04. ARSYA & ASMARA

2.6K 351 22
                                    

Canggung, itulah yang Arsya rasakan saat ini. Di sebalahnya sudah ada Asmara yang hanya terdiam sambil memegangi seat belt dan sesekali Arsya juga melihat dari ekor matanya bahwa Asmara sedang mengusapkan telapak tangan pada celana hitam yang perempuan itu kenakan.

Berbeda dengan Arsya, jatung Asmara sedang berdebar tak karuhan. Usahanya untuk bersikap normal dan wajar saat duduk di dalam mobil yang sama dengan idolanya berakhir sia-sia saat suara rendah Arsya menggelitik pendengarannya.

"Kamu sukanya makan apa? Enggak keberatan kan saya ajak makan di luar urusan pekerjaan?"

"Oh eh eum apa?"

Dan sontak tanggapan gagap Asmara yang begitu tegang dan seperti kebingungan membuat Arsya tersenyum.

"Kamu sukanya makan apa? Saya ajak makan di luar enggak keberatan kan?" Ulang Arsya atas pertanyaannya.

"Oh enggak kok, santai aja saya gapapa." Jawab Asmara yang membuat Arsya tersenyum makin lebar.

"Seharusnya saya yang bilang Asmara santai aja jangan kaku-kaku saya enggak gigit kok." Canda garing Arsya untuk mencairkan suasana.

Sejenak Asmara menoleh menatap Arsya yang tengah fokus pada jalanan. Panggilan dari Arsya yang menyebutkan nama lengkapnya membuat genderang yang tengah bertalu-talu di dadanya semakin kencang tidak beraturan, ia hanya senang saja mendengar namanya disebut lengkap saat tengah mengobrol. Apa lagi yang barusa saja menyebutkan nama itu adalah Arsya sang idola.

"Mau makan udon di tempat langganan saya?" Tawar Arsya sambil menoleh pada Asmara.

Tatapan mereka bertemu, dengan cepat Arsya kembali menghadap lurus ke arah depan sambil melihat antrian mobil untuk keluar dari tol. Sedangkan Asmara merasa gelagapan dan melarikan pandangannya kemana saja asal tidak ke samping kanan dimana Arsya tenggah duduk di balik kemudi.

"Eum, saya sih terserah. Kan yang ngajak saya makan Arsya." Ucap Asmara berusaha menjawab pertanyaan Arsya walaupun agak terlambat

Mendengar jawaban dari Asmara membuat Arsya menganggukan kepala, setelah berhasil keluar dari tol segera Arsya mengarahkan laju mobilnya untuk mengambil jalur kanan menuju salah satu restoran udon favoritnya.

***

Sesampainya di tempat tujuan, Arsya memilih bilik privasi setelah memasuki restoran yang cukup memiliki suasana Jepang yang kental. Saat ini Arsya dan Asmara tengah duduk berhadapan di ruangan yang tertutup, terlihat ada beberapa hidangan pembuka dan dua gelas kosong, serta satu teko berisi ocha yang tersaji diatas meja.

Sambil menunggu makanan pesanan mereka datang, baik Arsya mau pun Asmara hanya saling diam. Mata Asmara berlari kesana kemari mencoba menghindar dari Arsya, sedangkan idolanya itu tengah menatap bingung pada Asamara. Lebih tepatnya bingung membuka pembicaraan. Suasana pun sedikit terasa canggung dan kaku.

"Eum, kamu udah lama kerja di Magic Shopping?" Tanya Arsya mencoba mengawali pembicaraan. Pertanyaan dasar yang tiba-tiba terpikirkan olehnya setelah beberapa puluh detik berlalu begitu saja.

"Eum lumayan lah, dari kuliah udah magang disana. Jadi udah sekitar tiga-empat tahunan mungkin." Jawab Asmara sesuai dengan pertanyaan Arsya. Sangat formal dan hampir mirip dengan wawancara kerja.

"Wah keren ya? Dulu saya juga pengennya kerja kantoran gitu. Mungkin kalau enggak nyanyi udah jadi akuntan kali ya?" Timpal Arsya seolah ingin menceritakan keinginannya jika dirinya bukanlah seorang bintang.

"Arsya juga keren kok." Ucap Asmara pada akhirnya. "Dari sekian artis yang pernah kerja sama, Arsya yang termasuk cepet paham dan kerjanya cepet jadi gak bikin ngulur waktu juga." Lanjutnya memberi pendapat pribadi yang di beri anggukan serta seyum tulus dari Arsya.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang