat Asmara menatap Arsya. "Aku nggak pernah nakal kan di Jakarta?" Tanyanya.

Asmara tersenyum sambil menggeleng. "Nakal sih enggak, tapi kalau nyebelin sering!"

"Jadi nggak ada nih yang di pihak aku?" Wajah Arsya dibuat memelas mencari dukungan.

"Enggak usah drama deh Ca." Timpal Amelia yang kemudian membuat tawa sore itu.

Setelah makan malam Asmara berniat menguhububgi orang tuanya, duduk di ayunan teras belakang Villa sambil melihat keponakan Arsya yang tengah bermain dengan ayah mereka.

"Kenapa?" Tanya Arsya yang kini mulai duduk di samping Asmara.

"Kamu mandi jam segini nggak dingin apa?" Tanya Asmara sambil mengamati Arsya dengan rambutnya yang basah.

"Ya dingin sih makanya aku kesini." Ucap Arsya sambil mendekat pada Asmara.

"Yang ada di luar makin dingin Arsya." Lembut Asmara sambil menggenggam tangan Arsya yang lebih dingin dari tangannya.

"Enggak kok. Kalau kamu pegang gitu lama-lama jadi nggak dingin, malah anget banget lo nanti. Tapi kalau kamu lepasin nanti jadi dingin lagi deh, hehe"

"Gombal banget sih." Gerutu Asmara sambil memanyunkan bibirnya, berusaha melepas genggaman Arsya yang terasa sangat sukit. Sedangkan Arsya hanya terkekeh ringan dengan ucapan dan tidakan Asmara.

"Eh bentar, mbak Renata telepon." Ucap Asmara sambil melepas genggaman Arsya, menjawab telepon Renata yang sudah di loudspeakers sesuai permintaan Arsya.

"Iya mbak? Kenapa? Maaf tadi hp aku ada di tas. Di sini juga agak susah sinyal." Ucap Asmara saat menjawab panggilang dari Renata.

"Kamu lagi sama Arsya?"

"Iya, ini dia lagi di samping aku. Ada apa mbak? Mau ngomong sama Arsya aja?"

"Sama kamu juga nggak apa-apa sih, nanti tolong sampain ke Arsya walaupun libur jangan sampai hp itu di matiin."

"Iya-iya sorry, gue denger kok. Emang ada apa mbak?" Giliran Arsya bertanya.

"Oh ya udah kalau lo denger Sya. Jadi tadi siang agensi lagi ribet dan lo tersangka utamanya dan lo nggak bisa di telepon dari siang tadi. Jadi agensi mutusin buat ambil tindakan sendiri tanpa persetujuan dari kalian."

"Kok kalian?" Heran Arsya.

"Ya kalian, foto dan video kalian kesebar lagi di mincu-gincu gara-gara berita Jenifer sama Keano. Lo tahu kan nama lo pasti ikut dikaitin dan foto lama kalian keluar. Ada juga foto baru kalian di Bali sama ada lagi satu gue nggak tahu itu lagi dimana yang jelas di pikiran mobil gitu." Jelas Renata.

Mendengar hal itu Arsya dan Asmara saling pandang.

"Trus masalah launching filmnya di undur bulan depan bareng sama gala premiere. Untung nggak terlalu di permasalahin sih setelah gue jelasin sama pihak filmnya."

"Ck, nggak profesional banget. Sangkut-sangkutin kerjaan sama privasi." Kesal Arsya yang sedikit tidak terima dengan sistem dunia hiburan saat ini. Giliran prestasi tak ada berita sedangkan sensasi selalu di nomor satukan.

"Trus apa hubungannya sama Asmara?" Tanyanya kemudian.

"Ya gue bilang aja ke media sesuai fakta. Agensi bikin statement lo udah punya pacar dan pacar lo bukan seleb dan membenarkan masalah foto-foto sama video kalian yang jalan berdua." Sekali lagi Renata menjelaskan.

"Oh itu doang kirain apaan." Ucap Arsya santai. "Sorry banget mbak, gue tadi bener-bener lagi quality time bareng keluarga. Makasih banget udah handle semuanya. Thanks ya mbak Re, sorry selalu bikin repot."

Dari sebarang telepon dapat terdengar suara decakan dari Renata sebelum mengakhiri panggilannya. Lalu dapat Arsya lihat bahwa tatapan tajam Asmara tengah mengarah padanya.

"Kenapa eum?" Tanya Arsya heran, keningnya sedikit berkerut menanti kata-kata yang akan terucap dari bibir Asmara.

"Kok kamu enteng banget sih kayanya? Kamu nggak khawatir kalau ada berita kamu punya pacar?" Tanya Asmara keheranan.

Arsya tersenyum lebar. "Ya enggak lah, kamu kan emang pacar aku. Trus apa yang harus dikhawatirkan?"

Kening Asmara berkerut. "Emang iya? Pede benget sih!"

***

Ditulis : 14 September 2020
Publikasi : 15 September 2020
Re publish : 6 Maret 2021

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang