Ting tung...
Lisa duduk memeluk kedua lututnya menangis tiada henti sejak Taehyung sukses membuatnya merasa ketakutan akibat laporan yang mengatasnamakan dirinya. Kakinya gemetaran hebat dengan mata yang sukses memerah karena air mata yang tiada berhenti sejak kemarin sore. Rasa takut, rasa bersalah, rasa marah, semuanya menjadi satu. Ingin sekali dia mengakhiri hidupnya sekarang juga supaya rasa malunya secepatnya hilang.
"Nona Lisa. Saya harap anda keluar! Jika tidak kami akan mendobrak pintu ini", suara lantang reserse polisi itu yang sudah standby di depan rumah Lisa. Betapa takutnya wanita itu ketika mengetahui itu adalah suara polisi yang sudah siap menangkapnya. Bagai tubuh tanpa tulang, Lisa memberanikan diri untuk membuka pintu. Dia sudah pasrah akan keadaan jika memang dirinya ditangkap dan membusuk di penjara dengan penyakitnya yang sudah hampir menguasai tubuhnya.
Dihapusnya air matanya dengan cepat, tak lupa dia menyisir rambutnya dengan jari supaya terlihat lebih rapi meski sama sekali tidak ada gunanya. Dibukanya pintu rumahnya dengan rasa takut yang luar biasa dia rasakan.
"Apa benar anda adalah Nona Lalisa?".
"I-iya, s-saya sendiri".
"Anda kami tangkap atas laporan yang menjerat anda atas kasus pembunuhan berencana. Jika ada yang ingin dijelaskan, jelaskan saja di kantor kami", jawab reserse itu langsung memerintahkan polisi lain untuk memasangkan borgol dan membawa Lisa masuk ke dalam mobil polisi. Meski Lisa awalnya memberontak, tetap akan kalah dengan tenaga para polisi yang begitu kuat bagai baja itu. Hingga dia dibawa ke kantor kepolisian terdekat untuk segera diurus dan dituntaskan kasusnya.
🏠🏠🏠
Ting tung...
Irene yang tadinya membaca majalah di ruang TV terpaksa mengalihkan pandangannya ke arah pintu apartemennya karena ada tamu yang hendak berkunjung.
Ting tung..
Dia melangkah menuju pintu dan membukakan pintu untuk tamunya. Ternyata yang datang adalah Seulgi dan Wendy.
"Eh kalian", ucap Irene sumringah.
"Haiiii Irene.. Apa kami mengganggumu?", tanya Wendy.
"Engga kok. Ayo masuk", jawab Irene mempersilakan kedua sahabatnya masuk. Irene dan Taehyung masih tinggal di apartemen. Taehyung belum sempat untuk membeli rumah yang bisa mereka tnggali lebih layak karena masih mengurus insiden ini.
Masuklah kedua sahabatnya itu dan duduk di sofa ruang tamu melepas tas selempang mereka masing-masing.
"Kalian mau minum apa?", tanya Irene.
"Gausah lah, Rene. Gue masih ga seberapa haus. Nanti kalo gue haus bikin minum sendiri kan bisa", tolak baik Seulgi.
"Iya, gue juga sama. Ntar aja gue sekalian bikin sama Seulgi".
Irene mengangguk dan ikut bergabung dengan kedua sahabatnya dengan mendaratkan bokongnya di single sofa.
"Tae ke kantor?", tanya Seulgi setelah melihat keheningan di apartemen ini.
"Iyalah. Hari-harinya kan begitu", jawab Irene merunduk seperti enggan membahas Taehyung.
"Ayolah, lo masih marah sama Tae?", tanya Wendy ikut merasa sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Tell
Fanfic"Mengapa mataku dipenuhi air mata? Irene, tetaplah disisiku dan tertawalah. Masa depan tanpamu bagai dunia tanpa warna, dipenuhi dengan dinginnya monokrom. Aku ingin kamu percaya padaku. Aku tidak akan pergi kemanapun", ucap Taehyung dengan derai ai...