Sesuai permintaan Arsya dan kedua kakak Arsya serta ijin dari kantor dan kedua orang tuanya, kini Asmara sudah berada di Bali untuk merayakan ulang tahun mama Arsya sekaligus liburan. Kali ini Asmara mengambil cuti hari senin dan selasa.
Setelah menonton mini concert Arsya beberapa jam yang lalu kini Asmara sedang manikmati angin malam di pinggir kolam renang villa. Suasana yang ada cukup membuat Asmara tenang dan segar kembali, jauh dari penatnya pekerjaan dan hingar-bingar ibu kota.
"Kamu belum tidur?" Asmara moleh pada sumber suara, terlihat Arsya yang sedang berjalan menghampiri, lalu kemudian laki-laki itu duduk di samping Asmara. Ikut mencelupkan kakinya ke dalam kolam renang.
"Kalau udah tidur aku enggak bakalan ada di sini Arsya." Balas Asmara lalu terkekeh. "Kamu sendiri enggak mau tidur gitu? Emang enggak capek?" Tanyanya kemudian.
Arsya hanya diam lalu kepalanya ia miringkan dan bersandar di bahu Asmara, tanpa laki-laki itu bersuara Asmara paham betul jika lelah sedang menghampiri Arsya. "Kamu udah lihat mincu gincu?" Tanyanya membuka topik pembicaraan.
"Udah, di kirim sama mbak Renata kemarin." Balas Asmara tidak menjelaskan lebih lanjut tetang tanggapannya.
"Oh ya udah kalau gitu. Enggak apa-apa, enggak usah dipikirin banget-banget ya." Ucap Arsya masih dalam posisi yang sama,sedangkan Asmara hanya tersenyum samar dibuatnya.
"Arsya?" Lirih Asmara yang hanya di beri gumaman oleh laki-laki itu sebagai jawaban.
"Ini benar-benar private villa kan? Aku enggak mau ya masuk mincu gincu untuk ke tiga kalinya." Lanjut Asmara membuat Arsya segera duduk tegap dan menatap perempuan disampingnya itu, lalu ia terkekeh melihat wajah serius Asmara.
"Enggak lah, mana ada mereka disini? Tenang aja enggak bakalan ada kamera-kamera mengintai. Disini, dijamin aman."
Setelah mengucapkan hal itu Arsya kembali menyandarkan kepalanya di pundak Asmara, menikmati suasana malam sunyi dan bertabur bintang di villa yang Amelia pilih. Mereka hanya berdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing, tidak terjelaskan namun ada sebuah rasa yang sama tengah menyelimuti hati keduanya.
"Asmara?" Lirih Arsya membuat Asmara menolehkan kepalanya sejenak, menatap Arsya yang masih merasa nyaman dengan posisinya saat ini. Padahal jika Asmara lihat posisi itu sangat tidak nyaman.
"Enggak sakit kamu gini terus?" Tanya Asmara pada akhirnya, menjurus pada posisi leher Arsya yang terlihat bisa saja besok pagi akan terasa pegal dan sakit.
"Kamu capek ya? Kepalaku berat?" Jawab Arsya dengan sebuah pertanyaan. Perlahan Arsya mengakat kepalanya dari pundak Asmara, menatap Asmara yang ternyata juga sedang memusatkan padangan mata padanya. Dapat Arsya lihat Asmara sedang tersenyum dan menggeleng ringan.
"Kasihan leher kamu, kalau posisinya kaya tadi besok bakalan sakit. Mau manggungnya kepala kamu miring ke kiri mulu?" Balas Asmara disisipi candaan. Sedangkan Arsya hanya terkekeh ringan menanggapinya.
"Kamu enggak kedinginan? Malam-malam gini kok main air?" Asmara menggeleng mendapat pertanyaan itu.
"Pengennya malah berenang." Jawabnya kemudian.
Arsya tersenyum dan tiba-tiba laki-laki itu membuka kaosnya lalu menceburkan diri di kolam renang. Mencoba menarik Asmara untuk ikut bergabung dengannya.
"Arsya! Udah malam! Kamu nanti masuk angin ih!" Kesal Asmara sambil menghindari Arsya yang terus menggodanya, mencoba menarik tangan atau kaki Asmara yang berada di dalam air.
"Masih jam setengah sembilan ini juga! Ayo sini!" Ajak Arsya sambil merentangkan tangannya.
Memang keadaan Villa sangat sepi sehingga Asmara merasa malam ini sangatlah larut padahal di dalam ruangan masih ada suara tawa keponakan Arsya yang terdengar sedang asik bercanda dengan ayah mereka.
"Ayo sini!" Ajak Arsya sekali lagi membuat Asmara kemudian mulai tertarik dan menimbang-nimbang, namun kemudian enggan.
"Enggak dingin kok. Seriusan seger banget. Yakin deh nanti malam bakalan tidur nyenyak!" Bujuk Arsya sekali lagi.
Sedikit ragu, Asmara mulai bergabung dengan Arsya, "ih bohong banget sih kamu, ini dingin Arsya!" Keluh Asmara yang merasa tertipu sambil menyipratkan air ke wajah Arsya.
Arsya hanya tertawa dan mulai memainkan air dan membalas perlakuan Asmara dengan mencipratkan air pula ke arah Asmara. "Iya awalnya dingin Asmara, lama-lama gak bakal kerasa, seger banget kan?" Ucapnya yang tidak henti-henti mencipratkan air ke arah Asmara, berperang air sambil tertawa riang.
Mereka malam itu menghabiskan waktunya untuk berenang. Lebih tepatnya bermain air karena sedari tadi mereka hanya saling perang air dan sesekali bermain tahan-tahanan menyelam dalam air.
"Ih kamu curung!" Kesal Asmara saat ia mulai tidak tahan dan ingin naik kepermukaan dan mendapati Arsya yang akan masuk ke dalam air. Sedangkan Arsya hanya menanggapi dengan tawa riang.
"Itu namanya trik!" Ucap Arsya sambil menjulurkan lidahnya, mengejek Asmara yang terlihat sangat kesal padanya.
"Ih rese banget sih!" Kesal Asmara menghampiri Arsya sambil mencipratkan air lagi ke arah laki-laki itu.
"Stop, stop, stop!" Ucap Arsya mengambil jeda, meminta Asmara untuk menghentikan aktiftaanya menggoda Arsya. "Serius kali ini gak bakalan curang. Janji!" Lanjut Arsya sambil menjulurkan tangannya, menarik Asmara agar semakin mendekat dan menghentikan kegiatan tangannya yang terus mencipratkan air ke arah wajah Arsya.
"Oke ya, dalam hitungan ke tiga bareng-bareng." Ucap Arsya lalu mulai menghitung sambil memegang kedua tangan Asmara untuk bersiap. Setelah hitungan ke tiga berakgir, mereka berdua benar-benar menenggelamkan diri di dalam air hingga kurang lebih sepuluh detik Asmara mulai tidak tahan dan muncul di permukaan air, dan tak lama setelahnya Arsya juga muncul dengan senyumnya.
Keduanya mengambil nafas yang sedikit terengah-engah. Entah mengapa mereka memamerkan senyum bahagia dengan mata yang saling bertatap, seolah apa yang baru saja mereka lakukan adalah hal yang membahagiakan. Waktu bergulir, tidak terasa jarak diantara mereka mulai terkikis, masih menikmati suasana yang tenang pelahan tangan Arsya sudah melingkar di pinggang Asmara, sedangkan tangan Asmara sudah melingkar sempurna di leher Arsya. Dalam posisi itu mereka berdua saling tersenyum seolah berbicara dengan senyuman itu.
"Kamu kalah, jadi mau kasih hadiah apa?" Tanya Arsya bercanda.
"Enggak ada di perjanjian ya!" Ucap Asmara sambil mengusap rambut Arsya dan menyibakan poni laki-laki itu yang mulai memanjang dan menutupi mata. "Poni kamu udah panjang, besok habis tour di potong ya?" Ucap Asmara.
Arsya tersenyum mendengar hal itu. "Kamu yang potongin ya." Balasnya llau terkekeh.
"Kalau jelek jangan marah tapi. Atau malah nanti kamu jadi botak gimana?" Ucap Asmara yang semakin lirih
"Ya enggak apa-apa. Kalau orang cakep mah diapain juga masih cakep." Balas Arsaya seperti berbisik.
"Pede banget sih" Timpal Asmara yangg membuat Arsya tersenyum lebar dan mengikis jarak diantara mereka.
Sekali lagi mereka tertawa, hanyut dalam suasana dengan jarak yang semakin intens. Kening mereka saling menempel, tatapan mata mereka saling berbicara, dan jangan lupakan senyum bahagia yang terpancar dari keduanya.
"Papaca! Tante Ara! Sama nenek enggak boleh berenang malam-malam!" Suara Shifa keponakan dari Arsya membuat kedua insan itu menoleh lalu mulai menjauh kan diri satu sama lain, kemudian berjalan ke pinggir kolam untuk segera membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat. Canggung itulah yang kini terjadi pada mereka.
***
Ditulis : 15, 22, 24 Agustus 2020
Publikasi : 24 Agustus 2020
Re publish 2 : 4 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA
RomanceAsmara sangat menggilai Asrya Yudha, penyanyi pendatang baru yang setiap hari muncul di layar kaca. Bahkan ia tidak peduli bisa saja bangun kesiangan dan terlambat ke sekolah karena begadang menanti penampilan Arsya di sebuah acara live. Tidak Hanya...