"Aduh.. Ini belanjaan berat banget", gumam seorang wanita berusia senja membawa banyak sekali bahan belanjaan dalam kantong kresek besar dan beberapa keranjang plastik yang harus ia tenteng oleh kedua tangannya hingga ke rumah. Padahal jaraknya ia berdiri sekarang dengan rumahnya, lumayan cukup jauh jika dibayangkan.
Rasanya dadanya saat ini sesak sekali jika dilanjutkan berjalan. Melihat sekeliling juga tak menemukan sebuah becak atau ojek yang bisa ia tumpangi supaya bisa sampai rumah dengan aman. Sejenak ia berhenti menghapus keringatnya dan kembali mengangkat barang belanjaan dengan masing-masing berat yang cukup menguras tenaga.
Brakkk...
"Aduhhhh...".
Seseorang yang mengendarai mobil tak jauh dari Nenek itu terkejut melihat Nenek itu terjatuh dengan semua barang-barang belanjaannya. Dengan cepat ia menambah kecepatan mengendaranya untuk segera menolong Nenek itu. Setibanya ia memarkir mobilnya dengan benar, ia berlari menghampiri Nenek itu, membantunya berdiri, dan membawakan beberapa barang bawaan Nenek itu.
"Astaga Nek, apa Nenek baik-baik saja?", tanya wanita itu menghapus sisa-sisa pasir yang menempel pada pakaian dan di kulit Nenek itu.
"Nenek baik-baik saja, Nak. Terimakasih ya sudah menolong Nenek".
"Nek, kenapa membawa semua barang ini sendirian? Keluarganya mana?".
"Keluarga saya ada di kota, Nak. Lagipula---saya hanya memiliki dua orang cucu saja yang ada di kota".
"Kenapa ngga mau ikut cucunya saja di kota Nek? Biar Nenek ada temannya".
Nenek itu terkekeh renyah menanggapi rasa cemas wanita cantik di hadapannya ini, "Nenek tak apa kok. Sebetulnya juga---Nenek masih kuat. Hanya saja barang bawaan ini terlalu banyak. Jadi Nenek kesulitan membawanya".
"Yasudah Nek, saya antar pulang ya? Sepertinya transportasi lain sulit ditemukan, Nek. Mari saya bantu", wanita itu begitu antusias membawa barang belanjaan Nenek itu memasukkannya ke dalam bagasi mobilnya yang lumayan cukup luas. Seulas senyum terukir di bibir Nenek itu melihat sifat cekatan yang ada pada wanita ini. Selain cantik, hatinya juga baik dan sangat penuh simpatik.
"Ayo Nek, masuk ke mobil", ajaknya menuntun pelan Nenek itu hingga masuk ke dalam mobilnya dengan aman dan nyaman. Segeralah dia berlari kecil menuju kursi kemudi dan mengantarkan Nenek ini pulang.
🏨🏨🏨
Plakkk
Dengan isakan penuh air mata, Yeri sukses melayangkan tamparan di pipi Jungkook. Lelaki itu yang sebelumnya sedang anteng mengerjakan tugasnya di taman harus terlonjak kaget karena tamparan Yeri.
"Yeri, kenapa lo nampar gue?", protesnya setelah berdiri menyamai Yeri.
Tanpa menjawab, Yeri hanya melemparkan sebuah benda di hadapan Jungkook. Dahi Jungkook berkerut tak mengerti kemudian melihatnya untuk menjawab rasa penasarannya yang sudah membuncah.
Sebuah tespack bergaris dua membuatnya menganga tak percaya dan syok setengah mati. Ditatapnya Yeri dengan perasaan takut, kaget, dan bingung. Gadis itu hanya bisa menangisi kejadian beberapa hari yang lalu, yang telah merusak masa depannya.
"K-kamu---".
"Ya, ini anak kamu. Kamu harus tanggung jawab", tegas Yeri menghapus air matanya.
Jungkook membekap mulutnya tak percaya akan ini semua. Sedetik kemudian dia meratapi kebodohannya. Entah kenapa dia begitu tergoda akan taruhan menyesatkan yang dilakukan Beomgyu padanya. Tetapi semuanya tak luput dari rasa sayangnya pada Yeri. Itulah sebabnya kenapa dia membela Yeri dan melakukan itu semua demi gadis itu. Namun sayangnya semua malah berimbas buruk pada mereka. Jungkook tak bisa menahan nafsunya dikala mabuk berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Tell
Fanfiction"Mengapa mataku dipenuhi air mata? Irene, tetaplah disisiku dan tertawalah. Masa depan tanpamu bagai dunia tanpa warna, dipenuhi dengan dinginnya monokrom. Aku ingin kamu percaya padaku. Aku tidak akan pergi kemanapun", ucap Taehyung dengan derai ai...