Taehyung.
Tibalah saatnya di waktu yang tepat aku harus berbicara empat mata pada Nenek tentang Jungkook. Sebetulnya aku sangat berdosa telah membohongi Nenek. Membuatnya tenang dengan kabar palsu yang sengaja kuciptakan. Lantas aku harus bagaimana? Aku juga tak sanggup jika mengatakan langsung pada Nenek. Aku takut Nenek syok kemudian pingsan. Itulah sebabnya aku menunggu saat-saat yang tepat untuk membicarakan hal ini. Karena wanita menyebalkan itu juga sudah kembali ke rumahnya. Membuatku sedikit tenang dan leluasa berbincang dengan Nenek.
"Nek?", panggil Taehyung ketika Neneknya sedang menonton siaran TV. Wanita berusia senja itu tersenyum hangat mempersilahkan cucu tampannya itu untuk duduk di sampingnya dengan menepuk kecil sofa di sampingnya.
Segera Taehyung duduk disana kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu yang sudah mulai rapuh, tak sekuat dulu lagi. Neneknya pun tak merasa keberatan. Dengan senang hati dia merangkul Taehyung menimangnya layaknya anak bayi yang butuh ditemani.
"Ada apa Tae?", suara yang sudah mulai meredup itu tetap begitu hangat di telinga Taehyung. Dibalik dia bersandar, Taehyung tersenyum tulus lalu kembali duduk seperti biasa dengan menggenggam kedua tangan Neneknya.
Tentu saja Neneknya itu tak mengerti kenapa Taehyung berlaku demikian. Namun dia bisa mengerti dari netra mata sendu Taehyung, bahwa nampaknya cucunya itu hendak mengatakan sesuatu.
"Nek, sebelumnya Taehyung minta maaf. Sudah berbohong pada Nenek soal Jungkook", tatapan sendu sebelumnya berubah menjadi rasa kaget dan menajam dari Neneknya itu.
"Trus kemana Jungkook, Tae? Katakan pada Nenek yang sejujurnya Nak!".
"Nek, Nenek tenang dulu. Taehyung akan ceritakan semuanya pada Nenek. Tapi Nenek harus tenang ya? Jangan emosi ya Nek", tutur Taehyung melembut. Awalnya Neneknya itu masih keras hati untuk tidak marah. Namun lama kelamaan dia tak tega melihat mata Taehyung yang sudah berkaca-kaca. Perasaannya luluh hanya dengan hal sederhana. Bagaimanapun juga dia tetaplah seorang wanita yang rentan terhadap perasaan. Contohnya seperti saat ini.
"Iya. Katakan ada apa, Tae".
Taehyung menghirup nafas sejenak kemudian kembali membuangnya beberapa kali supaya sedikit lebih tenang, "Jadi---Taehyung sudah mengusir Jungkook dua hari ini Nek".
"Kenapa kau usir dia, Tae? Trus dia tinggal sama siapa? Kenapa kamu gegabah, Tae? Kenapa kamu begitu egois?", todong Neneknya dengan banyak pertanyaan membuatnya semakin terpojok dan merasa bersalah.
"Nek, dengar dulu. Semua Taehyung lakukan karena ada alasannya, Nek. Tak mungkin Taehyung melakukannya asal-asalan. Taehyung sangat menyayangi Jungkook. Tentu saja Taehyung sebenarnya juga tak ingin melakukan ini. Tapi ini jalan satu-satunya supaya dia kapok, Nek".
"Memangnya apa kesalahan yang telah diperbuat Jungkook sampai kamu menghukumnya dengan berat, Tae?".
"Dia---telah berani mengunjungi club untuk bertaruh dengan teman-temannya, Nek. Parahnya lagi---Jungkook---".
"Jungkook kenapa? Katakan!".
"Jungkook telah menghamili sahabatnya sendiri, Nek. Jungkook telah melakukannya".
Blaakkk
"NEK??? NENEK?!!!".
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Tell
Fanfiction"Mengapa mataku dipenuhi air mata? Irene, tetaplah disisiku dan tertawalah. Masa depan tanpamu bagai dunia tanpa warna, dipenuhi dengan dinginnya monokrom. Aku ingin kamu percaya padaku. Aku tidak akan pergi kemanapun", ucap Taehyung dengan derai ai...