31. End

658 41 4
                                    

Setelah selesai berbincang penuh dengan clientnya, bersantailah Taehyung di cafe itu seorang diri. Nuansa cafe yang minimalis namun amat klasik dan comfortable ini sukses membuatnya terpikat. Sembari menunggu secangkir black coffeenya tandas, ia baru memutuskan untuk kembali ke rumah.

Ting

Seseorang masuk ke dalam cafe lewat bunyi bel ketika membuka pintu. Karena sedang tidak melakukan apapun, Taehyung melirikkan matanya melihat siapa yang datang. Betapa terkejutlah mereka berdua tatkala netra mata mereka saling tertuju satu sama lain. Taehyung hanya datar saja meski memori beberapa tahun yang lalu kembali terputar di otaknya jika melihat orang ini. Seseorang itupun merasa tak enak dengan tatapan Taehyung. Langkahnya yang samar dengan kaki yang gemetar, bingung hendak melangkah kemana. Tujuan awal yang sudah dia tekadkan untuk meminum kopi di tempat ini jadi gagal karena adanya Taehyung. Pertemuan tidak terduga ini kembali mengingatkannya akan kesalahan terdahulu saat dirinya masih kuliah. Tak ingin merasa bersalah seumur hidup, setelah memesan kopi, seseorang itu duduk bergabung dengan Taehyung.

"Siang Kak Tae", salam seseorang itu ramah.

"Berani sekali kau duduk bersama denganku?", tanya Taehyung menaikkan sebelah alisnya membuat orang itu semakin terpojok dan tak enak.

"A-aku---minta maaf sebelumnya jika lancang Kak. Aku duduk disini juga memiliki tujuan", jawab orang itu.

"Tujuan apa lagi? Menjebak adikku supaya meniduri sahabatnya, begitu?", sindir Taehyung akan kesalahannya di masa lalu.

"Tidak Kak. Aku tau aku salah. Dan aku sangat menyesalinya sekarang. Tapi---untung saja mereka berdua sampai sekarang keluarnya harmonis. Aku jadi menyesal telah memperlakukan mereka seperti itu dulu", jawab orang itu sungguh menyesali perbuatannya dengan merunduk.

"Untung kala itu aku tidak mencari keberadaanmu untuk membunuhmu, Beomgyu. Caramu menjebak Jungkook waktu itu sangatlah mulus. Kau tidak tau betapa murkanya aku waktu itu? Ketika aku tau bahwa kau pelakunya---aku ingin sekali membalas perbuatanmu. Tapi sayangnya Jungkook melarangku. Dan itulah hal yang paling bodoh yang dilakukannya", kata Taehyung tanpa melepaskan pandangan tajamnya dari Beomgyu.

"Iya Kak. Sejak Papaku meninggal dan keluargaku bangkut, aku mengingat semua kesalahanku. Sungguh aku sangat keterlaluan pada Jungkook dan Yeri. Tapi kala itu aku memutuskan untuk mencari Jungkook dan Yeri, niat untuk meminta maaf pada mereka. Hanya saja---aku tak mungkin menerima mereka dalam keadaan seperti ini".

"Meminta maaf tidak perlu menggunakan pakaian mewah, perhiasan mahal, ataupun harus memiliki rumah banyak-banyak. Adikku itu adalah orang baik, bahkan aku sendiri yang adalah Kakaknya---ingin memiliki hati seperti Jungkook. Dia adalah lelaki yang pemaaf. Tidak sepertiku yang tidak akan merasa lega jika tidak kuhabisi dengan tanganku sendiri. Dan saat ini---kau salah jika meminta maaf padaku, karna kau tidak ada salah denganku. Hanya saja aku marah padamu atas perbuatan yang telah kau lakukan. Tapi bagaimana lagi jika semua ini sudah terjadi? Kejadian ini sudah lama sekali, ketika Jungkook masih kuliah".

"Selama itu juga aku dihantui rasa bersalah, Kak. Aku merasa---aku adalah lelaki pecundang yang dibiarkan hidup".

"Sudahlah, tidak usah merasa menderita seperti sampah".

Beomgyu memohon pada Taehyung dengan menggenggam satu tangan Taehyung yang ada diatas meja.

"Kak, tolong antarkan aku ke rumah Jungkook dan Yeri. Aku ingin meminta maaf padanya. Tolong Kak, kumohon", pinta Beomgyu.

Taehyung awalnya tak percaya pada lelaki ini. Tetapi jika dilihat-lihat, Beomgyu amat sungguh-sungguh menyesali kesalahan yang telah ia perbuat. Ia jadi berpikir, jika segalanya baik-baik saja, akan lebih baik untuk keluarga mereka.

Your Eyes TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang