14. Try

348 47 0
                                    

Taehyung.

Aku meringkuk pasrah setiba pulang dari keliling mencari Irene. Pasti Papanya sangat marah sekali padaku karena sampai selarut ini aku tak kunjung mengantar Irene pulang. Aku sudah menelfon Jimin, siapa tau dia bertemu Irene. Tapi Jimin pun tak tau. Pupuslah sudah harapanku.

Setitik air mataku menetes begitu saja tanpa aba-aba membasahi pipiku. Aku sungguh takut dan cemas sebelum mendengarkan suaranya atau melihat wajahnya. Telfonnya bahkan tidak aktif sampai sekarang. Apa ini balasannya padaku karena tak sengaja tak menjawab telfonnya? Ini semua gara-gara urusan kantor. Jika tidak ada masalah, ini semua tidak akan terjadi. Bodoh kau Taehyung!.

"Kak, lo nangis?", tanya Jungkook memergokiku menangisi kesalahanku. Sontak aku menghapus jejak air mataku dan berusaha menenangkan diri.

Jungkook memilih pergi ke dapur mengambilkan segelas air putih untukku. Kemudian dia memberikannya padaku yang masih melamun dengan pikiran akan Irene.

"Nih Kak, minum dulu", Jungkook menyodorkan segelas air putih itu di hadapanku. Lalu dia duduk tak jauh dariku.

Segera kuteguk hingga tandas air itu dan sedikit merasakan ketenangan. Meski sedikit. Mungkin 10%.

"Ternyata Kakakku udah punya hati lagi kayaknya".

"Apaan sih?", ketusku melirik Jungkook.

"Ya emang. Sebelumnya kan Kakak itu terkenal Pria yang udah ga punya hati. Dingin banget. Tapi akhirnya Kak Irene udah ngembali'in Kakakku lagi".

"Gausah nambah-nambahin rasa marahku, Kook. Lebih baik tidur sana".

"Kak, aku tau kok Kakak lagi cari Kak Irene. Percayalah sama aku Kak, Kak Irene ngga jauh kok. Ya---aku sih ngga tau dimana Kak Irene berada. Tapi aku punya insting begitu sih. Soalnya kan Kak Irene juga orang baik-baik. Jadi aku rasa dia ngga akan nekat", ucapan Jungkook memang ada benarnya. Tapi aku masih belum sepenuhnya lega.

"Kak, sekarang Kakak istirahat aja. Besok Kak Irene pasti ngabarin kok".

"Ini semua salah gue, Kook. Kalo aja Soo Yeong ngga lalai, semua pasti ngga akan begini".

"Tunggu-tunggu---emang ada masalah di kantor?".

"Iya. Karna Soo Yeong pulang terlalu malam dengan Namjoon selepas kencan, dia jadi terlambat datang bekerja sehingga pekerjaan itu kalang kabut semua. Padahal tadi siang ada rapat dengan investor perusahaan penting, Kook. Andaikata Soo Yeong ngga lalai, aku pasti cepet nyusulin Irene di kampus".

"Hmm, semua sih emang ada kendalanya Kak. Ngga salah juga sih kalo Kak Irene salah paham begitu. Kak, dengerin aku, sekarang Kakak istirahat. Besok pagi, pasti Kak Irene buka ponselnya untuk melihat siapa aja yang telah mencarinya. Pasti dia penasaran Kak. Percaya sama aku", Jungkook nampaknya sudah mencemaskanku. Kan sudah kubilang, dia itu sama seperti wanita yang selalu mengandalkan perasaan. Huh..

"Yaudah sana tidur duluan. Temenin Yeri sono", usirku masih enggan beranjak dari sofa.

"Beneran Kakak juga bentar lagi ke kamar loh? Istirahat. Besok aku bantuin deh cari Kak Irene. Ya?", bujuk Jungkook dengan menaik turunkan alisnya.

"Iya-iya. Udah sana", pergilah dia kembali ke kamarnya meninggalkanku sendirian di ruang tamu. Tentu saja sekarang kepalaku sangat pusing sekali. Kepala cenat-cenut, perutpun terasa perih karena seharian belum makan apapun. Semoga saja Irene-ku disana mood untuk makan. Semoga saja moodnya sudah membaik.

Your Eyes TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang