27. Better

322 40 1
                                    

Irene.

"Gimana Dokter Dita, apakah calon anak saya baik-baik saja?", tanya Tae sedari tadi sangat mencemaskanku dan bayiku. Wajahnya sangat khawatir dan bingung. Begitupun aku. Awal mulanya aku juga khawatir karena mendadak perutku sangat sakit dan nyeri. Namun setelah diperiksa, aku merasa lebih baik.

Dokter Dita menggeleng seraya tersenyum mencoba menenangkan kami sebelum dia menjawab pertanyaan Tae.

"Tak apa Pak, bayi anda tidak perlu di khawatirkan kondisinya. Dia baik-baik saja. Ini hanya sebuah kontraksi yang biasa terjadi di usia kandungan 4 bulan. Tetapi, saya menemukan satu kejanggalan. Tekanan darah Nyonya Irene tadi sedikit tinggi. Apa Nyonya terlalu lelah mengerjakan sesuatu?", tanya Dokter Dita sontak mendapatkan tatapan tak sedap dari Tae ke arahku. Aku merunduk menggigit bibir bawahku gugup ketika akan menjawab. Bagaimana ini? Haruskah aku jujur?.

"Sayang, kamu habis ngapain?", tanyanya karena aku masih diam.

"A-aku, habis ngasih makan ikan di kolam sama ngepel lantai bawah sampai lantai atas, sayang. Karna---Bi Rina tidak enak badan. Jadi a---".

"Jadi kamu yang melakukannya?", tanyanya dengan melotot ke arahku tak percaya. Samar-samar aku mengangguk tak berani menatapnya takut. Kudengar hembusan nafas jengahnya begitu panjang. Aku hanya bisa memejamkan mata tak nyaman. Sudah pasti dia akan memarahiku sekarang.

"Sayang, aku minta sama kamu jangan pernah lakukan itu lagi tanpa sepengetahuanku", kecamnya sedikit tegas merebahkan tubuhnya di sofa empuk yang ada di ruang tamu.

"Ya habisnya aku ngga bisa liat yang kotor ko---".

"Kamu dikasih tau masih jawab aja ya, sayang? Aku kasih tau kamu seperti ini karna ga pengen anak kita kenapa-napa. Aku khawatir sayang. Tidakkah kamu tau itu?", protes Tae kembali melayang. Pandanganku teralih karena Bi Rina baru saja masuk kerumah dengan merunduk takut mendengar amukan Tae meski tidak seberapa menakutkan.

"Iya Tae, maafin aku. Aku janji ngga akan ngulangin kesalahan yang sama", jawabku merendah, supaya dia bisa menghentikan emosinya.

Tae memejamkan matanya sejenak, "Aku mau mandi", finalnya meninggalkan aku dan Bi Rina yang masih diam mematung di dekat pintu utama.

Kulihat Bi Rina juga menatapku takut lalu segera aku memanggilnya untuk menghampiriku.

"Nyonya, maafkan saya ya? Anda jadi dimarahi sama Tuan Kim", ucap Bi Rina merasa bersalah.

"Sudahlah Bi jangan dipikirkan. Kondisi Bi Rina bagaimana sekarang? Sudah lebih baik?", tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Sudah lebih baik, Nyonya. Kata dokter, saya terlalu banyak pikiran sehingga sampai seperti ini. Sekali lagi maafkan saya, Nyonya. Saya janji, hal seperti ini tidak akan terulang kembali".

"Bi, yang namanya manusia pasti bisa merasakan sakit dan kelelahan. Sebaiknya, lain kali kalau Bibi sedang merasa tidak enak badan, katakan saja pada saya ataupun Tae. Dengan begitu kami bisa mengatasinya. Ya?", tuturku disetujui oleh Bi Rina.

"Baik Nyonya. Sekarang Nyonya istirahat aja. Udah malem juga".

"Iya Bi".

Your Eyes TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang