Hari berlalu, rasanya sudah lama Asmara tidak bertemu dengan Arsya. Dan tepat hari ini ada syuting satu iklan dengan Arsya. Memang bukan Asmara yang memegang tanggung jawab pada kegiatan hari ini, namun ia menyempatkan hadir karena diminta oleh beberapa rekan kerjanya. Asmara berdecak kesal saat tadi sapaan sopan dan manisnya pada Arsya hanya dibalas dengan anggukan ringan seperti tidak saling mengenal. Rasanya sungguh menyebalkan.
"Menyebelin banget sih lo mentang-mentang punya gebetan, lupain temen sendiri! Awas ya lo!" Asmara menggerutu, berjalan sambil menghentak-hentekan kakinya menjauh dari Arsya.
"Eh ada mbak Asmara, kenapa mbak?" Tanya salah satu crew yang berpapasan dengan Asmara. Dan hanya tatapan sinis yang Asmara berikan, kemudian perempuan itu berlalu sebagai jawaban untuk crew tak bersalah itu.
"PMS kali ya mbak Asmara." Gumam si crew tersebut.
"Ta, gue balik dulu deh disini juga nggak ngapa-ngapain. Sumpek gue!" Ucap Asmara saat bertemu dengan Jelita, salah satu penanggung jawab kegiatan.
"Nanggung Ra, lo nggak ikut makan-makan, sama Arsya juga loh." Balas Jelita mencoba menahan Asmara untuk tetap tinggal. Sedangkan Asmara, mendengar nama Arsya saja sudah gemas sendiri. Bagi Asmara saat ini Arsya tidak lebih dari seorang laki-laki menyebalkan yang membuatnya ingin menjitak kepala idola para idola itu.
"Ayolah Ra, lo di kantor juga ngapain? Mending ikut makan-makan sekalian, mumpung gratis." Bujuk Jelita sekali lagi yang membuat Asmara akhirnya pasrah dan luluh. Bukan karena makan gratis namun karena memang sudah tidak ada pekerjaan di kantor.
"Lo kudu professional Asmara!" Gumam Asmara mantap dalam hati.
Waktu pun berlalu, kegiatan makan bersama setelah syuting membuat suasana ramai riyuh di salah satu restoran yang tak jauh dari lokasi. Baik staff, crew dan artis yang tak lain adalah Arsya membaur. Memang begitulah Arsya, sama sekali tidak berubah kecuali dengan Asmara. Senyum sopan, sapaan lembut juga terlontar dari Arsya saat mendapat pertanyaan dan sapaan dari orang-orang, namun tidak untuk Asmara.
Saat tak sengaja mata mereka saling beradu, kelembutan itu hilang, tatapan datar tanpa minat kini Arsya berikan dan hal itu membuat Asmara semakin kesal dan berbalik menatap tajam Arsya, namun sayangnya hanya beberapa detik mata itu saling bertatap Asmara memilih untuk berpaling, ia hanya tidak memiliki nyali dan memilih menghindar sambil menggerutu sendiri.
***
"Iya Jal ada apa?" Sapa Asmara saat baru saja menjawab panggilan dari Rijaldi.
"Oh oke. See you."
Tak lama panggilan terputus. "Cowok lo yang waktu itu Ra?" Tanya Jelita yang kebetulan duduk disamping Asmara.
Asmara tersenyum simpul. "Dia bukan cowok gue." Balas Asmara masih tersenyum. Panggilan dari Rijaldi yang memberikannya pesan akan mengirimkan undangan pernikahan salah satu teman SMA mereka.
"Lo mau sama dia, nanti gue kenalin." Bisik Asmara kemudian terkikik.
"Ih apaan sih." Malu Jelita sambil menyiku lengan Asmara. "Kayak gue enggak laku aja. Lagi pula keliatannya dia suka sama lo deh. Dari cara merhatiin lo aja udah kelihatan." Ucap Jelita yang di balas dengan senyuman oleh Asmara.
"Ya sukalah, kalau nggak suka ya gue nggak bakal mau lah temenan sama dia. Besok dia mau ngajakin makan siang, lo ikut ya siapa tau bisa nemenin dia kondangan.hihi"
Ditempatnya, Arsya tengah menatap Asmara dengan tatapan datar. Walaupun merasa risih Asmara berusaha tetap biasa saja, namun ia sungguh tidak nyaman dengan tatapan itu, ingin membalas tapi lagi-lagi ia enggan. Masih merasa kesal namun juga rindu. Ah, yang jelas Asmara masih malas jika berurusan dengan Arsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA
RomanceAsmara sangat menggilai Asrya Yudha, penyanyi pendatang baru yang setiap hari muncul di layar kaca. Bahkan ia tidak peduli bisa saja bangun kesiangan dan terlambat ke sekolah karena begadang menanti penampilan Arsya di sebuah acara live. Tidak Hanya...