Setelah kejadian tidak terduga di apartemen Asrya beberapa saat lalu, kini hubungan Asmara dan Arsya sedikit merenggang. Lebih tepatnya Asmara mencoba untuk menghindari Arsya. Bahkan saat ada pertemuan untuk project terbaru dari Magic Shopping, sebisa mungkin Asmara tidak terlibat dengan Arsya.
Arsya
.online.
Kamu kenapa? Kok ngehindar terus?Sebuah pesan dari Arsya muncul di pop up ponsel Asmara, dan sengaja memang ia biarkan. Asmara sedang butuh waktu untuk tidak memikirkan Arsya, dua minggu rasanya belum cukup untuk Asmara menenangkan diri. Saat pertemuan berlangsung pun dengan terang-terangan Arsya tengah menatap tajam dan penuh tanya pada Asmara, meminta jawaban dari diamnya perempuan itu.
"Permis sebentar ya." Ijin Asmara saat mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan Arsya padanya. Seketika semua mata tertuju pada Asmara yang tiba-tiba berdiri dari duduknya. Dengan senyum lebar Asmara berucap. "Toilet." Katanya sedikit canggung dengan nada lirih.
Buru-buru Asmara meninggalkan ruang pertemuan setelah mendpatkan ijin, Asmara benar-benar sedang menghindari Arsya untuk kesekian kalinya. Puluhan panggilan atau pesan dari Arsya sama sekali tidak pernah diberi respon oleh Asmara selama dua minggu terakhir. Asmara hanya bingung harus bersikap seperti apa pada Arsya.
Arsya
.online.
Kamu kenapa sih? Ada masalah? Apa aku ada salah sama kamu?
Asmara?Lagi, pesan dari Arsya Asmara abaikan. Ia benar-benar bingung harus bersikap seperti apa. Sudah tidak bisa lagi Asmara bersikap biasa-biasa saja dengan Arsya. Setiap kali mengingat nama, mendengar suara dan melihat baik secara langsung atau pun tidak langsung sosok Arsya membuat Asmara kembali terngiang adengan di dapur apartemen Arsya kala itu. Jantungnya berdebar tak karuhan dan serasa ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya secara bersamaan.
Seketika Asmara menggelengkan kepalanya beberapa kali, memcoba melupakan dan menghilangkan segala ingatannya tentang kejadian itu, ciuman pertamanya dengan Arsya. Namun rasanya sangat sukar bagi Asmara untuk menghapus semua kejadian gila itu dalam pikirannya, bahkan ia sendiri juga tidak tahu apa yang sedang dirasakan saat ini.
"Ayo Asmara please fokus! Lo harus profesional dong!" Batin Asmara menyemangati diri, sambil menatap bantulan dirinya dalam kaca kemudian Asmara membasahi wajahnya agar terlihat lebih segar dan kembali bersikap profesional seperti biasanya.
Arsya
.online.
Kalau aku ada salah aku minta maaf.
Sehabis meeting dan kerjaan kamu kelar, makan bareng yuk. Please.Asmara menghembuskan nafasnya perlahan. Setelah menimbang dan menenangkan pikirannya sesaat, ia memutuskan untuk membuka pesan dari Arsya dan membaca pesan terakhir yang laki-laki itu kirim. "Oke, lo pasti bisa Asmara!" Lagi, Asmara menyemangati dirinya sendiri, kali ini sambil tersenyum manatap cermin.
Arsya
.online.Oke, ketemuan di tempatnya
langsung aja.Asmara merasa ia harus segera menuntaskan segala persoalan yang terus menganjal di hatinya. Jika ia terus menghindari Arsya maka yang terjadi ia akan selalu merasa tidak tenang dan gelisah. Lebih baik dihadapi dari pada hanya dipikirkan saja. Hanya akan membuat makin rumit jika persoalan tidak segera diselesaikan. Begitulah pikir Asmara saat menyetujui ajakan Arsya.
***
Waktu pun berlalu, setelah semua pekerjaannya selesai Asmara segera menuju restoran dimana dulu pertama kalinya Arsya mengajaknya untuk bertemu di luar urusan pekerjaan. Sesampainya di restoran bernuansa Jepang itu sontak membut Asmara kembali teringat bagaimana canggungnya mereka saat pertama kali memulai sebuah pertemanan. Asmara pun mulai berpikir, terlalu berlebihan kah ia saat ini? Mendiami Arsya tampa pejelasan sama sekali, namun jika mengingat kejadian dua minggu lalu di apartemen Arsya membuatnya malu sekaligus marah pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA
RomanceAsmara sangat menggilai Asrya Yudha, penyanyi pendatang baru yang setiap hari muncul di layar kaca. Bahkan ia tidak peduli bisa saja bangun kesiangan dan terlambat ke sekolah karena begadang menanti penampilan Arsya di sebuah acara live. Tidak Hanya...