Waktu terus berjalan, hubungan Asamara dan Arsya semakin terlihat keseriusannya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama layaknya pasangan pada umumnya, namun yang membedakan mereka adalah jarang pergi ke luar bersama karena Asmara masih belum bisa untuk menjalani kehidupan seperti Arsya, Asmara belum siap tenar mendadak karena label kekasih Arsya Yudha.
Sejak di umukannya bahwa Arsya Yudah memiliki kekasih non selebriti, para staff dan teman-teman band pengiring Arsya sama sekali tidak heran. Sudah bisa menebak bahwa hubungan antara Arsya dan Asmara lebih dari sekedar perteman. Bagi mereka tinggal waktu saja yang akan menjawab. Dan ya, semuanya sudah terjawab saat ini, karena tidak jarang juga Arsya yang selalu memamerkan Asmara sebagai kekasihnya saat berada di kantor atau pun saat di studio sedang latihan.
"Gue duluan ya, mau jemput cewek gue dulu."
"Hey, nggak usah caper deh sama cewek gue."
"Cewek gue tu, jangan di gangguin."
Dan masih banyak lagi kata-kata Arsya yang terkadang membuat jengah para staff bahkan Asmara pun terkadang juga merasa demikian.
Selain berkencan di apartemen atau studio, terkadang saat Arsya memiliki waktu luang ia akan berkunjung ke rumah Asmara untuk bermain dengan Anjasmara dan bercengkrama dengan orang tua kekasihnya. Kebetulan ayah Asmara adalah pekerja kantoran biasa dan ibu Asmara adalah seorang ibu rumah tangga.
"Loh, kamu kok udah di sini aja sih?" Tanya Asmara yang baru saja tiba di rumahnya. "Enggak bawa mobil?" Tanyanya lagi dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Arsya.
"Lagi di servis sama pak Anwar, nanti habis servis baru di jemput kesini." Jelas Arsya yang dengan santainya duduk di lantai bermain lego bersama Anjasmara. "Kamu sama siapa tadi?" Tanya Arsya kemudian.
"Oh sama Rijaldi, kebetulan tadi ketemu di mini market depan gang, ya udah sekalin barengan aja dari pada jalan kan lumayan juga.hehe"
"Rijaldi yang itu?" Lagi, Arsya bertanya dengan nada yang sedikit tidak bersahabat.
Menendengar nada tanya Arsya yang tak biasa dan melihat wajah kekasihnya yang tidak enak itu membuat Asmara hanya tersenyum. "Cuma temen, udah deh nggak usah ngambek! Kalau kata kak Adel jangan drama Aca!" Bisik Asmara yang ikut bergabung duduk bersama Arsya dan Anjas.
"Tapi kan dia pernah suka sama kamu?" Ucap Arsya ingin mendebat.
Asmara tersenyum. "Tapi kan aku udah nolak dia." Jawbanya enteng. "Kita itu temen, dan dia paham kok sama batasan-batasannya. Nggak kaya kamu!" Lanjut Asmara disisipi dengan sindirian yang membuat Arsya hanya tersenyum pura-pura polos. "Yang suka ke aku dan bilang suka cuma satu orang. Sedangkan yang suka kamu, bilang cinta dan bahkan tergila-gila sama kamu itu satu Indonesia. Seharusnya aku yang cemburu, bukan kamu!" Asmara melanjutkan kalimatnya sambil menatap Arsya tajam, sedangkan Arsya malah tersenyum lebar.
"Tapi kan akunya cuma tergila-gila sama kamu Asmara." Timpal Arsya membuat Asmara hanya dapat mumutar bola matanya.
Mungkin jika dulu Asmara masih sebagai fansarsya pasti dia akan terbang melayang karena rayuan gombal Arsya. Namun karena kini ia sudah jauh lebih mengenal bagaimana aslinya Arsya sering kali emosi Asmara dibuat naik turun dengan tingkah laku Arsya. Sangat random dan tidak terduga.
***
Disela makan malam bersama keluarga Asmara, Arsya terlihat sangat menikmati hal itu. Ini memang bukan pertama kalinya Arsya ikut makan bersama di rumah Asmara, namun kali ini ada yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Setelah sore tadi Arsya mengobrol dengan ayah dan ibu Asmara kini tibalah bahasan serius itu akan di diskusikan. Awalnya memang terasa santai, namun entah mengapa hatinya tiba-tiba berdebar tak karuhan.
"Gimana Sya yang tadi?" Ayah Asmara memulai pembicaraan. Sedangkan Asmara yang bingung hanya mencoba menyimak pembicaraan saja.
"Kalau misal nunggu Arsya selesai promo tur film gimana Yah? Mungkin cuma satu sampai satu setengah bulan kok. Kalau nggak gitu ya berarti harus bulan-bulan ini, bulan depan soalnya udah mulai jalan Yah." Jawab Arsya memberi opsi.
"Kalau ayah sih ya senyamannya kalian bagaimana. Mau bulan ini ya silahkan mau nunggu kamu kelar promo film ya nggak masalah."
"Habis promo film aja." Sela Asmara memberi pendapat. "Kalau bulan ini terlalu mepet dan aku udah nggak bisa ambil cuti." Lanjutnya memberi keterangan.
Arsya mengangguk. "Ya udah kalau gitu sekitar tiga bulan lagi gimana? Soal tanggalnya sih aku ngikut aja, tapi jangan mepet-mepet ngasih tahunya."
Baik Asmara maupun Ayahnya mengangguk-angguk setuju. "Trus maunya acara di buat gimana?"
Arsya tersenyum atas pertanyaan ayah Asmara. "Kalau Arsya sih maunya yang simple dan sederhana aja yah. Arsya nggak terlalu suka kalau privasi di sangkut-pautkan sama kerjaan. Jadi di rumah pun juga nggak masalah sih yah." Jawab Arsya kemudian.
"Eum atau mau di hotel aja? Biar kaya acara lamaran-lamaran yang lainnya gitu." Tanya Arsya yang kali ini ditujukan pada Asmara.
Asmara menggeleng. "Enggak deh, kalau di hotel pasti nanti heboh wartawan. Cuma ketemu keluarga sama lamaran doang kan? Ga usah heboh-heboh deh, di rumah juga nggak masalah kok."
Mendengar jawaban Asmara membuat Arsya tersenyum teduh, ia sangat menyetujui keinginan sang kekasih. Karena sejujurnya Arsya juga tidak ingin kehidupan pribadinya terlalu di umbar ke publik sehingga acara yang tertutup akan lebih baik untuk di lakukan.
***
Hari pun berlalu, setelah kurang lebih satu minggu berdebat dengan Arsya, kali ini dengan tangan yang sangat dingin Asmara menahan kegelisahannya. Tangannya sedari tadi di genggam oleh Arsya, di usap sangat lembut agar Asmara lebih tenang dan merasa rileks. "Udah nggak usah tenggang gitu. Ada aku. Kamu udah cantik kok. Cantik banget malah." Ucap Arsya memberi pujian, mengusap lembut pipi Asmara yang masih terlihat tegang.
"Sama aja Asmara kaya pas lagi syuting. Kamu kan juga udah terbiasa sama kamera dan lighting. Jadi anggap aja lagi mau ada syuting iklan." Bisik Arsya masih mencoba menenangkan.
"Tapi kan beda, ini gala premiere film kamu loh. Kok aku yang tegang ya? Deg-degan gitu rasanya." Ungkap Asmara sambil memegangi dadanya.
Arsya terkekeh. "Santai aja ada aku."
"Beneran ya nanti jangan lepasin tangan aku. Seriusan aku masih belum siap." Ucap Asmara mencari ketenangan. "Atau aku nggak usah ikut aja?" Lanjutnya bertanya. Sedikir ada perasaan ragu saat Arsya mulai menariknya lebih dekat.
Senyum Arsya kian teduh menatap Asmara. "Tenang aja sayang, aku nggak bakalan lepasin kamu. Janji!"
Mendengar itu Asmara sedikit lebih tenang.
"Nanti kalau kena flashlight dari kamera wartawan jangan kaget ya." Bisik Arsya sambil terus berjalan menggengam tangan Asmara.
"Ih nyebelin, aku juga sering kali kena flashlight di studio!" Rajuk Asmara sambil memukul ringan lengan sang kekasih.
"Gitu dong. Ini baru Asmaranya Arsya."
***
Ditulis : 14 September 2020
Publikasi : 15 September 2020
Re publish 2 : 6 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA
RomanceAsmara sangat menggilai Asrya Yudha, penyanyi pendatang baru yang setiap hari muncul di layar kaca. Bahkan ia tidak peduli bisa saja bangun kesiangan dan terlambat ke sekolah karena begadang menanti penampilan Arsya di sebuah acara live. Tidak Hanya...