Genggaman tangan itu sama sekali tak terlepaskan. Layaknya pasangan yang tengah menikmati liburan romantis, Asmara tengah berada diantara tawa bahagia keluarga Arsya. Sesekali genggaman itu terlepas berganti dengan rangkulan di pundak atau pinggang tanpa mereka sadari. Suasana makin akrab kala sang mentari mulai memberikan tanda akan terbenam, menghangatkan suasana jiwa keluarga yang tengah bercengkrama menanti makan malam mereka.
"Kalau dilihat-lihat kalian kok jadi mirip ya?" Suara Ferdi suami Adelia, sejenak ia mengamati Arsya dan Asmara secara bergantian. Sedangkan yang di tatap hanya terseyum seperti salah tingkah.
"Orang itu emang ya, kalau sering bareng jadi mirip. Kapan nih Ca?" Sekarang giliran mama Arsya yang berbicara, menimpali ucapan menantunya dan memberi pertanyaan ambigu pada putra bungsunya.
Terdengar suara kekehan dari Arsya, tangan yang semula berada di sandaran kursi Asmara kini berpindah di pundak. "Gak tahu nih ma, tergantung sama Asmaranya." Jawabnya lalu segera berdiri, meninggalkan tempat dan membuat Asmara kebingungan.
***
Kini Arsya tengah berdiri bersama sang kakak yang sedang menyiapkan makan malam mereka. Sambil tersenyum Adelia dan Amelia menggoda adiknya itu. "Kamu itu jangan bikin anak gadis orang kebingungan ya Ca. Tega emang ya kamu tuh." Ucap Amelia membuat Adelia tertawa.
"Udah sana temenin Asmara, sekalian ini di bawa." Lanjut Adelia sambil memberikan dua pairing berisi dengan berbagai jenis makanan yang baru saja selesai ia bakar.
Arsya pun menuruti, melihat Asmara yang terlihat sangat akrab dengan keluarganya entah mengapa rasanya menjadi hangat. Ada getaran tersendiri yang membuat Arsya tak lepas menatap perempuan yang sampai saat ini masih berstatus temannya itu.
"Biasa aja kali matanya kalau ngelihatin Asmara." Goda Amelia yang kini ikut berjalan di sebelah Arsya sambil membawa makanan yang lain. "Hampir copot tuh matanya. Cantik banget ya pacarnya?haha." Lanjut Amelia masih menggoda. Sedangkan yang di goda hanya tersipu malu tanpa ada niatan menimpali.
Tak lama setelah itu, Asmara berjalan menghampiri Arsya dan Amelia. Layaknya film slow motion, Arsya tengah melihat Asmara yang tersenyum cerah berjalan ke arahnya dengan rambut yang di gerai bergerak sesuai dengan irama kaki yang melangkah menghampirinya. Untuk sejenak Arsya merasa seolah dunia hanya milik berdua, tidak ada orang lain yang akan menganggu momen diantara mereka. Bahkan bagi Arsya waktu pun terasa berhenti sejenak. Hanya ada Arsya dan Asmara disana, saling tersenyum bahagia menatap satu sama lain.
"Sini aku bantuin." Suara itu membuyarkan lamunan Arsya, tiba-tiba dua piring yang ada di tangannya sudah berpindah ke tangan Asmara.
"Kamu di cariin anak-anak tuh. Udah main sama mereka gih, biar aku yang bantu kak Adel sama kak Amel. Enggak enak aku tuh kalau ngggak bantu-bantu." Bisik Asmara panjang.
Arsya pun tersenyum lalu mengambil lagi piring yang ada di tangan Asmara. "Ya udah, ini biar aku yang bawa ke sana, kamu bantuin kak Adel aja tuh." Ucapnya ikut berbisik sambil menunjuk kakak sulungnya dengan dagu.
Asmara hanya membalas dengan senyuman dan anggukan ringan. Entah mengapa ia merasa kedekatannya dengan Arsya sedikit mulai ada yang tidak wajar, namun ia tak ingin terlalu banyak berharap. Bisa dekat dengan sang idola saja ia sudah merasa bahagia dan bersyukur, bagaimana jika lebih? Tapi Asmara hanya takut dan ragu, karena beberapa kali laki-laki itu menceritakan ada beberapa perempuan tengah mendekatinya. Hingga saat ini pun Asmara tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan Arsya dengan perempuan-perempuan yang pernah ia ceritakan itu.
Tak terasa waktu pun berlalu begitu cepat, makan malam sambil menikmati matahari tenggelam di tepi pantai Pulau Dewata itu menutup rangkaian acara perayaan ulang tahun mama Arsya. Setelah perayaan itu berakhir, Arsya menyempatkan diri untuk mengajak Asmara manikmati suasana malam di tepian pantai. Membiarkan anggota keluarga yang lain pulang lebih awal ke villa.
"Dingin nggak?" Tanya Arsya hanya sekedar untuk berbasa-basi.
"Enggak terlalu sih." Jawab Asmara terus berjalan sambil sesekali menatap hamparan langit yang bertabur bintang.
"Ih apaan sih?" Protes Asmara kemudian saat merasakan tiba-tiba Arsya memeluknya dari belakang.
"Nggak apa-apa, sebentar aja." Bisik Arsya membuat Asmara menurutinya, selain terbawa suasana, Asmara hanya ingin memastikan seuatu yang tengah bergejolak dalam dirinya.
"Arsya." Lirih Asmara yang dibalas dengan dehaman oleh laki-laki yang tengah mendekap tubuhnya dari belakang itu.
Tak langsung menjawab Asmara hanya diam, mempertimbangkan segala pertanyaan yang ada di kepalanya. "Kenapa?" Tanya Arsya kemudian.
Asmara menggeleng lalu melepaskan pelukan Arsya padanya, memilih memutar tubuh agar mereka saling bertatap. Asmara tersenyum lalu menggeleng sekali lagi. "Enggak jadi deh." Ucapnya lalu terseyum lebar hingga matanya menyipit. Kembali memutar tubuhnya dan berjalan menyusuri tepian pantai.
Melihat pemandangan di hadapannya Arsya terseyum, sebelah tanganya terjulur mengusap lembut puncak kepala Asmara. Kemudian tangan itu mulai menggengam tangan Asmara, berjalan beriringan sambil menikmati suasana yang mendebarkan. Bagia Arsya jalan di tepi pantai sambil berpenganggan tangan adalah hal yang bisa membuatnya berdebar tak karuhan. Lebih medebarkan di banding memeluk Asmara dari belakang beberapa saat lalu.
Jemari mereka saling bertautan. Masih terus berjalan beriringan sejenak Arsya menghentikan langkahnya. Membawa Asmara untuk berbalik. Mereka saling bertatap. "Kenapa?" Tanya Asmara sedikit mendongak yang menyebabkan Arsya bisa dengan jelas menatap dalam manik monolid perempuan yang ada di hadapannya itu.
Dengan perlahan Arsya mulai menarik nafasnya dalam-dalam dan kemudian mengeluarkan secara perlahan pula. "Asmara." Panggilnya lirih.
Mata mereka kembali bertatap, deru suara ombak menjadi latar mereka. Diantara remangnya malam tepi pantai, satu tangan Arsya yang menganggur mulai menyelipkan anak rambut Asmara pada telinga perempuan itu. Memegangi pipi Asmara yang nampak terlihat sedikit memerah.
"Asmara?" Panggil Arsya sekali lagi
"Hmm?!" Hanya gumamanya yang Asmara berikan sebagai tanggapannya, terlalu takut untuk membuka suara.
"Aku pengen ngomong sesuatu yang serius sama kamu." Lanjut Arsya yang semakin lekat menatap manik cantik milik Asmara.
Mendapat tatapan sedemikian membuat Asmara sedikit gelisah, bahkan suaranya pun menjadi sedikit terbata. "Eum, a, apa?" Ucapnya sangat lirih.
"Asnara," Belum juga mulut Arsya kembali terbuka, dering ponselnya mengintrupsi. Berusaha untuk diabaikan namun yang terjadi panggilan itu tidak juga berhenti.
"Diangkat dulu aja, siapa tahu penting." Ucap Asmara sesantai mungkin, menutupi kegugupannya dan hatinya yang terus bergejolak tak karuhan menerka-nerka apa yang akan Arsya ucapkan padanya.
Disisi lain, Arsya tengah meruntuki siapa yang meneleponnya disaat momen-monen mendebarkan ini. Akh, lain kali akan Arsya pastikan ponselnya mati saat laki-laki itu tengah bersama dengan Asmara.
Mengacaukan saja!
Begitulah pikir Arsya yang merasa cukup kesal dengan panggilan dadakan itu.***
Publikasi : 30 Desember 2021
Re publish 1 : 5 Maret 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/233996958-288-k302433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA
RomanceAsmara sangat menggilai Asrya Yudha, penyanyi pendatang baru yang setiap hari muncul di layar kaca. Bahkan ia tidak peduli bisa saja bangun kesiangan dan terlambat ke sekolah karena begadang menanti penampilan Arsya di sebuah acara live. Tidak Hanya...